Virus Corona

Ratusan Warga Ambil Paksa Jenazah Positif Covid-19 di Mataram NTB, Dirawat karena Keserempet Truk

Para warga tak terima MS disebut positif corona lantaran ia dirawat karena mengalami kecelakaan lalu lintas.

Penulis: Salma Fenty | Editor: Asytari Fauziah
Istimewa via Kompas.com
Ilustrasi Pengambilan paksa dan membawa kabur jenazah 

TRIBUNMATARAM.COM - Setidaknya ratusan warga ikut mengambil paksa jenazah pasien positif Covid-19 berinisial MS (50).

Warga Desa Kelurahan Mekar Sari, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat ramai-ramai mendatangi RSUD Kota Mataram, Senin (6/7/2020).

MS meninggal dunia dan berdasarkan hasil tes swab dinyatakan positif Covid-19.

Para warga tak terima MS disebut positif corona lantaran ia dirawat karena mengalami kecelakaan lalu lintas.

Banyak Keluarga Ambil Paksa Jenazah Pasien Virus Corona, Jokowi: Jangan Sampai Terjadi Lagi

Termakan Hoaks Media Sosial, Jenazah Positif Corona Diambil Paksa hingga Puskesmas Nyaris Dibakar

Mereka pun menganggap rumah sakit hanya merekayasa pernyataan itu.

Banyaknya warga membuat aparat kewalahan menghadapinya.

Ratusan massa dari Desa Mekar Sari, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Senin malam (6/7/2020) mengambil paksa jenazah MS (50) warga Mekar Sari yang merupakan pasien positif covid-19, di RSUD Kota Mataram.(KOMPAS.com/FITRI R)
Ratusan massa dari Desa Mekar Sari, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Senin malam (6/7/2020) mengambil paksa jenazah MS (50) warga Mekar Sari yang merupakan pasien positif covid-19, di RSUD Kota Mataram.(KOMPAS.com/FITRI R) ()

Mereka berteriak-teriak meminta membawa paksa jenazah itu.

"Bawa pulang, kami kuburkan dengan cara kami," teriak ratusan warga itu berkali-kali.

Tim medis, gugus tugas kecamatan, dan aparat desa, sempat bernegosiasi dengan keluarga pasien positif Covid-19.

"Kami sudah mencoba mengambil jalan tengah, agar semua sesuai protokol Covid-19, tapi warga banyak sekali dan memaksa membawa jenazah, saya juga dipaksa tanda tangan menyetujui jenazah dibawa pulang," kata Camat Gunung Sari, Muhammad Mudasir di RSUD Kota Mataram, Senin (6/7/2020).

Pasien MS meninggal pada Senin, sekitar pukul 18.30 WITA. Pasien itu dinyatakan positif Covid-19 setelah meninggal.

Padahal Keluarga terima dengan status positif Covid-19

Mudasir mengatakan, pihak keluarga sempat menerima MS dinyatakan positif Covid-19.

Namun, keluarga keberatan jika pasien dimandikan di rumah sakit.

Mereka ingin membawa pasien itu pulang ke rumah duka. Penyelenggaraan jenazah pun akan dilakukan keluarga.

"Warga ingin membawa pulang jenazah dan dimandikan di rumah duka, ini tentu tidak sesuai dengan protokol Covid-19, kami berupaya mencegah," kata Mudasir yang juga Ketua Satgas Covid-19 Kecamatan Gunung Sari.

Tim medis dan satgas Covid-19 telah memberikan kelonggaran. Pihak keluarga boleh ikut memandikan jenazah di rumah sakit.

"Mereka sebenarnya diizinkan ikut memandikan jenazah di rumah sakit dengan baju APD lengkap," kata Mudasir.

Warga juga diizinkan menggelar shalat jenazah dengan penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak sebelum pemakaman.

Anggota keluarga, kata dia, juga diizinkan menguburkan jenazah asal menggunakan APD lengkap.

"Tapi tetap tidak bisa dibendung," kata Mudasir.

Ratusan warga membawa jenazah pasien Covid-19 itu menggunakan sebuah taksi.

Sopir taksi tak kuasa menolak permintaan ratusan warga dan mengantarkan jenazah ke rumah duka.

Setelah itu, ratusan warga itu bubar dan meninggalkan rumah sakit. Mereka mengikuti taksi yang membawa jenazah.

Korban Keserempet Truk dan Sesak Napas

Sementara itu, Kabag Ops Polres Kota Mataram Kompol Muhammad Taufik menjelaskan alasan warga tak terima MS dinyatakan positif Covid-19.

