Viral Hasil Rapid Test Covid-19 Disebut Palsu, Begini Penjelasan IDI Makassar: Ada Salah Persepsi

Pernyataan Humas Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Makassar dr Wachyudi Muchsin soal hasil rapid test positif atau negatif itu adalah palsu menjadi viral

Editor: Asytari Fauziah
(FITRI R)
Ilustrasi alat rapid test 

TRIBUNMATARAM.COM Pernyataan Humas Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Makassar dr Wachyudi Muchsin soal hasil rapid test positif ataupun negatif itu adalah palsu menjadi viral dan mengundang beragam reaksi negatif di masyarakat.

Seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (22/9/2020), dr Wachyudi menyayangkan sikap Pj Wali Kota Makassar Rudy Djamaluddin yang hanya melakukan rapid test seusai melakukan kontak dengan Ketua KPU RI Arief Budiman yang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19.

Sebab, menurut dr Wachyudi, rapid test selama ini tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan orang tersebut positif terinfeksi virus corona atau tidak.

Surat Rapid Test Non Reaktif, 3 Penumpang Pesawat Ternyata Positif Covid-19 Setelah Swab Test

"Hasil rapid test positif maupun negatif itu semua palsu dan alat itu bukan rekomendasi IDI.

Harusnya, Pak Pj Wali Kota Makassar setelah bertemu orang yang terkonfirmasi positif langsung melakukan isolasi mandiri dan melakukan tes swab," katanya.

Pernyataan tersebut menjadi banyak disalahpahami oleh masyarakat.

Humas IDI Makassar, Wachyudi Muchsin
Humas IDI Makassar, Wachyudi Muchsin (Istimewa)

Terkait hal itu, Ketua IDI Makassar dr Siswanto Wahab menegaskan bahwa hal itu bukan pernyataan dari IDI.

"Ada mis-persepsi (salah persepsi) dari yang beliau (dr Wachyudi) katakan, bahwa alat rapid test tersebut tidak dapat dibenarkan sebagai hasil yang sah.

Karena hasilnya bisa false, artinya bisa positif palsu," kata dr Siswanto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (24/9/2020).

Dr Siswanto menegaskan, salah besar jika disebut bahwa alat rapid test yang disebut palsu, tetapi hasilnya yang bisa positif palsu.

"Itu pernyataan pribadi (dr Wachyudi), bukan dari IDI.

Bukan masalah alatnya yang palsu, tetapi hasilnya yang bisa palsu," jelas dr Siswanto.

Viral Curhatan Wanita Dilecehkan Seksual saat Rapid Test oleh Oknum Dokter, Juga Diperas Rp 1,4 Juta

Lebih lanjut, dr Siswanto menjelaskan, hasil positif palsu itu dapat terjadi dengan alat tes Covid-19 tersebut.

"Saya pernah melakukan pemeriksaan rapid test setelah terpapar seseorang (positif Covid-19), hasilnya reagen saya reaktif, artinya saya memang terpapar virus," ungkap dr Siswanto.

Kendati hasil rapid test menunjukkan reaktif, dr Siswanto menegaskan, hasil tes tersebut belum tentu mengonfirmasi bahwa dia positif terinfeksi virus corona yang menyebabkan Covid-19.

Sebab, reagen yang reaktif menandakan adanya antibodi yang terbentuk.

Selanjutnya, untuk memastikan hasil reaktif tersebut, dilakukan tes PCR dengan swab (usap).

"Setelah saya swab PCR, hasilnya negatif (Covid-19). Artinya, yang menjadi hasil benar adalah dengan tes PCR," jelas dr Siswanto.

Reaktif belum tentu positif Covid-19

Dr Siswanto mengimbau kepada masyarakat agar memahami dengan baik hasil tes Covid-19 pada alat rapid test.

Pasalnya, seseorang yang melakukan rapid test setelah merasa kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 jangan terburu-buru menyimpulkan hasil dari tes tersebut.

"Kalau hasil rapid test, reagennya reaktif, jangan sedih dulu, karena belum tentu juga positif Covid-19.

Reaktif justru bagus, karena artinya tubuh sudah terbentuk antibodi," kata dr Siswanto.

Akan Melahirkan Namun Tak Diperiksa Petugas RS & Malah Disuruh Rapid Test, Bayinya Meninggal Dunia

Lebih lanjut, dr Siswanto menerangkan, reagen reaktif pada tes cepat bisa saja menandai kemungkinan memang ada jenis virus lain yang menginfeksi tubuh, tetapi belum tentu virus SARS-CoV-2 pada Covid-19.

"Tapi, kalau hasil rapid test non-reaktif, tetapi PCR-nya positif, berarti terpapar dan antibodi belum terbentuk.

Jadi itu yang dimaksud dengan hasil false rapid test," jelas dr Siswanto.

Rapid test Covid-19, kata dr Siswanto, tetap direkomendasikan dan dibenarkan sebagai screening potensi infeksi virus corona.

Akan tetapi, tetap harus dipastikan hasilnya dengan menggunakan tes PCR.

