5 Kisah Keprihatinan Guru di Pedalaman Indonesia, Gaji Habis untuk Beli Air, Tak Digaji 9 Bulan

Memperingati Hari Guru Nasional Rabu (25/11/2020), pendidikan di Indonesia masih menjadi masalah yang serius.

(KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON)
Berta Bua’dera saat berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang ia lintasi selama 11 tahun sejak 2009 di Kampung Berambai Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kaltim, Rabu (28/10/2020).  

Tahun 2009, ia ikut tes CPNS dan dinyatakan lulus. Kemudian, dia diangkat jadi Plt Kepala SDN 011 Muara Wis, Desa Enggelam tahun 2013 hingga sampai saat ini.

“Mau pelantikan tapi Covid-19 jadi belum dilantik jadi kepala sekolah defenitif,” pungkas dia.

4. Guru honorer 11 tahun jalan kaki ke sekolah

Berta Bua'dera (48) seorang guru honorer di Kota Samarinda, Kalimantan Timur selama 11 tahun jalan kaki saat berangkat ke sekolah.

Sambil menenteng tas kecil dan kotak bekal, ibu satu anak ini berjalan kaki membelah kesunyian menuju SDN Filial 004 di Kampung Berambai, Kecamatan Samarinda Utara.

Rumah Berta dan sekolah terpisah hutan lebat yang berjarak sekitar 5 kilometer.

Kawasan ini sebagian besar masih hutan.

“Tiap hari saya begini, jalan kaki lima kilo menuju sekolah bawa bekal,” ungkap Berta kepada Kompas.com saat ditemui di sekolah, Rabu (29/10/2020) sore.

Jalur yang dilewati Berta tak bisa dilewati kendaraan roda dua. Ia harus menaiki bukit dan menuruni lembah. Jalur tersebut terbentuk karena dilalui orang yang berkebun.

“Kalau tidak hati-hati bisa jatuh,” Berta mengingatkan saat kami menanjaki jalan berbukit.

Ketika hujan, kata Berta, jalan tanah ini licin dan lengket. Biasanya, ia menggunakan payung ke sekolah ketika hujan.

Tak jarang, perempuan kelahiran Tanah Toraja, Sulawesi Selatan menemui ular kobra, monyet, bahkan orangutan.

“Monyet paling sering ketemu. Orangutan dan ular jarang-jarang, tapi ular di sini rata-rata berbahaya, ular kobra. Tapi syukur sejauh ini saya aman saja,” harap Berta.

5. Gentar, guru asli Orang Rimba di Jambi

Gentar (35) Orang Rimba dari Kelompok Ngadap di Jambi sudah tiga tahun menajdi guru bagi anak-anak Orang Rimba.

Lelaki yang akrab disapa Bepak Beganggum ini mengajar puluhan anak-anak.

Selama pandemi, Gentar tetap mengajar dengan berkeliling di daerah Makekal Ilir, di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD).

Guru Lokasi mengajar Gentar hanya sepelemparan batu dari pondoknya yang beratap daun cikai, sejenis rumbia yang memliki bentuk lebih lebar.

Pondoknya hanya berlantai terpal. Selama pandemi, kegiatan belajar berupaya menerapkan protokol kesehatan.

"Bejarak-bejarak duduknyo (jaga jarak duduknya),” kata Gentar saat mengajar pada Selasa (24/11/2020).

Sebenarnya, jumlah murid Gentar di rombongan itu ada 25 anak. Hanya saja, hari itu sebagian anak pergi ikut orangtua mereka untuk mempersiapkan ritual adat orang rimba.

Mumpa iyoilah keadaan kami belajor, kadong benyok kadang sedikit, tergantung bebudak (Seperti inilah kondisi kami belajar, kadang banyak, kadang sedikit, tergantung muridnya),” ujar Gentar.

Menurut Gentar, tidak ada jam khusus dalam belajar. Semua tergantung kecocokan masing-masing anak didik.

Pola pendidikan yang dikembangkan, menurut Gentar, sangat menyesuaikan dengan adat dan budaya orang rimba.

Apabila ada murid yang sakit, maka kegiatan belajar mengajar berhenti total. Sesuai dengan tradisi besesandingon, menurut Gentar, bagi anak atau orang yang sakit, harus dipisahkan dengan orang bungaron (sehat).

"Itu namanya becenenggo atau isolasi mandiri menurut orang luar," kata Gentar.

(KOMPAS.com / Dhias Suwandi, Nurwahidah, Zakarias Demon Daton, Suwandi | Editor : Dony Aprian, Khairina, Abba Gabrillin)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Kisah Guru Mengajar di Pedalaman, Gaji Habis untuk Beli Air hingga Bertahan di Desa Tanpa Daratan"

BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul 5 Keprihatinan yang Dirasakan Guru di Pedalaman, Gaji Habis untuk Beli Air, 9 Bulan Kerja Tak Digaji

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved