Waspada Cuaca Ekstrem, BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk NTB Selama 3 Hari ke Depan

BMKG) stasiun meteorologi Zainul Abdul Majid mengumumkan peringatan dini cuaca ekstrem selama 3 hari ke depan di wilayah NTB.

Editor: Asytari Fauziah
Tribun Jogja/ Hamim Tohari
Geliat pariwisata di Gili Meno, Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Liburan di Gili Meno Serasa Berlibur di 'Private Beach', https://jogja.tribunnews.com/2018/12/10/liburan-di-gili-meno-serasa-berlibur-di-private-beach. Penulis: evn Editor: ton 

TRIBUNMATARAM.COM -Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) stasiun meteorologi Zainul Abdul Majid mengumumkan peringatan dini cuaca ekstrem selama 3 hari ke depan di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).

Adapun peringatan dini 3 hari tersebut terhitung diprediksi sejak tanggal 5 hingga 7 April.

Potensi cuaca yang dapat terjadi seperti hujan lebat, angin kencang, petir, tanah longsor dan lainnya.

Kasus Pemuda NTB Tewas Dianiaya saat Tilang, 9 Terdakwa Dituntut 1 Tahun, Ibu : Ini Bukan Anak Ayam

"Dengan meningkatnya potensi hujan dalam beberapa waktu terakhir masyarakat diimbau untuk selalu tetap waspada dan berhati-hati dengan dampak bencana yang ditimbulkan seperti banjir tanah longsor, genangan air, angin kencang, kilat petir," kata Forecaster BMKG Bandara Internasional Lombok, Aprilia Mustika, dalam keterangan resminya, Minggu (5/4/2020).

Ilustrasi cuaca ekstrem
Ilustrasi cuaca ekstrem (Kompas.com)

Selain itu, BMKG juga memperingati kepada pengguna dan operator jasa transportasi laut, nelayan, wisata bahari dan masyarakat yang beraktivitas di sekitar wilayah pesisir, diimbau untuk mewaspadai tinggi gelombang yang lebih kurang mencapai 2 meter.

Adapun potensi gelombang terjadi di sekat Lombok bagian selatan, dan Selat Alas bagian selatan.

1 Lagi Pasien Dalam Pengawasan Corona Meninggal di NTB, Baru dari Jakarta, Sehari Dirawat Wafat

Sebelumnya juga pada Minggu (5/4/2020) telah terjadi puting beliung di sekitar wilayah Bandara Internasional Lombok sekitar pukul 12.30 Wita.

Berdasarkan hasil analisis, puting beliung disebabkan oleh awan kumulonimbus, yang berdurasi kurang lebih selama 5 menit. (Kompas.com/ Kontributor Lombok Tengah, Idham Khalid/ Robertus Belarminus)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di NTB Selama 3 Hari"

Ilustrasi virus Corona
Ilustrasi virus Corona (Shutterstock via Tribunnews)

Benarkah Cuaca dan Sinar Matahari Jadi Sebab Virus Corona Tak Ada di Indonesia?

Perbedaan cuaca dan adanya sinar matahari disebut-sebut menjadi salah satu alasan virus corona Wuhan atau Covid-19 hingga saat ini tidak terdeteksi di Indonesia.

Lantas apakah benar ada kaitannya antara cuaca dan juga sinar matahari terhadap negatifnya Covid-19 di Indonesia?

Menjawab pertanyaan itu, Peneliti Senior LBM Eijkman Prof. David Muljono mengatakan, hingga saat ini belum ada kaitannya antara nol kasus pasien terinfeksi Covid-19 di Indonesia dengan cuaca dan matahari.

"Enggak bisa dijelaskan ini, sampai sekarang belum ada kaitannya," kata David dalam acara "Menyikapi Virus Corona 2019-nCoV: Dari Lembaga Eijkman untuk Indonesia", di Jakarta, Rabu (12/2/2020).

 POPULER Keluarga Korban Tewas Virus Corona Dilarang Lihat Jenazah, Prosedur Pemakaman Berbeda

Namun, diakui David, kondisi cuaca dapat memengaruhi kondisi kesehatan dan memicu penyakit tertentu.

Sebagai contoh, saat cuaca sedang dalam kondisi musim dingin (winter), seseorang lebih rentan terkena penyakit.

Namun, pada kondisi cuaca normal, tidak banyak memengaruhi kesehatan seseorang.

Ilustrasi Jakarta lengang
Ilustrasi Jakarta lengang (Wisnu Widiantoro)

David berkata, Indonesia dan beberapa negara tetangga lainnya yang berdekatan secara geografis memiliki kondisi cuaca yang relatif sama normalnya.

Bagaimana dengan matahari?

Beberapa orang mengatakan, sinar matahari di Indonesia adalah alasan di balik tidak adanya kasus virus corona Wuhan atau Covid-19 di negara ini.

Namun, hingga saat ini, belum ada penjelasan atau bukti ilmiah yang mampu menjelaskan hubungan keduanya.

"Informasi ini yang saya tidak bisa jawab. Pengaruh cuaca dan matahari itu relatif," kata dia.

David hanya menganjurkan, seseorang lebih baik banyak beraktivitas di alam terbuka,  terutama yang masih asri.

Dengan beraktivitas di luar ruangan, kekebalan tubuh meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kondisi fisik dan mental, terutama dalam mencegah penyakit, termasuk mencegah Covid-19.

