Berita Terpopuler

POPULER Di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Akhir September, Ini 7 Hal Baik yang Masih Bisa Terjadi

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, di kuartal III ini perekonomian Indonesian akan kontraksi minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.

Freepik
Apa Itu Resesi? Simak Penjelasannya Berikut Ini Lengkap 

TRIBUNMATARAM.COM Resesi ekonomi sedang santer digaungkan karena prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III akan minus, simak 7 hal positif yang masih bisa terjadi nih.

Virus corona membawa banyak dampak untuk kehidupan sehari-hari.

Salah satunya adalah sektor keuangan yang tak berjalan seperti biasa di tengah pandemi covid-19 ini.

Indonesia bahkan santer disebut akan masuk ke jurang resesi.

 Menkeu Sri Mulyani Beri Sinyal Resesi Ekonomi di Indonesia, Pengangguran & Kemiskinan Akan Meningkat

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, di kuartal III ini perekonomian Indonesian akan kontraksi minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.

Adapun keseluruhan pertumbuhan ekonomi akhir tahun menurutnya juga akan berada pada kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.

Dengan adanya hal tersebut maka pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV menurutnya juga akan negatif.

Hal ini membuat kemungkinan resesi akan terjadi.

Apa itu resesi?

Ilustrasi resesi ekonomi akibat pandemi virus corona.
Ilustrasi resesi ekonomi akibat pandemi virus corona. (SHUTTERSTOCK/LIGHTSPRING)

Melansir dari Forbes, resesi adalah kondisi di mana terjadi penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Memang terdengar menakutkan dan akan memiliki dampak besar bagi masyarakat Indonesia.

Meski begitu, masih ada 7 hal baik yang mungkin terjadi di tengah resesi yang diprediksi akan terjadi.

Berikut 7 hal positif di tengah resesi seperti dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com:

1. Mendisiplinkan investor

Resesi cenderung menghukum investor serta bisnis marjinal yang sangat bergantung pada hutang dan leverage untuk mengambil strategi investasi atau investasi bisnis yang berisiko serta spekulatif.

Leverage adalah penggunaan dana pinjaman untuk meningkatkan potensi imbal hasil atau return dari sebuah investasi.

Koreksi dan likuidasi investasi yang terlalu berisiko atau optimis menyebabkan sumber daya terkait dapat digunakan dengan lebih hati-hati.

Itu adalah fitur resesi, bukan bug atau kesalahan, yang menanamkan disiplin pada pelaku pasar dalam jangka panjang.

Hal ini dapat menyebabkan pedagang marjinal dan pemilik bisnis keluar dari pasar sekuritas atau dunia bisnis. Lalu mereka kembali ke pekerjaan berupah biasa, di mana tenaga mereka mungkin lebih cocok untuk dipekerjakan.

Namun, proses ini dapat dihambat jika kebijakan pemerintah atau bank sentral menurunkan suku bunga, meningkatkan aliran kredit mudah atau menalangi investor, bisnis, serta lembaga keuangan yang gagal.

 Resesi Makin Nyata, Ini 6 Saran dari Perencana Keuangan, Termasuk Lakukan Prioritas Belanja

2. Peluang membeli

Sisi lain dari likuidasi massal yang dapat terjadi selama resesi adalah realokasi aset dan sumber daya nyata.

Masa ekonomi yang sulit dapat menciptakan peluang pembelian yang sangat besar. Saham murah, bagi mereka yang memasuki pasar.

Selain itu, keterjangkauan rumah meningkat dan pembeli rumah baru bisa mendapatkan harga murah.

Pengusaha mungkin menemukan tanah, tenaga kerja, dan modal yang mereka butuhkan untuk memulai bisnis baru menjadi lebih terjangkau.

Ketika penurunan memberi jalan untuk pemulihan, pasar ekuitas sering mencapai ketinggian yang lebih tinggi daripada sebelum resesi atau depresi.

Tapi ini tidak akan terjadi jika pemerintah atau bank sentral mengambil tindakan untuk menjaga aset agar tidak jatuh dan membengkak kembali di pasar.

3. Peningkatan tabungan

Ilustrasi
Ilustrasi (IST)

Kesulitan ekonomi dapat membuat perubahan pola pikir konsumen. Seperti halnya resesi yang dapat mendisiplinkan investor, resesi dapat menyebabkan konsumen lebih berhati-hati.

Ketika kredit mengering dan pendapatan semakin ketat, konsumen dipaksa untuk hidup sesuai dengan pendapatan yang dimiliki dan berhenti mencoba untuk hidup di atas kemampuan mereka.

Hal itu umumnya menyebabkan tingkat tabungan nasional meningkat dan memungkinkan investasi dalam perekonomian.

