Virus Corona
Meski Sudah Capai 23.472 Orang, Pendaftaran Relawan Covid-19 Masih Dibuka, Tenaga Medis Diutamakan
Pemerintah masih membuka peluang bagi siapa pun yang bersedia menjadi relawan untuk menangani wabah corona di Indonesia.
Kasus positif berjumlah 5.136 orang. Dari jumlah itu, 469 orang meninggal dunia dan 446 orang dinyatakan sembuh. (Kompas.com/ Fitria Chusna Farisa)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pendaftaran Relawan Covid-19 Masih Dibuka, Butuh Tenaga Medis"

Di AS Ada Relawan Uji Coba Vaksin
Uji coba vaksin corona masih terus dilakukan, di AS sendiri setidaknya 45 orang bersedia menjadi relawan.
Kelompok penelitian Kaiser Permanente, Seattle di AS berhasil menemukan vaksin untuk virus corona.
Namun, untuk mengetahui efektivitas vaksin tersebut, para ahli masih akan melakukan uji coba.
Uji coba pertama vaksin virus corona pada manusia dilakukan di Amerika Serikat (AS) pada Senin (16/3/2020).
Sekelompok sukarelawan yang berisi 45 orang mendapat suntikan vaksin ini di fasilitas penelitian Kaiser Permanente, Seattle.
• Tak Cuma Namaste, Ini Alternatif Jabat Tangan yang Aman untuk Cegah Penyebaran Corona
• Mirisnya Kondisi Rumah Sakit Rujukan Pasien Positif Corona, Ruang Isolasi 3x4 Meter Diisi 6 Orang
Dilansir dari BBC, vaksin ini mengandung kode genetik yang tidak berbahaya yang disalin dari virus yang menyebabkan penyakit.
Meski begitu, para ahli mengatakan, masih perlu waktu berbulan-bulan untuk membuktikan apakah vaksin ini akan bekerja, baik dalam penelitian maupun orang lain.

Waktu selama itu diperlukan sebagai studi tambahan dari ribuan orang untuk mengetahui apakah vaksin benar-benar melindungi dan tidak membahayakan.
Uji coba pertama pada manusia ini didanai oleh Institut Kesehatan Nasional untuk menghindari pemeriksaan yang biasanya dilakukan.
Moderna Therapeutics, perusahaan bioteknologi asal Massachussets di balik vaksin ini, mengklaim bahwa vaksin telah dibuat dengan proses yang telah diuji.
Kemudian Dr John Tregoning, seorang ahli penyakit menular di Imperial College London, Inggris, mengatakan, "Vaksin ini menggunakan teknologi yang sudah ada sebelumnya."
"Vaksin ini dibuat dengan standar yang sangat tinggi, menggunakan hal-hal yang kita tahu aman untuk digunakan pada orang-orang, dan mereka yang mengambil bagian dalam uji coba akan sangat dipantau."
"Ya, (pembuatan vaksin) sangat cepat, karena ini adalah perlombaan melawan virus, bukan melawan sesama ilmuwan, dan itu dilakukan untuk kepentingan kemanusiaan," terang Dr Tregoning dikutip dari BBC.