Tak Mau di Swasta & Pilih Sekolah Tahun Depan, Siswi SMP: Harusnya Hak Saya, Jangan Usia Diduluin

PPDB di DKI Jakarta cukup menarik perhatian, salah satu calon siswi SMA pilih sekolah tahun depan tak mau di swasta takut menyusahkan orang tuanya.

KOMPAS.COM/ANDI HARTIK
Ilustrasi sekolah Swasta 

TRIBUNMATARAM.COM PPDB di DKI Jakarta cukup menarik perhatian, salah satu calon siswi SMA pilih sekolah tahun depan tak mau di swasta takut menyusahkan orang tuanya.

"Sekolah di swasta mahal. Saya enggak mau menyusahkan orangtua," demikian pengakuan yang diucapkan Naira Callista Maheswari (15), setelah mengetahui dirinya tak diterima di sekolah negeri.

Ya, Naira terancam tak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA.

Ruben Onsu Puas dengan Rapor Sekolah Betrand Peto, Sarwendah Soroti Nilai yang Jeblok, Pelajaran Ini

Sekolah di Zona Hijau Boleh Dibuka, Nadiem Makarim Berikan Salah Satu Syarat Adanya Izin Orang Tua

Ia telah gagal dalam seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) DKI Jakarta 2020 melalui jalur zonasi.

"Kalau dapat Alhamdulillah, kalau enggak dapat, tunggu sekolah tahun depan.

Mau bagaimana lagi? Saya enggak ada rencana swasta," ujar Naira seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (1/7/2020).

Ilustrasi
Ilustrasi (123rf.com)

Bahkan suara gadis ini sempat meninggi di tengah teleponnya saat membahas usia yang jadi prioritas utama.

Ia mengatakan jika haknya untuk bersekolah sesuai dengan zonasinya.

"Saya pilih itu deket rumah saya, kualitasnya lumayan.

Saya enggak mungkin sekolah jauh dari rumah saya. Zonasi itu mencakup rumah saya.

Harusnya itu hak saya, jangan usia yang diduluin. Kan zonasi, pakai jarak," ujarnya.

DIBUKA HARI INI Link Pendaftaran 6 Sekolah Kedinasan, IPDN, STIS hingga STIN, Jadwal Lengkap

Naira tinggal di bilangan Bukit Duri Selatan, Tebet, Jakarta.

SMA 8, SMA 26, dan SMA 54 menjadi pilihannya utamanya.

Dari rumahnya, SMA 8 berjarak sekitar 1,3 kilometer.

Selain tiga SMA itu, Naira juga memilih SMA 100, SMA 27, SMA 79, SMA 55, dan SMA 3.

Perasaan sedih tentu juga dirasakan Naira.

Usahanya belajar dan mendapatkan nilai bagus untuk mencari SMA sia-sia.

Ia bercerita selalu belajardari pagi dan rajin mengerjakan tugas sekolah hingga persiapan ujian nasional (UN).

Saat PPDB DKI Jakarta 2019, pemerintah Jakarta mempertimbangkan nilai ujian nasional (UN) jenjang SMP sebagai syarat masuk SMA.

Beda dengan Mendikbud, Ikatan Dokter Anak Imbau Kegiatan Sekolah Tidak Dibuka sampai Desember 2020

Namun pemerintah Jakarta mendadak merubah aturan.

Tadinya zonasi menerapkan jarak rumah dengan sekolah.

Namun kini usia jadi indikator daya tampung jika sekolah melebihi kapasitas.

"Sedih bangetlah, saya capek-cape belajar.

Gunanya saya belajar itu apa? Gitu lho," ujar Naira.

Saat memantau PPBD DKI Jakarta jalur zonasi, ia tak berhenti menangis.

Naira mengaku hampir setiap hari menangis karena tak diterima di SMA pilihannya.

"Saya sudah ngarep banget, yang dekat dan lumayan kualitasnya.

Umur saya masih muda," kata Naira.

Tanggapan Orang Tua

Lidya Widyasari, orangtua Naira mengaku tak mampu untuk membiayai anaknya jika sekolah swasta.

Ia mengaku lebih baik menunggu PPDB tahun depan.

"Di dalam planning hidup saya, enggak ada rencana swasta," ujar Lidya seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (1/7/2020).

Siswa SMP Ditemukan Gantung Diri Pakai Dasi Sekolah, Sempat Diancam Orang Tua Gegara Kebiasaan Ini

Apalagi ia ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai karyawan swasta.

Selain Naira, ada juga adiknya, Naufal, yang kini sedang menempuh PPDB DKI Jakarta 2020 di jenjang SMP.

"Saya sudah tanya teman-teman untuk sekolah swasta, mahal." tambahnya.

Lidya juga ragu dengan sekolah swasta lainnya.

