Gegara Injak Kotoran Ayam, Akses Jalan Rumah Wisnu Dipagar Tembok Tetangga, Lompat Kursi Tiap Hari
Wisnu Widodo harus menerima kenyataan setiap hari terpaksa melompati tembok bata dengan sebuah kursi kayu untuk menuju ke rumahnya.
TRIBUNMATARAM.COM - Kesal karena kotoran ayam, seorang tetangga tutup akses masuk rumah tetangganya dengan tembok.
Wisnu Widodo harus menerima kenyataan setiap hari terpaksa melompati tembok bata dengan sebuah kursi kayu untuk menuju ke rumahnya.
Bagaimana tidak, jalan akses menuju rumahnya justru ditutup M, tetangganya menggunakan tembok padahal itu bukan lahan miliknya.

Warga Desa Gandukepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tak menyangka hanya karena kotoran ayam menjadi masalah berkepanjangan dengan tetangganya berinisial M.
• Salah Paham Soal Physical Distancing, 2 Desa Saling Tutup Jalan Sampai Bangun Tembok dan Portal
• Ratusan Bocah SD di Kupang Panjat Tembok 4 Meter Tiap Hari, Akses Sekolah Tertutup Rumah Pengusaha
Saking emosinya, bahkan tetangganya tersebut nekat menutup akses depan rumah Wisnu dengan pagar tembok setinggi satu meter.
Padahal, lahan yang dibangun pagar tembok tersebut merupakan milik desa. Namun diklaim secara sepihak oleh M.
Akibat arogansi tetangganya itu, Wisnu terpaksa menggunakan kursi kayu setiap kali akan masuk dan keluar rumah.
Kondisi seperti itu sudah ia rasakan sekitar empat tahun terakhir dan tidak kunjung ada jalan keluar.
"Pagar tembok itu dibangun sejak tahun 2017 lalu," kata Wisnu saat dihubungi, Jumat (24/7/2020).
"Ya sulit kalau begitu mau masuk rumah,” imbuhnya.
Gara-gara injak kotoran ayam

Masalah yang dialami Wisnu tersebut sebenarnya hanya sepele. Yaitu karena M dan suaminya sering menginjak kotoran ayam saat melintas di depan rumahnya.
Karena itu, tetangganya tersebut geram dan akhirnya membangun tembok di depan rumahnya.
“M sama suaminya lewat kadang kadang mlecoki telek (menginjak tahi ayam) yang memicu masalah. Akhirnya ya dipagar itu,” kata Kepala Desa Gandukepuh Suroso.
Pihak desa, kata Suroso, sebenarnya juga menyesalkan sikap arogansi dari M dan sudah berusaha melakukan mediasi.
Hanya saja upaya yang dilakukan selalu gagal. Bahkan sarannya untuk memberikan akses masuk di depan rumah Wisnu selalu ditolak oleh M.
Padahal tembok yang dibangun tersebut berada di lahan milik desa.
Karena tidak ada solusi saat dilakukan mediasi, bahkan masalah itu sudah dibawa ke pengadilan.
Pengadilan, kata Suroso, juga sudah memenangkan Wisnu atas tindakan arogan yang dilakukan M dan meminta tembok itu segera dibongkar.
Namun, pihak M justru bersikukuh tidak menghiraukan putusan tersebut. Belakangan diketahui justru ingin melakukan banding.
"Ketika surat pengadilan saya kasih, dengar-dengar mau banding si M," kata dia.
Cerita Serupa
Cerita ratusan bocah SD di Kupang, Nusa Tenggara Timur / NTT panjat tembok 4 meter untuk menuju ke sekolah.
Pendidikan di wilayah timur Indonesia masih menjadi persoalan.
Kali ini, kisah miris datang dari ratusan murid SD Kristen Petra Alak, Kota Kupang, NTT.
Ratusan murid SD Kristen Petra Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kesulitan ke sekolah mereka, karena harus memanjat tembok setinggi empat meter.
• Disekolahkan Gratis, Bocah SMP di Kupang Bobol ATM Rp 27Juta Demi Foya-foya, Kecil-kecil Kriminal
• Dikenal Cerdas, Siswa SMP Kupang Tak Pernah Besuk Ayahnya Dipenjara karena Bunuh Ibunya
Tembok yang menghalangi akses menuju SD Kristen Petra itu dibangun oleh seorang pengusaha sukses di Kota Kupang.
Para siswa terpaksa harus berusaha sekuat tenaga memanjat tembok kokoh itu untuk sampai ke sekolah.
"Tiap hari kami terlambat ke sekolah gara-gara harus berulang kali panjat tembok tinggi ini.

Saya kesulitan karena temboknya tinggi sekali," ujar Juliana Julita Bahan, siswi kelas VI SD Kristen Petra Alak, saat diwawancarai sejumlah wartawan, Jumat (6/3/2020) pagi.
Menurut Juliana, ada jalan alternatif untuk ke sekolah.
Namun, jaraknya menjadi semakin jauh untuk sampai ke sekolah.
Jaraknya bisa mencapai enam kilometer.
Karena kondisi jalan alternatif yang jauh, membuat para murid terpaksa memanjat tembok.
"Kalau dulu belum ada tembok tinggi ini, kami tidak pernah terlambat ke sekolah,"ujar Juliana.
Juliana berharap agar ada solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut
"Kami hanya minta agar tembok ini segera dibongkar," kata Yuliana.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Sekolah SD Kristen Petra Alak, Frengky Kase mengatakan, tembok dibangun sekitar tiga bulan yang lalu.
Tentu saja hal itu menyulitkan para murid.
Frengky menyebut, sejak tembok berdiri, para murid sering terlambat saat ke sekolah karena perjalanan dari rumah memakan waktu 20 sampai 25 menit.

Biasanya, para murid hanya butuh waktu 5 sampai 10 menit untuk sampai ke sekolah.
Selain keterlambatan, pembangunan tembok juga berdampak terhadap keselamatan para murid.
Hingga saat ini setelah mediasi belum ada solusi untuk persoalan ini.
"Sudah 1 bulan kami menunggu tapi belum ada solusi sama sekali, baik itu dari pihak kelurahan dan juga pemilik lahan tersebut yang kami dengar milik Pitoby,"
Dirinya berharap, kebijakan dari pihak pemerintah seperti wali kota, gubernur, DPRD, serta pemilik lahan untuk segera menyelesaikan persoalan ini.
Kompas.com bersama sejumlah wartawan mencoba mengonfirmasi keluarga Pitoby yang merupakan pemilik lahan, dengan mendatangi kantor mereka di Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang.
Namun, penanggung jawab Pitoby tidak berhasil ditemui karena sedang berada di luar daerah. (Kompas.com/ Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere)
(Kompas.com/Kontributor Magetan, Sukoco)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hanya karena Kotoran Ayam, Tetangga Bangun Tembok Depan Rumahnya, Wisnu: Ya Sulit Kalau Mau Masuk" dan di Kompas.com dengan judul "Setiap Hari Ratusan Murid SD di Kupang Harus Panjat Tembok 4 Meter agar Bisa Sampai ke Sekolah".
BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Gegara Injak Kotoran Ayam, Jalan Masuk Rumah Wisnu Dipagar Tembok Tetangga, Lompat Kursi Tiap Hari.