 Cara Pemakaman Korban Tewas Virus Corona Agar Tak Menulari, Keluarga Tak Boleh Lihat Terakhir Kali

Bagaimanapun, sinar matahari terbukti baik bagi tubuh karena dapat memberi sumber nutrisi, seperti vitamin D dan E.

Untuk diketahui, Covid-19 akan hidup dan aktif berkembang saat berada di dalam sel inangnya (ACE2).

Akan tetapi, jika berada di luar sel inang dan ada di suhu normal ruang lebih dari lima jam lamanya, maka virus itu akan mati. (Kompas.com/ Ellyvon Pranita/ Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cuaca dan Matahari Bikin Indonesia Negatif Covid-19? Ini Kata Ahli"

Petugas memantau suhu tubuh penumpang menggunakan alat pemindai suhu tubuh di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Rabu (22/1/2020). Alat pemindai suhu tubuh tersebut dipasang Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar sebagai upaya pengawasan dan antisipasi penyebaran Virus Corona yang mewabah dari Wuhan, China.
Petugas memantau suhu tubuh penumpang menggunakan alat pemindai suhu tubuh di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Rabu (22/1/2020). Alat pemindai suhu tubuh tersebut dipasang Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar sebagai upaya pengawasan dan antisipasi penyebaran Virus Corona yang mewabah dari Wuhan, China. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)

Masih Nol Kasus Virus Corona, Benarkah Indonesia Tak Mampu Mendeteksinya?

 Indonesia masih dinyatakan negatif virus corona, benarkah tidak mampu mendeteksinya?

Belum adanya laporan virus corona di Indonesia, membuat WHO hingga ahli kesehatan dunia mencurigai ketidakmampuan Indonesia mendeteksi virus tersebut.

Benarkah demikian?

Sejak virus corona merebak di kota Wuhan, China pada akhir tahun 2019, hingga saat ini Indonesia masih negatif dari Novel coronavirus atau Covid-19.

 POPULER Keluarga Korban Tewas Virus Corona Dilarang Lihat Jenazah, Prosedur Pemakaman Berbeda

Tetapi hal ini justru menimbulkan beragam isu dan pertanyaan di masyarakat.

Detik-detik Ibu Hamil Terinfeksi Corona Melahirkan, Bayi Segera Dijauhkan Setelah Keluar
Detik-detik Ibu Hamil Terinfeksi Corona Melahirkan, Bayi Segera Dijauhkan Setelah Keluar (TribunMataram Kolase/ Twitter)

Terutama mengenai apakah peralatan medis di Indonesia sendiri mampu dalam mendeteksi keberadaan virus ini?

"Kemampuan deteksi itu kita sudah ada, sudah dari bulan Januari digunakan," tegas Prof Herawati Supolo Sudoyo, Deputi Fundamental Eijkman Institute, dalam acara Menyikapi Virus Corona 2019-nCoV : Dari Lembaga Eijkman untuk Indonesia, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Cara mendeteksi Covid-19 yang dilakukan di laboratorium Indonesia sudah sesuai dengan standar prosedur dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sampel darah dari pasien terduga terinfeksi virus corona ini akan diambil petugas medis untuk dites di laboratorium.

 POPULER WHO & Ahli Harvard Bingung Corona Tak Jangkiti Indonesia, Cemaskan Jika Ini yang Terjadi

Kata Herawati, selama ini Indonesia telah melakukan tes laboratorium yang membutuhkan waktu setidaknya dua hari atau lebih.

Langkah pengujian atau deteksi tersebut sudah dilakukan Indonesia sejak tahun 2015, khususnya di Lembaga Eijkman sendiri.

Kit baru untuk mempercepat tes Covid-19

Diakui dia, perihal adanya kit yang baru dan ditunggu kedatangannya di Indonesia, sempat menjadi isu yang keliru paham oleh masyarakat.

"Yang disebut kit baru itu, biar kita dapat hasil tes deteksinya cepat, jadi kita tidak lagi butuh waktu lama deteksi Covid-19 ini. Kit baru itulah yang disalah artikan kita tidak punya kemampuan," kata dia.

 Cara Pemakaman Korban Tewas Virus Corona Agar Tak Menulari, Keluarga Tak Boleh Lihat Terakhir Kali

Kit deteksi baru dalam menangani kasus Covid-19 ini bertujuan agar petugas medis dapat langsung mendeteksi bahkan dalam hitungan jam dalam sehari.

Oleh sebab itu, kata dia, yang diinginkan oleh banyak pihak yakni terkait dengan beragam indikasi dari penyebaran Covid-19 dan isu yang beredar di masyarakat adalah kolaborasi antar elemen disiplin ilmu dan lembaga.

Untuk mengantisipasi gagalnya komunikasi risiko bencana dari Covid-19 adalah dengan bersatu dalam mendeteksi Covid-19 itu sendiri.

Selain itu, kata Herawati, upaya tersebut dilakukan agar masyarakat memahami risiko dari Covid-19 ini jika sampai mewabah di negara sendiri.

"Kalau ada yang bertanya Indonesia mampu atau tidak (deteksi virus corona Covid-19)? Indonesia mampu," sambung Herawati. (Kompas.com/ Ellyvon Pranita)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Masih Negatif Virus Corona, Benarkah Tak Mampu Deteksi?"

dan di Tribunnews.com dengan judul Waspada dengan Cuaca Ekstrem, BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk NTB Selama 3 Hari ke Depan

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved