Kisah Guru Honorer Relakan Gajinya Hingga Minus Demi Bantu Berdayakan Lansia, Ngaku Nelangsa
Pengabdian selama 6 tahun dijalaninya dengan tabah meski gaji tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari.
Semua produk mulai dari pot tanaman, turus, media cangkok dan berbagai produk kerajinan berbahan dasar limbah sabut kelapa, dikerjakan sesuai dengan kondisi para lansia.
Kebetulan memang barang-barang tersebut tidak membutuhkan tenaga besar untuk pembuatannya.
Mbah Paidi (80) mengaku senang sebab di usia senja, tenaganya masih bisa berguna.
Kakek lima orang cucu ini sangat berterima kasih kepada David karena diberi kesempatan untuk tetap berkarya.
"Wong boten kesel, enteng kerjane, kalih lenggah. Upahe ngge tumbas rokok ( Tidak capek, pekerjaan ringan, sambil duduk. Honornya bisa untuk membeli rokok.)," ujar Mbah Paidi girang.
• Detik-detik Guru Ngaji Ambruk & Meninggal Dunia saat Menyembelih Hewan Kurban, Diduga Kelelahan
Untuk pot berukuran kecil, David memberi upah Rp.1.500 per unit.
Para lansia yang mengisi plastik kecil dengan media cangkok berbahan dasar sabut kelapa juga menerima ganti jasa Rp 100 per bungkus.
David mengaku modalnya memang belum memadai untuk bisa memberikan upah lebih.
Dari hasil penjualan, dia baru bisa memetik laba sekitar Rp 1000 per item yang laku.
Laba tersebut didapat setelah menghitung bahan baku dan ongkos produksi.
Bahan baku sabut kelapa, dipasok dari Jepara seharga Rp 1,5 juta per truk. Sementara untuk penggilingan sabut, mesinnya masih meminjam.
"Meski belum ada pasar tetap tapi kami tetap berproduksi karena motivasi awalnya memang pemberdayaan lansia," terang David.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh David, Mbah Temu (60) yang sehari-hari tinggal sendiri di gubuk reyot juga merasa bersyukur ada pemuda yang peduli lansia.
• Seleksi CPNS Baru Akan Dibuka Kembali Pemerintah pada 2021 untuk 1 Juta Guru
Berkat David sekarang dia tidak lagi merasa kesepian tanpa kegiatan.
Mimpi David ke depan adalah makin meluaskan usaha supaya para lansia makin banyak yang bisa bergabung.