ABK Lain Getol Kuburkan Jasad Temannya Tapi Ditolak Kapten Kapal, Sempat Mandikan & Shalati Jenazah
Pengakuan ABK Indonesia yang saksikan mayat temannya dibuang ke laut, sempat memandikan dan menshalati.
TRIBUNMATARAM.COM - Pengakuan ABK Indonesia yang saksikan mayat temannya dibuang ke laut, sempat memandikan dan menshalati.
ABK Indonesia yang turut bekerja pada kapal China yang diduga melakukan eksploitasi akhirnya memberikan kesaksian.
Mereka membenarkan jenazah ketiga temannya dibuang ke laut karena perintah kapten kapal China.
Tiga jenazah awak kapal atau anak buah kapal ( ABK) Indonesia yang bekerja di kapal berbendera China dibuang ke laut.
• Viral Kapal China Buang Mayat ABK Indonesia ke Laut, Kapten Kapal Berdalih : Dilarung karena Menular
• POPULER Sederet Perlakuan Tak Manusiawi Kapal China pada ABK Indonesia, Gaji 100 Ribu per Bulan
Padahal, rekan-rekan mereka telah memohon kepada kapten kapal untuk menyimpan jenazah agar bisa dimakamkan dengan layak.
Pengalaman pahit itu, sulit dilupakan para ABK yang kini tengah berada di Busan, Korea Selatan.
"Kami sudah ngotot, tapi kami tidak bisa memaksa, wewenang dari dia [kapten kapal] semua," kata NA, salah satu ABK kapal Long Xing 629 kepada BBC News Indonesia, Kamis (7/5/2020).
"Mereka beralasan, kalau mayat dibawa ke daratan, semua negara akan menolaknya," tambah NA.
Rekan NA, MY menyebut mereka hanya ingin menguburkan teman mereka dengan layak.

"(Akhirnya) Kami mandikan, shalati dan baru 'dibuang'," sebut MY.
Koordinator ILO Asia Tenggara untuk Proyek Perikanan, Abdul Hakim mengatakan proses pelarungan atau sea burial diatur dalam ILO Seafarers Regulation.
Aturan itu memperbolehkan kapten kapal memutuskan untuk melarung jenazah dalam beberapa kondisi.
Di antaranya, jenazah meninggal karena penyakit menular atau kapal tidak memiliki fasilitas menyimpan jenazah, sehingga dapat berdampak pada kesehatan di atas kapal.
Selain pengalaman tak terlupakan melarung jenazah teman, para ABK juga mengklaim mereka mengalami eksploitasi, mulai dari jam kerja yang panjang dengan waktu istirahat minim, hingga perbedaan makanan dan minuman dengan awak kapal China.
"Kami bekerja lebih dari 18 jam sehari, mulai jam 11 siang sampai jam 4 dan 5 pagi. Waktu istirahat makan hanya 10-15 menit," ujar awak kapal Indonesia lainnya.