Ia menimbang tentang akreditasi dan lingkungan sekolah yang reputasinya belum diakui.

"Terus terang saya takut pergaulannya di sekolah," jelas Lidya.

Saat ini, Lidya masih berusaha untuk mencoba PPDB DKI Jakarta 2020 jalur prestasi.

Kisah Senada Sampai Anaknya Menangis

Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta masih menuai kontroversi.

Penerapan sistem PPDB yang mengutamakan usia lebih tua kini membuat banyak siswa menderita.

Tak sedikit orangtua yang harus pontang-panting berjuang mencari sekolah yang mau menerima anak mereka.

Berbagai curahan hati para siswa maupun orangtua pun mulai beredar dan viral di media sosial.

Dikabarkan seorang siswa terus menerus menangis hingga tak mau makan lantaran belum mendapatkan sekolahan.

Bahkan ada pula yang merasa menyesal mengapa berusia lebih muda lantaran membuat dirinya tidak lolos PPDB tahun ini.

 Tidak Lolos PPDB Jakarta 2020 Jalur Zonasi, Bisa Ikut Jalur Prestasi, Simak Jadwal dan Cara Daftar

 KECEWA PPDB Jakarta, Orang Tua Murid Ngamuk, Saya Mendengar Kata Jarak, Padahal Seleksinya Usia

Pendaftaran PPDB Online 2020
Pendaftaran PPDB Online 2020 (siap-ppdb.com)

Dilansir TribunJakarta.com dari akun Facebook, Liliana Muliastuti mengunggah status yang menceritakan curahan hati para orangtua murid terkait PPDB DKI Jakarta.

Liliana Muliastuti menuliskan hingga saat ini sejumlah orangtua murid mengaku masih berjuangan mencarikan sekolah untuk anak mereka.

"'Sudah berapa sekolah Mom?'

'Sudah 12 sekolah, anak saya kegeser semua'

'Anak saya 6 sekolah.

Sekarang masih berjuang.'," tulis Liliana Muliastuti.

Tak hanya itu di grup WhatsApp para orangtua murid, Liliana Muliastuti menuliskan ada juga yang merasa percuma anaknya mengikuti berbagai les demi mendapatkan nilai yang bagus.

Pasalnya dalam sistem PPDB, usia tua lebih diutamakan dibanding dengan prestasi siswa.

 HASIL PPDB Jakarta Jalur Zonasi Diumumkan Jam 17.00 WIB Sore Ini, Cek di ppdb.jakarta.go.id Semoga!

"'Percuma saja anak saya sekolah sampai sore, pulang sekolah les sampai malam. Nilainya bagus tetapi sulit masuk ke sekolah yang diinginkan.'

Saya ikuti WA ini dengan miris. Tidak bisa membantu selain berdoa.

Jika para orang tua tahu sejak lama soal kebijakan usia jadi indikator penentu mungkin mereka sudah antisipasi daftar dulu di sekolah swasta.

Kini banyak sekolah swasta telah selesai tes," tulis Liliana Muliastuti.

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta itu turut menceritakan curahan hati orangtua siswa yang menyebut anaknya menangis hingga tak mau makan karena sistem PPDB.

"'Anak saya sudah sejak pagi menangis. Dia menyesal kenapa usianya lebih muda.

Nilainya bagus tetapi sekarang merasa tidak diapresiasi. Dia tidak mau makan sejak pagi,' masuk lagi WA dari satu ibu.

Sungguh, bagaimana pun ini pelajaran berharga. Semua kebijakan harus dilihat secara makro. Tidak disimplifikasi.

Sabar ya kawan-kawan. Semoga ananda bisa masuk jalur prestasi.

Semogaaaaa meskipun masih ada berita , jalur prestasi pun usia berbobot tinggi," tulis Liliana Muliastuti.

Ilustrasi
Ilustrasi (123rf.com)

Kepada TribunJakarta.com Liliana Muliastuti menjelaskan anaknya tak mengalami hal serupa.

Pasalnya Liliana Muliastuti sedari awal sudah mendaftarkan sang anak ke salah satu sekolah swasta di Jakarta.

"Yang alami bukan saya ya. Saya menggambarkan saja suasana hati para ibu yang anaknya belum dapat sekolah," ucap Liliana Muliastuti.

(TribunMataram.com/ Asytari Fauziah) (Kompas.com/ Wahyu Adityo Prodjo) 

Sebagian artikel ini sudah tayang di TribunJakarta.com dengan judul PPDB Buat Seorang Siswa Nangis hingga Tak Mau Makan, Disdik DKI Ungkap Alasan Utamakan Usia

BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Tak Ada Uang di Swasta & Pilih Sekolah Tahun Depan, Siswi SMP: Hak Saya, Jangan Usia Diduluin.

Sumber: Tribun Mataram
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved