Tragedi Susur Sungai
Fakta Baru Tragedi Susur Sungai, Grafiti Kemarahan Siswa SMP 1 Turi Hingga Rapat Online Pembina
Mulai dari kegeraman siswa yang diwujudkan dalam sebuah grafiti hingga adanya rapat online sebelum susur sungai dilaksanakan.
Sebutan itu merujuk sebuah pembahasan yang dilakukan melalui aplikasi atau daring.
Dalam rapat online tersebut, guru pembina memberitahukan penyelenggaraan agenda susur sungai secara mendadak.
Malam sebelum acara digelar atau Kamis (20/2/2020), guru pembina menulis:
'Disampaikan aja kls 7 dan 8 bsk susur sungai. Wajib bersepatu, warna bebas'
Pemberitahuan itu disahut dengan beberapa pertanyaan dari anggota grup.
Namun guru pembina menjawab singkat, 'Nanti kita bahas.'
Dua jam setelah jawaban itu, pembina baru memberitahukan mengenai rute yang harus mereka tempuh.
'Besok rutenya mulai outbond sempor, naik sebelum bendungan kembangarum,' demikian tertulis di grup tersebut.
Abisa menerangkan, hanya itu yang tertulis. Tak ada pembicaraan lainnya termasuk mengenai alat pengamanan.
• Tanggung Jawab Tiga Tersangka Susur Sungai Setelah 10 Siswa SMPN 1 Turi Meninggal Dunia
Siswa cemas dengan kondisi cuaca

Sebelum tragedi susur sungai terjadi, Abisa memberanikan diri bertanya pada guru pembina.
Kecemasan akan kondisi cuaca mendorong Abisa menanyakan hal tersebut.
"Saat itu mendung gelap, geludug (petir) tak henti-hentinya terdengar di utara. Saya tanya, Pak cuaca begini apa tetap mau diteruskan?" ungkap Abi.
Abisa menirukan jawaban guru pembina, "Cuaca seperti ini adalah hal biasa."
Benar saja, arus deras tiba-tiba menerjang saat para siswa berada di tengah sungai.