Desa di Bali Bisa Raih 50 Miliar Per Tahun dari 9 Bisnis yang Mereka Miliki
Pemerintah telah mengubah paradigma pembangunan desa melalui penyaluran Transfer ke Daerah dan Desa (TKDD).
TRIBUNMATARAM.COM - Pemerintah telah mengubah paradigma pembangunan desa melalui penyaluran Transfer ke Daerah dan Desa (TKDD).
Harapannya, desa menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensinya, misalnya saja potensi pariwisata.
Desa tak lagi menjadi obyek pembangunan pemerintah, namun menjadi subyek dari pembangunan itu sendiri.
Beberapa desa berhasil dalam mengelola dana tersebut, namun tak sedikit yang juga gagal.
Adapun Desa Kutuh, yang berada di Kuta Selatan, Badung, Bali menjadi salah satu desa percontohan yang berhasil mengembangkan potensi pariwisatanya.
• Puluhan Hiu Muncul dan Mendekati Tepi Pantai di Nusa Dua Bali, Kenapa?
Bahkan, upaya pengembangan potensi pariwisata telah dilakukan oleh masyarakat Desa Badung sejak sebelum kebijakan TKDD diperlakukan di era Presiden Joko Widodo.
Pasalnya, sejak 1998, masyarakat desa adat setempat telah membentuk Lembaga Perkreditan Desa untuk menyimpan dan menyalurkan dana ke sektor-sektor produktif.
Tahun lalu saja, dengan kualitas pengelolaan dan pelayanan pariwisata yang terus meningkat, Desa Kutuh mampu meraup pendapatan Rp 50 miliar.
"LPD ini bisa dibilang bank masyarakat adat, dari modal awal Rp 15 juta, kini aset LPD sudah sampai Rp 135 miliar," ujar Kepala Desa Adat Kutuh I Made Wena di Badung, Bali, Kamis (12/9/2019).
Dari dana yang terkumpul di LPD tersebut, penduduk desa pun berinisatif untuk mengembangkan Pantai Pandawa.
• 5 Hektar Lahan Kering di Lombok Utara, NTB, Berhasil Dipadamkan Namun Api Kembali Nyala
Dana dari LPD yang disalurkan untuk pembiayaan Pantai Pandawa kala itu sebesar Rp 1 miliar. Selain itu, tahun lalu penduduk desa juga menggunakan dana tersebut untuk pengembangan Gunung Payung Culture Park.
"Karena likuiditasnya longgar, maka kita gerakkan. Kita mengembangkan Pantai Pandawa dengan meminjamkan uang dari LPD sebesar Rp 1 miliar.
Kemudian pinjam uang untuk mengembangkan Gunung Payung Culture Park tahun kemarin Rp 3 miliar.
Tentu tetap mengembalikan bunga dan beban pokok, sehingga perputaran cashflow terjadi," jelas dia.
Adapun Kepala Desa Kutuh I Wayan Purja mengatakan, secara keseluruhan, Desa Kutuh memiliki 9 unit usaha atau Badan Usaha Milik Desa Adat, (BUMDA), yang meliputi Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Wisata Pantai Pandawa, Gunung Payung Cultural Park, Atraksi Wisata Khusus Timbis Paragliding, Atraksi Wisata Khusus Seni dan Budaya, Unit Barang dan Jasa, Unit Pirantu Yadnya, Transportasi, dan Jasa Konstruksi Karya Undagi.
• Cuitannya Melecehkan Bali Viral Lisa Marlina Akan Dilaporkan Ni Luh Djelatik, Yuk Bijak Bermedsos
Selain itu, desa juga memiliki Layanan Wisata Edukasi dan Kemitraan, Layanan Keamanan dan Ketertiban Wilayah, dan Layanan Jaminan Asuransi dan Kesehatan guna menunjang pariwisata desa.
"Dalam tahun berjalan, Desa Kutuh dapat mencetak laba bersih dalam tahun kemarin mencapai Rp 14,5 miliar dan pendapatan total tidak kurang dari Rp 50 miliar.
Kami kolaborasikan dari sini, kami terus bangun sehingga ke depan makin baik," jelas dia. (Kompas.com/Mutia Fauzia/Sakina Rakhma Diah Setiawan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Punya 9 Bisnis, Desa Ini Raup Pendapatan hingga Rp 50 Miliar Per Tahun"

Tawarkan Konsep Kampung Langit, The Keranjang Bali Sediakan Promo Tiket Masuk hingga 70%
TRIBUNMATARAM.COM, BALI - Berkunjung ke tempat wisata tak lengkap rasanya jika tidak membawa oleh-oleh.
Bagi Tribunners yang ingin mengunjungi pusat oleh-oleh khas Bali dan ingin menikmati suasana yang berbeda saat berbelanja dapat mengunjungi pusat oleh-oleh The Keranjang.
Terletak di Jalan By Pass Ngurah, Kuta, Badung, Bali, The Keranjang juga menawarkan konsep kampung langit yang memadukan teknologi, edukasi, budaya, entertainment.
• Inilah Serabi Sasak, Menu Sarapan Ringan Khas Mataram, NTB, Bulat, Manis, Lembut di Mulut, Mak Nyus!
"Berkunjung ke kampung langit pengunjung akan disuguhkan budaya dan kehidupan masyarakat Bali," kata Siti Nazariah, Creative Director Kampung Langit The Keranjang.
Kampung langit dibuka sejak pukul 10.00-20.00 Wita.
Tersedia dua jenis tiket masuk bagi pengunjung, yakni dua jam dan lima jam.
Dalam rangka soft opening, diberikan diskon 70 persen untuk pembelian tiket masuk, dan berlaku on the spot.

Sedangkan untuk tiket yang dibeli secara online diberikan diskon 50 persen.
"Pengunjung cukup membayar Rp 45 ribu dari harga normal Rp 150 ribu untuk tiket dua jam."
"Sedangkan untuk tiket 5 jam pengunjung cukup membayar Rp 52.500 dari harga normal Rp 150 ribu," jelas staf kampung langit di bagian tiketing.
Selain menawarkan oleh-oleh khas Bali, The Keranjang juga menawarkan konsep kampung langit yang telah melakukan soft opening 1 Juli 2019 lalu.
"The first cultural sky park in Bali."
"Kampung langit memadukan teknologi, edukasi, budaya, entertainment. Saat berkunjung ke kampung langit pengunjung akan disuguhkan budaya dan kehidupan masyarakat Bali," kata Siti Nazariah, Creative Director Kampung Langit The Keranjang.

Sebelum masuk kawasan kampung langit, pengunjung akan diberikan kain untuk dikenakan.
"Mengikuti tradisi di Bali, untuk masuk ke beberapa kawasan, pengunjung diminta untuk mengenakan kain," kata Siti Nazariah.
Setelah tiba di kampung langit, pengunjung akan disambut dengan mini teater kampung langit yang disebut dengan luang pranala.
"Sebelum masuk ke kampung langit, pengunjung akan diberikan cerita pengantar tentang filosofi hidup dari setiap elemen yang disiapkan di kampung langit," jelas Siti Nazariah.

Setelah dari luang pranala, pengunjung tiba di kawasan kampung langit.
Dibangun dengan luas 2.100 meter persegi, kampung langit memiliki 19 kawasan yang dapat dikunjungi.
"19 kawasan ini terdiri dari tiga macam, ada taman, sawah dan bale (pendopo)," terang Siti Nazariah.
Di kawasan kampung langit pengunjung dapat sepuasnya menikmati layanan yang disediakan di setiap kawasan.
Bagi anak-anak yang ingin mengetahui permainan anak-anak zaman dahulu, dapat mampir di kawasan pasar semen.
Bagi pengunjung yang ingin belajar alat musik Bali, dapat singgah di kawasan Bale Ceng Ceng.
Bagi yang ingin belajar membatik, menenun atau membuat gelang dapat mengunjungi bale karya. (Meika Pestaria Tumanggor/TribunBali)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kampung Langit The Keranjang Promo Tiket Masuk hingga 70 Persen