Tapi ini tidak bisa terjadi jika pemerintah menekan suku bunga dan mendorong konsumsi yang berlebihan selama resesi.

4. Beberapa bisnis berkembang

Dilansir Nasdaq, Minggu (23/2/2020), mungkin tidak ada yang namanya industri 'tahan resesi'. Tetapi ada beberapa bisnis yang cenderung berhasil dalam resesi.

Berikut ini daftarnya:

  • Industri permen
  • Layanan pemeliharaan
  • Toko grosir atau supermarket
  • Pengacara masalah kebangkrutan

Konsumsi permen meningkat drastis selama resesi hebat 2007-2009. Faktanya, pada 2008 keuntungan Cadbury meningkat sebesar 30% dan Nestle melaporkan peningkatan laba hampir 11%.

Mengenai layanan pemeliharaan, orang-orang saat resesi cenderung memilih memperbaiki barang-barang yang rusak daripada membeli sesuatu yang baru.

Hal itu menguntungkan pengusaha perbaikan kendaraan bermotor, tukang reparasi, dan semacamnya.

Terkait toko grosir, ketidakstabilan ekonomi membuat orang-orang lebih jarang makan di luar.

Dengan semakin banyaknya orang yang memasak di rumah, toko bahan makanan mendapatkan keuntungan.

 Bersiap & Waspada untuk Resesi Ekonomi, Ini Dampaknya dan yang Harus Dilakukan Masyarakat

5. Efisiensi meningkat

Sisi positif lain dari resesi adalah membuat perusahaan yang selama ini tidak efisien berbenah diri.

Penurunan ekonomi mengingatkan perusahaan untuk membuang kelebihan persediaan dan memotong biaya overhead mereka.

Itu mengajarkan mereka untuk merampingkan proses dengan cara yang menghemat biaya, tetapi tetap memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.

6. Menstabilkan harga kebutuhan sehari-hari

PASAR MURAH - Calon pembeli antre untuk mendapatkan sembako murah yang dijual di Pasar Al-Mahirah, Lamdingin, Kota Banda Aceh, Rabu (22/7/2020). Warga dan pihak terkait diharap tetap menerapkan protokol kesehatan dalam berbagai aktifitas di masa new normal pandemi Covid-19. (SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR)
PASAR MURAH - Calon pembeli antre untuk mendapatkan sembako murah yang dijual di Pasar Al-Mahirah, Lamdingin, Kota Banda Aceh, Rabu (22/7/2020). Warga dan pihak terkait diharap tetap menerapkan protokol kesehatan dalam berbagai aktifitas di masa new normal pandemi Covid-19. (SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR) (M ANSHAR (AAN)/SERAMBI/M ANSHAR)

Mirip seperti perusahaan, resesi cenderung membuat orang-orang lebih berhemat.

Orang-orang dengan pendapatan tetap dan mereka yang menyimpan sebagian besar uang dalam bentuk tunai bisa mendapatkan keuntungan dari harga baru yang lebih rendah.

Jika ekonomi tidak melambat atau resesi, pertumbuhan mengarah pada upah yang lebih tinggi.

Namun, upah yang lebih tinggi itu menyebabkan inflasi tinggi dan menaikkan biaya barang sehari-hari.

Semakin tinggi biaya barang sehari-hari, semakin sedikit konsumen yang dapat mengimbangi.

Resesi membuat seluruh proses merangkak cukup lama untuk menyetel ulang harga ke tingkat yang lebih dapat dikelola.

7. Mengubah pola pikir

Hampir semua orang akan terdampak resesi. Selama masa resesi, orang-orang diingatkan tentang betapa pentingnya hidup di bawah kemampuan sendiri.

Hal itu mendorong orang-orang menabung untuk hari esok, terus mengisi dana darurat, dan mengevaluasi kembali cara mengelola uang.

Meski menabung tidak membantu pemulihan ekonomi, tetapi banyak orang akan mendapatkan manfaat yang lebih banyak dari menabung.

Jika Anda memiliki uang yang diinvestasikan dalam saham atau sedang mempertimbangkan untuk membuka saham Anda pertama kali, hal terpenting bukanlah berhenti investasi atau tidak jadi investasi.

Akan tetapi, pastikan Anda berinvestasi untuk jangka panjang, tidak hanya saat resesi.

Hal itu karena nilai saham akan selalu naik dan turun. Kesalahan paling banyak dilakukan oleh orang-orang adalah panik dan menjualnya pada saat terendah. (TribunMataram.com/ Asytari Fauziah) (Kompas.com/ Nur Fitriatus Shalihah)

Artikel ini telah tayang di Tribunnewsmaker.com dengan judul Di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Akhir September, Ini 7 Hal Baik yang Masih Bisa Terjadi

Sumber: Tribun Mataram
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved