Viral Hari Ini

Berangkat Subuh Dayung Perahu Sejauh 17 km, Kini Sulkifli Jadi TNI Pertama di Kampungnya

Kini, anak nelayan dari Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan tersebut berhasil menggapai impiannya menjadi seorang prajurit TNI Angkatan Laut.

(Dok Dinas Penerangan Lantamal VI)
Sulkifli, calon prajurit seleksi TNI AL saat hendak menyandarkan perahunya di Mako Lantamal VI TNI AL. 

"Sekaligus saya terpilih untuk mewakili DKI Jakarta di ajang International Olympiad of Metropolises 2019, Moscow," ucap Rayhan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/9/2020).

Bukan hanya sebagai pelengkap, Rayhan membuktikan bahwa dirinya memang berprestasi dengan mendapat medali perunggu di bidang fisika pada ajang internasional itu.

Berbekal prestasi yang ia raih di olimpiade nasional dan internasional tersebut, Rayhan sangat optimistis dapat diterima pada jalur undangan saat seleksi masuk perguruan tinggi.

"Setelah semua prestasi yang saya raih, ditambah juga saya bisa menjaga nilai sekolah saya. Saya awalnya optimistis untuk diterima di jalur SNMPTN (undangan)," kata Rayhan.

Selain itu, tambah dia, semua guru di sekolahnya juga berkata demikian kepadanya sehingga membuatnya semakin semangat.

Gagal lolos SNMPTN

Waktu yang dinanti pun tiba, tetapi takdir berkata lain, Rayhan dinyatakan gagal diterima melalui jalur SNMPTN. 

Saat itu, dia memilih Sekolah Teknik Elektronika dan Informatika (STEI) ITB dan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB. 

Dia pun sempat merasa semua prestasi yang pernah ia raih semasa duduk di bangku SMA menjadi sia-sia dan tak berguna.

"Seolah olah, prestasi prestasi yang sudah saya capai selama 3 tahun di SMA menjadi sia sia. Walaupun saya yakin tidak ada yang sia-sia," kata Rayhan.

Karena apa yang dia impikan tidak terwujud, Rayhah membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menenangkan diri dan mencoba bangkit.

"Lagi pula hasil juga sudah mutlak, kan?" tanya Rayhan kepada diri sendiri.

Setelah sedikit melupakan kegagalannya di SNMPTN, Rayhan akhirnya memfokuskan diri untuk belajar lebih giat agar bisa lolos di jalur berikutnya, yakni SBMPTN.

Intensitas belajar, lanjut Rayhan, ditingkatkan hingga memakan waktu belasan jam dan berakibat kurangnya waktu istirahat.

"Saya belajar sampai 12 jam saya lakuin dengan waktu tidur hanya 4-5 jam. Saya benar benar tidak mau gagal di SBMPTN," jelas Rayhan.

Ayah meninggal dunia karena stroke

Bayang-bayang gagal SNMPTN belum sepenuhnya hilang dari benak Rayhan, kini dia diberikan cobaan yang lainnya ketika sang ayah menghadap ke Sang Ilahi.

Ayah Rayhan pergi untuk selama-lamanya karena penyakit stroke yang telah lama dideritanya.

"Papa saya meninggal akibat serangan stroke yang dideritanya. Papa bukan hanya seorang ayah buat saya, tapi beliau seorang teman," ungkap Rayhan.

Rayhan menambahkan, setiap kali dirinya merasa lelah semasa berjuang di ajang OSN lalu, orang pertama yang selalu mendukung dan memotivasinya untuk lebih semangat adalah sang ayah.

Sang ayah, Rayhan melanjutkan, walau tidak memiliki latar belakang pendidikan Fisika, tetapi selalu membantunya untuk menjadi lebih baik.

Dan Rayhan benar-benar kehilangan semuanya.

"Saya benar benar kehilangan semuanya. Mungkin kehilangan PTN tidak jadi masalah, karena PTN bisa dicari dengan banyak jalur. Tapi kehilangan Papa? Apakah bisa diganti? Enggak," papar dia.

Gagal lolos SBMPTN

Sepeninggal sang ayah, Rayhan tetap melanjutkan belajarnya meskipun di bawah tekanan mental.

Rayhan mengaku life must go on, hidup terus berjalan, dan akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"Waktu tidur akhirnya saya kurangi menjadi 2-3 jam per hari," ucap Rayhan.

Pada mulanya, impian Rayhan adalah ingin melanjutkan studi di jurusan teknik mesin, tetapi keinginannya itu berubah setelah ayahnya meninggal dunia.

Ia berubah pikiran untuk menjadi dokter karena merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakit yang dialami ayahnya.

Kali ini, dia mencoba memilih jurusan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS). 

Hari yang ditunggu pun tiba, di mana hari diumumkannya hasil SBMPTN.

"Pengumuman SBMPTN pun berlangsung, dan akhirnya saya dinyatakan gagal lolos seleksi. Three times strikes out. Gagal SNMPTN, papa meninggal dan gagal SBMPTN," sesal Rayhan.

Mendapat ganti 

Seolah olah, kata Rayhan, kebahagiaan yang ia peroleh pada 2019 digantikan menjadi sebuah ujian pada 2020 ini.

Ia sempat berpikir bahwa Sang Kuasa sangat mudah membalikkan keadaan manusia dari titik tertinggi (kebahagiaan) menjadi titik terendah (ujian dari Tuhan).

Namun, Rayhan juga berpikir bahwa Sang Pencipta uga akan mudah membalikkan kondisi seseorang dari titik terendah, menjadi titik tertinggi.

"Alhamdulillah, saya diberi ujian. Berarti Tuhan masih memperhatikan saya. Saya percaya pasti akan ada kebahagiaan yang datang ke saya," jelas Rayhan.

Setelah semua ujian berhasil ia lewati, Rayhan pun mendapat kebahagiaan setelahnya.

Agustus 2020 ini, seolah menjadi bulan baik baginya karena Rayhan berhasil diterima di banyak universitas, bahkan beberapa di antaranya adalah universitas ternama.

"18 Agustus saya diterima di Teknik Mesin UI (Jalur Simak) dan Teknik Mesin UNS (Jalur Prestasi), 23 Agustus diterima di Fakultas Kedokteran UNPAD (jalur Prestasi). Diterima juga di Universitas Bina Nusantara (BINUS) dengan beasiswa full, diterima melalui jalur prestasi untuk kuliah di Ilmu Biomedis Universitas Andalas, Padang," jelas Rayhan.

Pilih tidak merantau

Dengan banyaknya universitas yang menerimanya itu, Rayhan sempat kebingungan untuk memilih mana yang terbaik bagi dirinya.

Akhirnya, Rayhan memilih kuliah di jurusan Teknik Mesin, Universitas Indonesia (UI).

Terdapat alasan utama mengapa Rayhan memilih UI sebagai tempat berikutnya menimba ilmu.

"Papa saya baru meninggal 4 bulan yang lalu. Tanggung jawab keluarga sekarang ada di saya. Walaupun saya anak bungsu, tetapi saya satu satu nya laki-laki di keluarga. Jadi saya mikirin juga untuk enggak mau merantau dan sebisa mungkin kuliah di tempat yang terdekat," jelas Rayhan.

"Apalagi sekarang peran Papa harus saya gantikan," imbuh dia.

Rayhan berharap, kisahnya yang ramai di media sosial ini bisa memotivasi para siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

(Kompas.com / Kontributor Makassar, Himawan/Dandy Bayu Bramasta)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Haru Sulkifli, Berhasil Menjadi TNI AL Pertama di Kampungnya, Berjuang Kayuh Perahu 17 Km Saat Tes"

dan "Viral, Kisah Juara Olimpiade Internasional Gagal SNMPTN dan SBMPTN, Bagaimana Akhirnya?".

BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Rela Berangkat Subuh Dayung Perahu Sejauh 17 km, Kini Sulkifli Berhasil Jadi TNI Pertama di Kampung

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved