Virus Corona
Petugas Karcis Stasiun London Meninggal Dunia setelah Diludahi Pria yang Mengaku Positif Covid-19
Peristiwa ini menyita perhatian karena Mujinga dan seorang rekannya tidak mendapatkan perlindungan yang layak selama bekerja.
Suami Mujinga, Lusamba Gode Katalay mengatakan, "Mereka tidak diberi masker atau pun sarung tangan jadi mereka bisa terpapar begitu saja oleh banyak orang."
"Atasannya, perusahaan dan negara harus melihat ini," kata Katalay.
Baik Mujinga dan rekannya memang tidak memakai APD saat perisitiwa itu berlangsung.
Peristiwa itu terjadi sehari sebelum lockdown akibat virus corona dimulai.
Katalay mengatakan, "Saya dan Ingrid (putrinya yang berusia 11 tahun) kami melihat Belly Mujinga pada 2 April ketika dia pergi ke rumah sakit. Lalu kami tidak melihatnya lagi. Dia dikuburkan dan kami tidak bisa melihatnya."
Belly Mujinga meninggal di rumah sakit Barnet pada 5 April, dua pekan setelah serangan itu.
Keponakannya, Ntumba mengatakan bahwa keadilan harus ditegakkan.
"Keadilan harus ditegakkan. Ketika peristiwa itu terjadi, bisa saja dia (Mujinga) membawa virus ke rumahnya.
Ada suami dan anaknya di sini. Kami bisa kehilangan semuanya. Kami butuh keadilan, jika orang itu tertangkap, dia perlu dihukum untuk Belly."
Dalam kasus ini memang tidak mudah untuk mengatakan bahwa Belly Mujinga tertular virus corona dari insiden meludah yang diterimanya.
Tetapi ketika lockdown dikurangi, kematian Mujinga menimbulkan sejumlah pertanyaan bagi orang yang diminta untuk kembali bekerja.
Kasus Serupa di Mataram, NTB
Tak hanya masyarakat awam yang tidak diberi perlindungan dengan APD, petugas medis yang sudah memakai APD lengkap pun masih bisa tertular.
Sebanyak tiga tenaga medis di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat ( NTB), positif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan NTB Nurhandini Eka Dewi mengatakan, tiga tenaga medis itu terdiri dari seorang dokter dan perawat yang bertugas di RSUD Kota Mataram, serta satu perawat yang bertugas di Puskesmas Ampenan, Kota Mataram.