Menurutnya, Praka MS mengumpulkan amunisi jatah latihan menembak.
"Bagaimana cara amunisi 600 (butir itu ada) di satu orang prajurit, jadi pada saat latihan menembak di berusaha mengumpulkan amunisi-amunisi itu," kata Paul.
Setiap kali latihan menembak, Praka MS menyembunyikan jatah amunisi yang didapatnya.
Lalu, amunisi yang disembunyikan itu diambil kembali keesokan harinya setelah latihan menembak selesai.
Paul menyebutkan, Praka MS mengaku mengumpulkan amunisi itu seorang diri.
"Yang bersangkutan mengaku mengumpulkan amunisi itu seorang diri tanpa melibatkan rekannya yang lain," kata Paul.
Dengan modus itu, Praka MS bisa mengumpulkan 200 butir amunisi. Sementara 400 butir peluru lain masih didalami asal-usulnya.
Paul mengaku pihaknya tak mudah percaya dengan keterangan Praka MS. Kodam Pattimura akan mendalami dugaan keterlibatan oknum TNI lainnya.
"Karena kami tidak bisa percaya itu semua dari latihan menembak. Kita juga tidak bisa percaya begitu saja bahwa dia bermain sendiri, jadi kami masih dalami mudah-mudahan nanti ada informasi lanjut," kata Paul.
Belum Lama Ini KKB Papua Tewaskan Prajurit TNI
Tak pernah terpikirkan dalam benak Muhdin (50) akan mendapatkan kabar buruk terkait anaknya, Pratu Dedi Hamdani.
Pratu Dedi Hamdani gugur dalam tugasnya sebagai prajurit TNI setelah ditembak secara membabi buta oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
Tentu saja, kabar yang diterima Muhdin melalui sambungan telepon Jumat (22/1/2021) ini bak petir di siang bolong.
Muhdin (50), tak kuasa menahan tangis setelah mendapat kabar putranya, Pratu Dedi Hamdani, gugur saat kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Intan Jaya, Papua.
"Saya waktu itu sedang menyabit rumput terus ada keluarga yang memanggil ada telepon masuk, dapat kabar anak saya meninggal," kata Muhdin kepada Kompas.com di kediamannya, Desa Plambek, Lombok Tengah, Sabtu (23/1/2021).