MS, kata dia, merupakan korban kecelakaan lalu lintas yang diserempet truk pada 2 Juli 2020.

Pasien itu sempat dirawat di salah satu rumah sakit Lombok. Tapi, MS dirujuk ke RSUD Kota Mataram karena mengalami sesak napas.

"Hasil swab pasien positif Covid-19, setelah meninggal dunia, dan pemakamannya harus sesuai protokol Covid-19 tetapi ditolak keras oleh keluarga dan warga Mekar Sari, " kata Taufik.

Taufik mengaku kewalahan menghadapi ratusan warga dan keluarga yang mengambil paksa jenazah pasien MS.

Sopir taksi jalani rapid test

Taufik memastikan sopir taksi yang dipaksa membawa jenazah pasien MS ke rumah duka akan menjalani rapid test Covid-19. Hal itu untuk memastikan sopir tersebut tak tertular.

Taksi itu juga tak diizinkan beroperasi sementara waktu. Mobil tersebut akan disemprot menggunakan cairan disinfektan.

Taufik mengatakan, kasus pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19 kerap terjadi di beberapa rumah sakit rujukan corona.

Ia berharap warga mengutamakan keselamatan dan menyerahkan penanganan jenazah pasien sesuai protokol Covid-19.

Terdapat 1.391 kasus positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga Senin (6/7/2020). Sebanyak 98 pasien meninggal.

Kasus tertinggi tercatat di Kota Mataram dengan 614 kasus positif Covid-19. Sebanyak 37 pasien di antaranya meninggal.

Pengambilan paksa dan membawa kabur jenazah dari rumah sakit kembali terjadi. Kali ini, terjadi di RS Stellamaris Makassar. Sekitar 150 orang tiba-tiba datang mengambil paksa jenazah yang berstatus PDP, Minggu (7/6/2020) malam.
Pengambilan paksa dan membawa kabur jenazah dari rumah sakit kembali terjadi. Kali ini, terjadi di RS Stellamaris Makassar. Sekitar 150 orang tiba-tiba datang mengambil paksa jenazah yang berstatus PDP, Minggu (7/6/2020) malam. (Istimewa via Kompas.com)

Kasus Serupa

Sebanyak 300 warga dengan menggunakan senjata tajam mengadang ambulans yang membawa jenazah pasien Covid-19, di Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Jatim, Rabu (10/6/2020) sekitar pukul 22.00 WIB.

Selain mengadang, warga juga mengambil paksa jenazah pasien berinisial S (60) yang meninggal di Rumah Sakit Moh Noer Pamekasan.

Ketua Satgas Penanganan Pasien Covid-19 RSUD Smart Pamekasan, Syaiful Hidayat mengatakan, petugas medis berhazmat mencoba mempertahankan jenazah.

 Petugas Pemulasaraan Jenazah Pasien Covid-19 Beri Pesan: Tidak Ada yang Kebal dengan Penyakit Ini

Namun, warga mengancam petugas. Mereka juga mengancam akan membakar ambulans. Hal itu membuat petugas mengalah.

Setelah jenazah berhasil diambil warga, petugas disuruh pulang. Baju hazmat yang dikenakan petugas dilepaskan warga dengan paksa.

"Warga ingin jenazah dimakamkan tanpa protokol Covid-19 karena daerahnya tidak mau ada orang yang terpapar corona," ujar Syaiful saat dihubungi, Selasa (16/6/2020).

Ilustrasi virus Corona
Ilustrasi virus Corona (Shutterstock via Tribunnews)

Syaiful menjelaskan, keluarga mendampingi saat petugas membawa jenazah.

Namun, memang warga setempat yang tidak terima jenazah itu dimakamkan dengan protokol Covid-19 di wilayah itu.

Jenazah pasien akhirnya dimakamkan sendiri oleh warga tanpa protokol Covid-19.

Syaiful menambahkan, banyak warga yang tidak mau dan tidak percaya bahwa keluarganya sakit kemudian dinyatakan positif Covid-19.

"Warga tidak percaya karena terpengaruh media sosial. Padahal tenaga medis bekerja berdasarkan keilmuan, bukan rekayasa," kata Syaiful. 

(TribunMataram.com/ Salma Fenty) (Kontributor Mataram, Fitri Rachmawati)

Artikel ini telah tayang di Tribunnewsmaker.com dengan judul Ratusan Warga di Mataram NTB Ambil Paksa Jenazah Positif Corona yang Dirawat karena Keserempet Truk

Sumber: Tribun Mataram
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved