Virus Corona

2 RT Terpaksa Lakukan Karantina Total Setelah 2 Balita Ternyata Tertular Virus Corona!

Warga di dua rukun tetangga (RT) di Kelurahan Joyotakan, Kota Solo, dikarantina selama 14 hari setelah dua balita terkonfirmasi positif Covid-19.

Editor: Asytari Fauziah
Kompas.com (FITRI R)
Seorang Petugas Medis di Ruang Isolasi RSUD Provinsi NTB, usai memantau kondisi pasien Balita 1,5 Tahun asal China yang dirawat karena mengalami demam tinggi, Senin (27/1/2020). Pasien beljm dinyatakan suspect Corona. 

TRIBUNMATARAM.COM Warga di dua rukun tetangga (RT) di Kelurahan Joyotakan, Kota Solo, dikarantina selama 14 hari setelah dua balita terkonfirmasi positif Covid-19.

Karantina dilakukan mulai Sabtu (16/5/2020).

Dua balita pasien positif corona tersebut masing-masing berusia satu tahun dan dua tahun.

MUI Nilai Ada Pertentangan Sikap Pemerintah Hadapai Wabah Virus Corona, Bandingkan Masjid dan Mall

Mereka adalah bagian dari delapan warga di Kelurahan Joyotakan yang menjalani rapid test dan hasilnya reaktif.

Dari delapan pasien reaktif, dua orang dinyatakan positif Covid-19.

"Dua dinyatakan positif dan lainnya masih menunggu hasil," jelas Ketua Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 Kota Solo Ahyani, Minggu (17/5/2020).

Ilustrasi Covid-19
Ilustrasi Covid-19 (DOK. PIXABAY)

Ia mengatakan, dua balita tersebut masih satu keluarga dengan pasien yang terkonfirmasi positif.

Pasien ini merupakan salah satu jemaah shalat tarawih di masjid wilayah tersebut.

Kisah Pasien Virus Corona Dijemput Petugas Medis, Peluk Tetangga yang Rekam Hingga Main Petak Umpet

Logistik disiapkan Pemkot Solo

Sementara itu, Wali Kota Solo FX Hadi Rudytamo mengatakan, semua warga di dua RT dilarang keluar selama menjalani karantina.

"Dalam satu wilayah itu tidak boleh keluar masuk. Warga tidak boleh masuk, yang dikarantina tidak boleh keluar," kata Rudy.

Selama karatina, kebutuhan logistik warga dua RT di Kampung Joyotakan ditanggung oleh Pemkot Solo.

Mereka mendapat jatah makan setiap harinya sebanyak tiga kali.

Profil Indira Kalistha YouTuber Viral karena Remehkan Corona, Kehidupan Pribadi hingga Kariernya

"Logistik dari kita. Nanti kita siapkan konsumsi tiga kali selama 14 hari," ungkapnya.

Dengan penambahan dua kasus baru, total jumlah pasien terkonfirmasi positif corona di Solo sebanyak 29 kasus.

Adapun pasien dalam pengawasan (PDP) ada 167 kasus dan ada 560 kasus orang dalam pemantauan (ODP).

ilustrasi penemuan vaksin corona
ilustrasi penemuan vaksin corona (YouTube WGBH News)

WHO Memperingatkan Virus Corona Tak Akan Hilang Meski Vaksin Ditemukan

Ketika WHO memperingatkan jika virus corona tidak akan hilang meski ada vaksin.

Penelitian terhadap Covid-19 dan upaya penemuan vaksinnya masih terus dilakukan peneliti di berbagai belahan dunia.

Namun, di tengah upaya pencarian vaksin Covid-19, Direktur Kedaruratan WHO justru menyampaikan fakta kurang menyenangkan.

Direktur kedaruratan WHO, dr Mike Ryan, memperingatkan bahwa virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 mungkin tak akan pernah hilang meski nanti ada vaksin.

 Virus Corona Masih Meresahkan, WHO: Covid-19 Mungkin Tidak Akan Pernah Hilang

 Penderita Covid-19 yang Sudah Sembuh Masih Bisa Terinfeksi Lagi, Ini Penjelasan WHO

Kalau pun nanti sudah ada vaksin untuk melawan Covid-19, itu berfungsi untuk mengendalikan virus.

Bukan untuk menghilangkan virus dari muka Bumi.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid-19 sebagai pandemi global EPA-EFE/SALVATORE DI NOLFI
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid-19 sebagai pandemi global EPA-EFE/SALVATORE DI NOLFI (TribunMataram Kolase/ (SALVATORE DI NOLFI))

Hingga Kamis (14/5/2020), lebih dari 4,3 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona baru. Dari kasus yang tercatat itu, hampir 300.000 orang di antaranya meninggal dunia akibat Covid-19.

"Penting diketahui, virus (corona baru) ini bisa menjadi virus endemik yang ada di masyarakat, dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang," ungkap Ryan dalam konferensi pers virtual dari Jenewa, Rabu (13/5/2020).

"HIV belum hilang. Dan kini kita berhadapan dengan virus corona," imbuhnya seperti dilansir BBC, Kamis (14/5/2020).

Ryan sendiri mengaku tidak percaya pada siapapun yang membuat prediksi kapan penyakit Covid-19 akan hilang.

"Saya tidak percaya pada siapa pun yang dapat memprediksi kapan penyakit itu (Covid-19) akan hilang," ungkapnya seperti dilansir Science Alert, Kamis (14/5/2020).

Sejauh ini ada lebih dari 100 vaksin potensial yang masih dalam pengembangan. Jika ingin vaksin berhasil menghilangkan virus, butuh upaya besar.

"Kami memiliki harapan besar, jika menemukan vaksin yang sangat efektif, vaksin itu dapat didistribusikan ke semua orang di dunia. Dengan itu, kami mungkin memiliki kesempatan untuk menghilangkan virus ini," ujar Ryan.

"Namun, vaksin itu harus tersedia dan harus sangat efektif. Vaksin itu harus tersedia dan digunakan semua orang".

Banyak contoh yang menunjukkan vaksin tidak bisa menghilangkan virus penyakit, tapi mengendalikan atau mencegah penularan.

Sebagai contoh, vaksin campak dan rubella (MR) sudah diperkenalkan sejak 1963.

Namun hingga saat ini, masih ada orang yang terpapar campak bila tidak divaksin.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pun menekankan pengendalian virus corona dibutuhkan upaya sangat besar.

"Semua orang harus berkontribusi untuk menghentikan pandemi ini," kata Tedros.

Menyusul pelonggaran lockdown dan kebijakan lain

Pernyataan keras WHO ini menyusul beberapa negara yang sudah mulai melakukan pelonggaran lockdown, dan para pemimpin yang mempertimbangkan kapan dan bagaimana memperbaiki perekonomian di negara masing-masing.

Tedros memperingatkan, dengan melonggarkan kebijakan seperti lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan memicu gelombang infeksi kedua.

"Banyak negara mulai melakukan pelonggaran. Namun rekomendasi kami (WHO) adalah tetap waspada. Negara mana pun harus memiliki tingkat kewaspadaan setinggi mungkin," kata Tedros.

Fase new normal Indonesia

Sebelumnya, beberapa ahli Indonesia menyebutkan kondisi Indonesia usai pandemi akan memasuki fase the new normal.

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menegaskan usai pandemi Covid-19, baik secara global maupun khusus Indonesia, kondisi tidak akan kembali seperti pra-pandemi.

"Kita tidak akan kembali ke situasi Indonesia seperti sebelum pandemi yang kita dulu normal. Kita akan menuju Indonesia baru yang berbeda," kata Pandu dalam diskusi daring bertajuk "Mobilitas Penduduk dan Covid-19: Implikasi Sosial, Ekonomi dan Politik", Senin (4/5/2020).

Maksud dari new normal yang disebutkan Pandu tercermin dari banyak aspek. Mulai dari kehidupan sosial, kesehatan, ekonomi, psikologis, dan lain sebagainya.

"Dulu yang kita anggap normal, ternyata tidak siap dalam menghadapi pandemi yang seperti ini. Kita harus menuju Indonesia yang baru yang berbeda atau disebut new normal. Apakah kita akan normal seperti masa lalu? Berkerumun, berkumpul-kumpul, pergi ke restoran, bisa melakukan kegiatan arisan, halal bihalal, atau yang lain, mungkin tidak seperti itu. Seperti apa nantinya, kita gak tahu," imbuhnya.

Pandu menyebutkan setidaknya ada beberapa rekomendasi untuk mempersiapkan new normal di Indonesia.

1. Mitigasi kesehatan masyarakat dan sosial, ekonomi, serta psikologis

Dalam langkah pertama ini, pemerintah bersama penduduk harus tetap mengutamakan public health atau kesehatan masyarakat.

Selain itu, masalah sosial, ekonomi dan psikologis perlu dipersiapkan mitigasinya sejak saat ini.

2. Perkuat resilien komunitas

Tidak jauh berbeda dari sebagian aspek dalam mitigasi di atas. Resilien komunitas berarti kita harus memperkuat kultural komunitas.

Kultural atau budaya yang baik dari komunitas di masyarakat baik lokal maupun skala besar akan berkaitan juga dengan kehidupan sosial Indonesia usai pandemi.

3. Pelepasan pembatasan sosial dan pemulihan yang bertahap

Menurut Pandu, pemerintah bisa melakukan pelepasan pembatasan sosial secara bertahap, karena tidak mungkin untuk dilepaskan sekaligus.

Pembatasan sosial yang dilepaskan bertahap ini juga seiring dengan pemulihan yang bertahap.

4. Reformasi struktural

Dijelaskan Pandu, reformasi struktural perlu dilakukan untuk merespon cepat mengatasi krisis kesehatan dan menuju ekonomi baru.

"Untuk itu kita harus siap melakukan berbagai perubahan birokrasi, struktural belajar dari penanganan pandemi ini," jelasnya.

5. Memasuki Indonesia baru

Pada langkah ini, merupakan implikasi dari langkah-langkah lain yang saling berkaitan tersebut dapat dilakukan dengan semaksimal dan seoptimal mungkin.

"Maka kita siap memasuki Indonesia baru," kata dia. (Kompas.com/ Labib Zamani | Editor: Khairina/ Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "2 Balita Positif Virus Corona, Warga 2 RT di Solo Dikarantina" dan "WHO Peringatkan, Virus Corona Mungkin Tak Akan Hilang Meski Ada Vaksin".

BACA JUGA: di Tribunnews dengan judul 2 Balita Positif Tertular Virus Corona, Warga 2 RT Terpaksa Dikarantina Tak Boleh Keluar Wilayah

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved