Istri Polisi Aniaya Bidan Desa Pakai Helm, Saksi Curiga Pintu Ditutup, Tak Lama Terdengar Teriakan
Istri polisi aniaya bidan desa ajak dua teman, saksi curiga pintu Poskedes mendadak ditutup, teriakan lalu terdengar.
Intinya dia (nenek saya) menuntut kenapa yang lain tidak dipotong dan alasannya kenapa dikasih uang," terangnya.
"Iya memang dijanjikan uang dan mungkin namanya ibu-ibu kalau udah dijanjikan pasti menagih," imbuh dia.
Atas kejadian itu, dirinya langsung membuat laporan ke Polsek Cibungbulang dan akhirnya kedua belah pihak dipertemukan untuk melakukan mediasi.
Mediasi hingga dini hari, ketua RT mengaku khilaf
Musyawarah pun berlangsung hingga dini hari dengan beberapa pihak termasuk kepolisian.
Walhasil, pelaku mengakui kesalahannya saat dilakukan pemanggilan dan mediasi itu.
Dari pengakuannya, ketua RT Asep mengaku khilaf saat menampar nenek Arni.
"Intinya pelaku (ketua RT) langsung meminta maaf dan mengakui kesalahannya dengan alasan khilaf dan memang benar ditampar.
Kemarin-kemarin sih ada memar bekas tamparan tapi kalau sekarang mungkin udah hilang karena udah beberapa hari," ujarnya.
Seharusnya, menurut Naih, sebagai ketua RT, bisa lebih bijak menyikapi pertanyaan masyarakat mengenai bantuan sosial.
Apalagi saat menghadapi masyarakat yang sudah lansia dan tidak mengerti tentang bansos.
• Kisah Pilu Pasutri Buruh Tani, Sakit-sakitan di Gubuk Reyot, Malah Tak Dapat Bansos Pemerintah
"Kalau saya sebagai anaknya bisa menerima aja ya akhirnya dengan bijak saya juga tidak menuntut banyak.
Intinya kalau masyarakat menanyakan ya seharusnya pemimpin (ketua Rt) jangan main tangan," ujar dia.
Anak pertama ini juga menyayangkan sikap ketua RT tersebut karena tidak bijak dalam menyelesaikan persoalan bansos yang memang rentan jadi sasaran protes.
"Pertama dia kurang kontrol (pak RT) dan karena orang tua otomatis ibu saya nuntut karena haknya tidak diberikan ya nuntut lah. Untungnya dia langsung meminta maaf karena merasa salah kalau udah begitu ya gimana lagi," tuturnya.
"Ya kalau saya keluarga hanya ingin memberi efek jera bahwa sama seseorang itu jangan menganggap sepela lah kalau memang belum dapat ya jangan begitu.
Pesan dari saya sih kalau memang haknya ya jujur aja cuman ya seorang RT kalau urusan masyarakat ya kita harus lapang dada kalau ada protes karena saya juga mengalami," bebernya.
Ketua RT tak terima diteriaki maling

Sementara itu, Kapolsek Cibungbulang Polres Bogor Kompol Ade Yusuf menjelaskan bahwa kabar mengenai penganiyaan nenek Arni (70) bermula karena meneriaki penyalur bansos atau ketua RT dengan sebutan maling.
"Arni dengan nada emosi menyebut dan menuduh Asep dengan sebutan maling karena disebut maling di depan orang banyak kemudian Asep mendorong pipi Arni sampai terjatuh," ungkap Ade.
Perselisihan paham antara nenek Arni dengan ketua RT Asep berawal dari menanyakan tentang Bansos Bupati Bogor berupa beras, karena penerima Bansos tersebut atas nama Nirlana yang tak lain menantu Arni yang sudah bercerai dengan anaknya.
Kemudian disepakati bahwa penerima bansos tersebut dilimpahkan kepada Arni dan sudah terealisasi. Setelah terealisasi pelimpahan penerima bansos tersebut, nenek Arni menerima satu karung beras.
Namun karena merasa harusnya menerima dua karung beras, kemudian nenek tersebut menanyakan perihal bansos kepada Asep dengan nada emosi, kemudian oleh dijelaskan bahwa penerima atas nama menantunya sudah pindah ke Desa Leuweungkolot.
Akhirnya, bantuan itu dilimpahkan ke nenek Arni yang diberikan sebanyak satu karung atau 15 kilogram beras saja.
"Udah dapat satu, dikasihkan bukan dipotong satu karung bukan. Karena satu karung jatah anaknya sudah pindah," kata Ade.
• Bansos Luput Sasaran, Perumahan Elite hingga Warga yang Punya 2 Mobil Malah Dapat dari Pemkot Bekasi
Kedua belah pihak saling bermaafan
Karena kasihan, ketua RT kemudian menjanjikan nenek Ani bantuan uang tunai bila ada.
Bantuan tak kunjung diterima. Nenek Ani lantas menagih pada ketua RT.
"Datanglah si nenek itu nagih ke RT, katanya mau ngasih, RT bilang gak ada nek. Berarti maling kamu, si RT dituduh maling," jelas dia.
Lantaran tak terima dituduh maling di depan orang banyak, ketua RT akhirnya mendorong pipi nenek Arni. Tak terima, nenek Arni mengadu ke anaknya.
"Kemudian dibawa berobat terlebih dahulu ke RSUD Leuwiliang sekaligus meminta visum (VER)," jelas dia.
Namun, lantaran belum ada laporan yang masuk ke pihak Kepolisian VER pun urung dilakukan.
Nenek Arni yang juga didampingi anggota KNPI Kecamatan Cibungbulang melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Cibungbulang.
Dengan adanya laporan tersebut, kdeua belah pihak dipertemukan di kantor Polsek Cibungbulang untuk melakukan musyawarah. Kedua belah pihak, sambung Ade, akhirnya sepakat untuk berdamai.
"Kedua belah pihak saling memaafkan dan ketua RT ini memberikan biaya untuk pengobatan sebesar Rp 1 juta.
Pulangnya kita dari kepolisian kasih beras 5 kg," tandasnya. (Kompas.com/ Kontributor Polewali, Junaedi/Kontributor Kabupaten Bogor, Afdhalul Ikhsan/ Aprillia Ika)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Istri Polisi Aniaya Bidan Desa, Sengaja Kunci Pintu Poskesdes Agar Tak Ketahuan" dan "Nenek Asal Bogor Dianiaya Ketua RT gara-gara Bansos, Ini Kronologinya"
BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Istri Polisi Aniaya Bidan Desa Pakai Helm, Saksi Curiga Pintu Ditutup, Tak Lama Teriakan Terdengar.