Virus Corona
Pasien Isolasi Covid-19 yang Ditagih Biaya Rp 6,7 Juta Meninggal Dunia, RS Kembalikan Uang
Meski hasil rapid test dirinya dinyatakan reaktif, tetapi hasil swab menunjukkan dirinya negatif Covid-19.
TRIBUNMATARAM.COM - Pasien isolasi Covid-19 yang ditagih biaya Rp 6,7 juta meninggal dunia.
Wanita 66 tahun itu dinyatakan meninggal dunia karena penyakit bawaan yang ia derita.
Meski hasil rapid test dirinya dinyatakan reaktif, tetapi hasil swab menunjukkan dirinya negatif Covid-19.
HS (66), pasien isolasi Covid-19 di RSUD M Yunus Provinsi Bengkulu yang dirawat karena penyakit bawaan lalu ditagih biaya perawatan Rp 6,7 juta, meninggal dunia pada Minggu (14/6/2020) sekitar pukul 14. 00 WIB.
• Banyak Warga Takut Rapid Test, Rela Gelontorkan Uang Damai hingga Kabur ke Pulau Lain
• POPULER Update Perkembangan Vaksin Corona, Sudah Diuji Coba ke Manusia hingga Rincian Biayanya
HS meninggal setelah kondisinya sempat drop. Ia meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit karena kondisinya mendadak menurun.
Efran, anak pasien, menjelaskan, tiba-tiba kondisi ibunya drop dan dilarikan ke Rumah Sakit Raflesia Bengkulu.
Namun, sesampai di rumah sakit, SH dinyatakan telah meninggal, saat sebelum ditangani pihak rumah sakit.
"Ibu meninggal," ujar Efran saat dihubungi, Senin (15/6/2020).
Ia mengisahkan, saat keluar dari RSUD M Yunus beberapa hari belakangan, kondisi ibunya membaik, tetapi masih lemah.
Lalu pada Minggu (14/6/2020) pagi, kondisi ibunya juga menunjukkan perbaikan. Kemudian, pada siang hari kondisi menurun disertai sesak napas, gula darahnya mendadak tinggi. Lalu dibawalah ke rumah sakit.
"Di rumah sakit baru tiba dan belum mendapatkan pertolangan. Ibu sudah meninggal dunia," tambahnya.
Efran mengatakan ucapan terima kasih kepada para perawat yang telah merawat SH selama ini, serta memohon doa agar SH mendapat posisi yang mulia di sisi Tuhan YME.
Sebelumnya diberitakan, HS (66) dirawat di RSUD M Yunus karena penyakit bawaan, hasil rapid test dinyatakan reaktif.
Lalu pasien dirawat isolasi sebagai PDP. Sekitar lima hari diisolasi, pasien negatif Covid-19 hasil swab.
Saat hendak pulang, pasien dan keluarga terkejut karena harus membayar uang sebesar Rp 6,7 juta.
Pihak keluarga tentu saja panik dan mencarikan uang yang diminta dari meminjam pada tetangga.
Padahal, menurut Kadis Kesehatan Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, biaya isolasi Covid-19 ditanggung oleh negara.
Manajemen RS kembalikan uang pasien
Menanggapi hal ini, manajemen RSUD M Yunus Provinsi Bengkulu akhirnya mengembalikan uang perawatan isolasi Covid-19.
Direktur RSUD M Yunus, Zulkimaulub Ritonga, menuturkan, telah terjadi kekeliruan yang mengakibatkan salah komunikasi dalam persoalan tersebut.
Zulkimaulub Ritonga mengatakan, terjadi kesalahan komunikasi antara pegawai ruangan dengan pihak administrasi rumah sakit.
Sebab, pasien dikira dari ruangan lain, bukan dari ruangan Fatmawati, karena pasien yang dirawat di ruangan Fatmawati pembiayaannya ditanggung negara. Sementara itu, saat ini uang pasien telah dikembalikan oleh pihak RSUD M Yunus.
"Setelah saya cek ternyata ada kekeliruan pihak admin rumah sakit yang mengira pasien berasal dari ruangan lain," ujar Zulki kepada wartawan, Sabtu (13/6/2020).
Banyak Masyarakat Termakan Hoaks
Termakan hoaks di media sosial, jenazah pasien positif corona diambil paksa hingga puskesmas hampir dibakar.
Bukan hal mudah bagi para tenaga medis yang berkutat merawat pasien positif Covid-19.
Alih-alih mendapatkan dukungan dari masyarakat, banyak tenaga medis yang justru diancam dan mendapatkan perlakuan tak pantas.
Peristiwa pengambilan jenazah pasien Covid-19 terjadi di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

• Malangnya Nasib Pasutri Positif Corona di NTT, Ditolak Warga, Bayi yang Negatif Terpaksa Ikut ke RS
• TREN BARU Penularan Corona dari Rumah ke Rumah di Bekasi, Bukan Lagi Lewat Batuk Atau Bersin!
Pasien berinisial S (60) asal Kecamatan Waru, saat jenazahnya dikirim ke lokasi pemakaman untuk dikuburkan dengan protokol Covid-19, tiba-tiba diambil paksa di tengah jalan.
Ketua Penanggulangan Covid-19 RSUD Smart Pamekasan, Syaiful Hidayat menjelaskan, petugas yang sedang mengirim jenazah ke Kecamatan Waru pada Kamis (11/6/2020), dicegat di tengah jalan oleh warga.
Setelah mobil ambulans dicegat, jenazahnya diambil dan petugas disuruh pulang ke rumah sakit bersama dengan mobil yang membawa jenazah.
"Kejadiannya dua hari yang lalu. Petugas dicegat, jenazahnya diambil. Alasannya mau dikuburkan sendiri oleh warga karena tidak mau pakai protokol Covid-19," ujar Syaiful Hidayat saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (13/6/2020).
Selain dicegat, petugas juga diancam menggunakan senjata tajam.
Jika jenazah tidak diserahkan, mereka akan merusak mobil ambulans yang membawa jenazah dan akan melukai petugas.
"Daripada petugas terluka dan ambulans dirusak, mereka mengalah dan pulang," ungkap Syaiful Hidayat.
Selain kejadian pengambilan jenazah secara paksa, Syaiful mengungkapkan ada warga yang mengancam akan membakar sebuah Puskesmas di Kecamatan Tlanakan.
Ratusan massa mendatangi Puskesmas karena tidak terima ada pasien yang dinyatakan positif Covid-19.
Saat jenazah mau dikirim ke RSUD Smart Pamekasan untuk dimandikan dengan protokol Covid-19, warga berdemonstrasi.
"Akhir-akhir ini semakin banyak tekanan dan ancaman kepada petugas medis dan dokter. Bahkan ada yang mau membakar Puskesmas," ungkapnya.
Kejadian lainnya, kata Syaiful, unjuk rasa warga Kecamatan Waru karena tidak mau RSUD Waru dijadikan sebagai tempat observasi pasien Covid-19.
Sementara dua rumah sakit rujukan di Kabupaten Pamekasan sudah tidak muat untuk menampung pasien Covid-19.
Beberapa kejadian tersebut, menurut Syaiful, karena masyarakat terpengaruh informasi hoaks yang disebarkan di media sosial.
"Masyarakat mulai tidak percaya dengan corona karena informasi hoaks di media sosial. Kami para dokter dan tenaga medis sering mendapat ancaman fisik dan psikologi," kata Syaiful.
Karena semakin menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap adanya wabah virus corona, jumlah pasien positif dan PDP semakin hari di Kabupaten Pamekasan semakin bertambah.
Ruang isolasi sudah tidak mampu menampung pasien lagi. Petugas medis juga mulai kewalahan melayani pasien.
Ditambah lagi pasien yang sedang diisolasi, sering berbuat ulah seperti mengamuk, mencaci maki tenaga medis, dan minta pulang meskipun belum sembuh.
"Untuk menyadarkan masyarakat tentang corona, butuh peran tokoh agama dan ulama karena panutan masyarakat Madura adalah ulama. Kalau tugas kami hanya merawat pasien saja," katanya.
(Kompas.com/ Kontributor Bengkulu, Firmansyah/ Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pasien Isolasi Covid-19 yang Ditagih Rp 6,7 Juta oleh RS di Bengkulu Akhirnya Meninggal" dan "Imbas Hoaks di Pamekasan, Jenazah Pasien Covid-19 Diambil Paksa dan Puskesmas Hampir Dibakar"
BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Pasien Isolasi Covid-19 yang Ditagih Biaya Rp 6,7 Juta Meninggal Dunia, Rumah Sakit Kembalikan Uang.