Virus Corona

Saat di Tengah Pandemi Virus Corona, Masih Ada 5 Krisis yang Sedang Terjadi di Dunia

Mungkin bisa dipahami, pandemi Covid-19 membuat banyak isu internasional lain tidak menjadi sorotan media.

Editor: Asytari Fauziah
Shutterstock via Tribunnews
Ilustrasi virus Corona 

TRIBUNMATARAM.COM Mungkin bisa dipahami, pandemi Covid-19 membuat banyak isu internasional lain tidak menjadi sorotan media.

Virus corona mewabah di seluruh dunia, mematikan, dan berdampak pada berbagai sisi kehidupan.

Mencuatkan berbagai macam pertanyaan, tidak hanya tentang bagaimana kita menanggapi krisis corona saat awal muncul, tetapi juga tentang cara mengatur masyarakat dan cara kita menjalani urusan keseharian.

Beda Perawatan Pasien Virus Corona, Orang Tanpa Gejala Hingga Kasus dengan Gejala Berat

Sejumlah isu besar internasional telah tersingkirkan sejak pecahnya pandemi dan sekarang mungkin sudah terlambat untuk mengatasinya.

Beberapa pemegang tampuk pemerintahan juga berusaha memanfaatkan pandemi Covid-19 untuk mengejar ambisi lama.

Berikut ini lima isu internasional yang patut kita perhatikan dalam pekan-pekan ke depan atau bahkan beberapa bulan ke depan.

Meski kalah secara rangkin militer, Pakistan nyatanya punya pasokan senjata nuklir lebih banyak dibanding India.
Meski kalah secara rangkin militer, Pakistan nyatanya punya pasokan senjata nuklir lebih banyak dibanding India. (Aljazeera)

Perlombaan senjata nuklir yang diperbarui?

Perjanjian Pengurangan Persenjataan Strategis, atau "New START", yang mengatur persenjataan nuklir, di mana AS dan Rusia menggunakannya untuk saling mengancam, akan berakhir pada awal Februari tahun depan.

Waktu semakin menipis jika perjanjian tersebut ingin diperbarui. Perjanjian ini merupakan kesepakatan pengendalian persenjataan yang diwariskan sejak perang dingin dan masih bertahan sampai sekarang.

Tanpa pembaruan perjanjian itu, muncul kekhawatiran nyata akan terjadi perlombaan senjata nuklir baru karena tidak adanya penghambat dan berkurangnya transparansi.

Fakta bahwa senjata esoteris seperti rudal hipersonik yang sangat cepat sedang dikembangkan menambah ancaman mengenai perlombaan senjata baru.

Rusia tampaknya bersedia memperbarui perjanjian, yang berarti prosedurnya akan sederhana.

Sementara pemerintahan Trump, tampaknya, bertekad untuk meninggalkan perjanjian "New START" kecuali jika ia dapat memperluas perjanjian tersebut dengan membawa China masuk.

Namun, di Beijing jelas, sama sekali tidak ada minat untuk bergabung dengan rezim ini. Dan sekarang sudah terlambat untuk merancang dokumen baru yang komprehensif.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved