Gunung Tangkuban Perahu Erupsi, Ini Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi yang Ramai Dibicarakan
Cerita rakyat yang melegenda soal Sangkuriang dan Dayang Sumbi berkaitan erat dengan Gunung Tangkuban Parahu yang kini sedang erupsi.
Penulis: Asytari Fauziah | Editor: Salma Fenty Irlanda
TRIBUNMATARAM.COM - Cerita rakyat yang melegenda soal Sangkuriang dan Dayang Sumbi berkaitan erat dengan Gunung Tangkuban Parahu yang kini sedang erupsi.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 38 milimeter dan durasi lebih kurang 5 menit 30 detik," jelas Kasbani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam siaran persnya terkait erupsi Gunung Tangkuban Parahu, Jumat (26/7/2019) pukul 15.48 WIB.
Salah satu objek wisata di Jawa Barat, Gunung Tangkuban Parahu kini sedang jadi sorotan.
Gunung yang memiliki ketinggian sekitar 2.084 mdpl ini masih memiliki 9 kawah yang aktif fi kawasan ini.
Dikutip Tribun Mataram dari Kompas.com gunung ini adalah sisa dari gunung purba di Indonesia.
• Viral Penampungan Anjing Ilegal Hasil Curian di Jaksel, Berkedok Kios Rokok, Dijaga Ketat Preman
• Kerusuhan 27 Juli 1996, Kudatuli Sejak Pagi Hari di Jalan Diponegoro Bentrok Ribuan Orang
• Jarang Diekspose, Wajah Cantik Putri Raisa dan Hamish Daud Terungkap, Mirip Siapa?
• Idul Adha 2019 - Jadwal Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah, Simak Tanggal, Keutamaan & Bacaan Niatnya
Ahli geologi juga menjelaskan bahwa kawasan Tangkuban Parahu di dataran tinggi adalah sisa dari sebuah danau besar yang terbentuk dari pembendungan Cingai Citarum dan selalu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang.
T. Bachtiar, geografiwan sekaligus pengamat dan pecinta lingkungan menjelaskan bentuk gunung Tangkuban Parahu.
Memang terlihat seperti perahu terbaik akrena ada dua kawah yang berdampingan antara arah barat dan timur.
Artinya, gunung tersebut hanya terlihat seperti perahu terbalik dari arah selatan (Lembang) saja.
"Karena ada dua kawah yang berdampingan dengan arah barat dan timur.
Jadi, terlihat gunung itu dari arah selatan seperti perahu terbalik.
Itu sebabnya mengapa Gunung Tangkuban Parahu, bentuknya terlihat seperti perahu yang terbalik.
Jadi hanya orang yang melihat dari arah selatan yang melihat gunung itu seperti perahu yang terbalik,” kata Bachtiar di Bandung, Rabu (11/12/2013).
Bachtiar juga menjelaskan jika dilihat dari arah timur, barat dan utara, gunung tersebut sama sekali tidak terlihat seperti perahu terbalik, melainkan gunung biasa saja.
“Dilihat dari arah barat, engga kayak perahu terbalik, dilihat dari arah timur engga kayak perahu juga dan apalagi jika dilihat dari arah utara, sama sekali tidak berbentuk perahu terbalik,” jelasnya.
Legenda Dayang Sumbi dan Sangkuriang

Gunung yang cukup populer dijadikan tempat wisata ini tak lepas dari satu cerita rakyat yang sangat legendaris.
Kisah Dayang Sumbi dan Sangkuriang tak bisa lepas dari gunung Tangkuban Perahu.
Dikisahkan, Sangkurian adalah anak dari Dayang Sumbi yang terpisah sekian lama.
Saat bertemu, Sangkuriang jatuh cinta pada ibunya sendiri.
Mengetahui jika pemuda yang jatuh cinta adalah anak kandungnya, Dayang Sumbi menolaknya.
• 5 Fakta Herayati, Putri Pengayuh Becak Lulus S2 dalam 10 Bulan & Jadi Dosen Kimia di Usia 22 Tahun
Ia kemudian mengajukan syarat yang harus dikerjakan Sangkuriang, yakni, membuat perahu dalam waktu satu malam.
Jika perahu itu selesai dalam satu malam, Sangkuriang diperbolehkan Dayang Sumbi untuk menikahinya.
Sangkuriang menyanggupinya. Dia meminta bantuan jin untuk membantunya.
Dayang Sumbi pun tak tinggal diam. Ia tidak mau dinikahi oleh anaknya sendiri.
Dayang Sumbi pun memanjatkan doa kepada Yang Kuasa selama Sangkuriang membuat perahu, agar pekerjaan membuat perahu tidak selesai.

Berkat doa Dayang Sumbi, akhirnya perjalanan malam berlangsung sangat cepat dan akhirnya terbitlah fajar dan Sangkurian gagal menyelesaikan pekerjaannya yang tunggal sedikit.
Sangkuriang membuat perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul atau pokok pohon itu berubah menjadi gunung ukit Tanggul.
Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan menjadi Gunung Burangrang.
Saat Sangkuriang marah bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebol, sambut aliran Sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang.
Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali.
• Video Kepanikan Warga Selamatkan Diri Saat Gunung Tangkuban Perahu Erupsi, Teriakkan Takbir
Perahu yang sudah dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah warna menjadi Gunung Tangkuban Parahu.
Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di Gunung Putri dan berubah menjadi setangkai bunga Jaksi.
Sangkuriang terus berlari, setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Ujung Berung, ia menghilang ke alam gaib Perahu yang ditendang hingga terbang melayang itu terjatuh terbalik dimitoskan menjadi Gunung Tangkuban Parahu.
Bachtiar mengatakan bahwa legenda itu diciptakan oleh orang selatan karena hanya dari wilayah selatan (lembang), Gunung Tangkuban Parahu terlihat seperti perahu yang terbalik.
“Jadi yang menciptakan legenda itu (Tangkuban Parahu), ya, pasti orang selatan,” pungkasnya.
Diimbau Tetap Waspada

Seperti yang diketahui, kemarin sore sekitar pukul 15.48 WIB, Jumat (26/7/2019) gunung Tangkuban Parahu erupsi.
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (26/7/2019), erupsi Jumat sore itu seolah terjadi tiba-tiba sehingga mengagetkan masyarakat.
Meski begitu ahli vulkanologi Surono mencatat sejumlah hal lain.
"Alam itu setiap akan ada kejadian, ada tanda-tandanya," ungkap Surono melalui sambungan telepon.
"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api.
Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuhnya.
• Gunung Tangkuban Perahu Erupsi Hebat, Bandung dan Subang Juga Terdampak dari Bencana Ini
Menurutnya, tanda-tanda inilah yang membuat gunung api dipantau.
Badan yang bertanggung jawab atas gunung api akan memantau dan mengamati bagaimana perilaku gunung agar bisa menentukan aktivitas yang terjadi.
"Terakhir saya tangani 2013. Itu nggak normal juga," ujar Surono.
"Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ.
Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu.
Baginya, tanda-tanda letusan gunung itu seperti awan yang terlihat mendung.
Dia mengingatkan agar masyarakat untuk selalu menyiapkan mitigasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
(TribunMataram.com/Asytari Fauziah)