Betrand Peto Dikritik karena Kedekatannya dengan Sarwendah, Ruben Onsu : Keluarga di NTT Marah!
Ruben Onsu ungkapkan kemarahan keluarga Betrand Peto yang ada di NTT karena putra kebanggaan mereka tuai nyinyiran, begini pengertian suami Sarwendah.
Penulis: Asytari Fauziah | Editor: Salma Fenty Irlanda
"Saya nggak fokus dengan konflik receh kayak gini.
Tapi saya lebih fokus, untuk psikologi anak," ujarnya.
Ruben Onsu mengaku sangat sakit dan merasa dipermalukan dengan berbagai komentar negatif dari netizen.
Bahkan banyaknya cibiran yang mengarah ke keluarganya berpengaruh kepada Sarwendah yang tengah menyusui anak bungsunya.

Tanggapan Psikolog Anak
Dan belum lama ini beredar video viral di media sosial anak angkat Ruben Onsu tersebut tampak tak sengaja menyenggol dada sang ibu angkat hingga tangannya ditepis.
Beredarnya video viral ini di berbagai media sosial membuat publik ramai membicarakan pola didik Ruben Onsu dan Sarwendah kepada anak angkatnya.
Tak hanya masyarakat umum, salah satu psikolog anak, Astrid WEN pun akhirnya angkat bicara.
Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, Astrid mengatakan ada beberapa kemungkinan sikap Betrand Peto itu timbul karena ketidaksengajaan.
• Melaney Ricardo Terbelalak Mendengar Pengakuan Sarwendah Soal Jadwal Betrand Peto Minum ASI
Ia juga tak bisa serta merta mengatakan bahwa sikap Betrand Peto tersebut adalah sebuah kesalahan.
Pasalnya, bila menilik dari latar belakang masa lalu yang dialami Betrand Peto, ada kemungkinan anak Ruben Onsu ini tidak pernah mendapatkan edukasi seks sejak dini.
Bukan sedukasi tentang hubungan seks secara harfiah namun perbedaan gender secara mendasar yang harusnya diajarkan sejak usia 1,5 tahun menuju 2 tahun.
“Tidak bisa ditentukan apakah intensional (disengaja) atau tidak, tidak bisa di-judge.
• Kini Sangat Menyayangi Betrand Peto, Sarwendah Bingung saat Anak Angkatnya Pertama Kali ke Rumah
Tapi kalau dari ceritanya, dia (Betrand) yang tidak pernah dapat ASI sebelumnya dan lain-lain mengingatkan kita akan pentingnya edukasi seks sejak dini,” tutur Astrid kepada Kompas.com, Rabu (11/12/2019).
Menurut Astrid, pendidikan edukasi seks itu harusnya dimulai sejak anak-anak masih berusia golden age dan bukan dimulai saat remaja.