Viral Curhatan Wanita Dilecehkan Seksual saat Rapid Test

Perlakuan tak pantas diterima oleh seorang wanita berinisal LHI saat melakukan rapid test di Bandara Soekarno-Hatta.

LHI justru mendapatkan pelecehan seksual hingga pemerasan oleh seorang pria yang mengaku sebagai dokter bandara.

Cuitannya di Twitter pun viral dan ramai diperbincangkan.

Ilustrasi pencabulan oleh guru
Ilustrasi pencabulan oleh guru (KOMPAS.com/LAKSONO HARI WIWOHO)

Peristiwa tidak mengenakkan ini berawal saat LHI melakukan rapid test Covid-19 sebelum naik pesawat.

 Surat Rapid Test Non Reaktif, 3 Penumpang Pesawat Ternyata Positif Covid-19 Setelah Swab Test

 Impiannya Jadi Polisi Wanita Hampir Kandas karena Tak Punya Biaya Rapid Tes, Sempat Frustasi

Hal tersebut dia beberkan melalui cuitan dia akun Twitter-nya, @listongs.

Kronologi kekerasan

Menurut LHI, peristiwa itu terjadi pada 13 September lalu saat dia hendak terbang dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta menuju Nias, Sumatera Utara.

"Saya penerbangannya kan jam 6 (pagi), enggak sempat rapid juga di RS (rumah sakit). Jadi saya di bandara jam 4 pagi, sekalian mau rapid test di bandara," ujar dia kepada Kompas.com, Jumat (18/9/2020) malam.

LHI kemudian melakukan rapid test di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, di fasilitas rapid test yang dimiliki Kimia Farma.

Setelah melakukan rapid test, LHI mengatakan, petugas pria yang memeriksanya secara tak terduga melakukan pelecehan seksual.

Awalnya petugas itu mengatakan hasil rapid test LHI reaktif.

"Ya sudah saya mikir enggak jadi ke Nias karena takut nularin juga orang-orang di Nias," kata dia.

Namun, petugas pria itu menyarankan agar LHI lakukan tes ulang dan dia menjamin akan memberikan hasil nonreaktif pada tes kedua itu.

Korban bingung karena merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi kemudian mengikuti usulan itu.

Setelah LHI mendapat hasil rapid test dengan hasil nonreaktif dan hendak menuju tempat keberangkatan, terduga pelaku rupanya mengejar dan menghampirinya.

Petugas itu, kata LHI, meminta sejumlah uang untuk keterangan nonreaktif yang dikeluarkannya. Korban pun merasa diperas oleh pelaku.

"Orangnya manggil, kemudian ngobrol minta duit gitu," kata dia.

Karena tidak mau ribet pada pagi hari itu, LHI kemudian mentransfer uang sebesar Rp 1,4 juta melalui ponselnya ke rekening pribadi terduga pelaku.

Setelah itu, tanpa diduga, pria tersebut melakukan kekerasan seksual dengan mencium korban dan meraba bagian dadanya. Hal itu membuat korban syok dan trauma.

"Saya nangis. Kaget," kata dia.

Kondisi bandara saat itu masih sepi. Waktu masih sekitar pukul 04.00 WIB. Korban yang dalam keadaan syok merasa tidak bisa melawan ataupun teriak meminta tolong.

Setelah tiba di Nias, LHI melaporkan kejadian yang dia alami ke polisi setempat.

Namun, polisi setempat menyarankan untuk melapor ke polisi di mana kejadian perkara berlangsung.

"Saya juga sudah telepon ke teman saya yang polisi," ujar dia.

Alami trauma

Akibat kejadian tersebut, LHI kemudian menjadi trauma. Ia sempat tak sanggup melihat laki-laki yang tidak dia kenal karena takut.

"Sampai sekarang saya masih trauma," ujar LHI.

Bahkan, begitu melihat banyak sopir taksi laki-laki, ia langsung terbayang akan pelecehan yang dia alami.

"Kan biasa kalau di bandara banyak bapak-bapak taksi nawarin, dan aku langsung ingat kejadian itu. Aku langsung balik ke kamar mandi dan nangis. Sebegitunya sampai bapak-bapak taksi nawarin (jasa taksi) aku malah keingetnya itu," kata dia.

Meski demikian, di tengah trauma, masih banyak terdekatnya yang memberikan dukungan agar dia segera lepas dari rasa trauma.

"Orang-orang terdekat aku, terutama pacar aku," kata dia. (Kompas.com/ Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas/ Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas/ Ryana Aryadita Umasugi)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral soal Hasil Rapid Test Covid-19 Palsu, Begini Penjelasan IDI Makassar" dan "Cerita LHI Mengalami Kekerasan Seksual Saat Rapid Test di Bandara Soekarno-Hatta".

BACA JUGA di Tribunnewsmaker.com dengan judul Viral Pernyataan Hasil Rapid Test Corona Disebut Palsu, Ini Penjelasan IDI Makassar: Salah Persepsi.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved