Kecelakaan Sriwijaya Air
Update Korban Sriwijaya Air Teridentifikasi hingga Kamis Malam, 6 Identitas Terungkap Lagi, Total 12
Update nama-nama korban Sriwijaya Air SJ 182 yang berhasil teridentifikasi hingga Kamis (14/1/2021) malam.
Namun, dalam hitungan detik, pesawat dilaporkan hilang kontak hingga akhirnya jatuh.
Kesaksian Penyelam Temukan Jasad
Untuk kali pertama di dalam hidupnya, Hence Kertajaya mengajukan diri secara sukarela untuk menyelam mencari jenazah korban Sriwijaya Air SJ 182.
Kepiawaiannya dalam menyelam kali ini ingin digunakannya untuk membantu menemukan potongan tubuh korban Sriwijaya Air agar bisa segera dipastikan kondisinya.
Meski tak mudah bagi Hence ketika menemukan potongan organ manusia, tetapi ia bertekad kuat membantu.
Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1/2021) menggetarkan hati Hence Kertajaya, salah satu penyelam relawan dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI).

Hence menjadi satu dari banyaknya penyelam yang ikut terlibat dalam pencarian korban dan material pesawat yang terhampar di lautan.
Kepada Kompas.com, Hence menceritakan pengalamannya saat mengevakuasi korban dan material pesawat.
Baca juga: Total 6 Jenazah Korban Sriwijaya Teridentifikasi, Tambahan 2 Nama Indah Halimah Putri & Agus Minarni
Baca juga: Keluarga Ingin Jenazah Korban Sriwijaya Air yang Terungkap Disimpan, Tunggu Potongan Tubuh Lain
Baca juga: Kesaksian Penyelam Lihat Pemandangan Bawah Laut Lokasi Sriwijaya Air Jatuh : Hancur Berkeping-keping
Pada Minggu (10/1/2021), Hence bersama penyelam lain berangkat ke titik lokasi pencarian menggunakan kapal KM Wisnu.
"Saya berangkat Minggu, kebetulan saya karena keadaan darurat langsung berangkat ke sana (JICT II, Tanjung Peiok). Jadi saya sendiri dari POSSI kemudian gabung dengan Basarnas," kata Hence saat diwawancara melalui sambungan telepon, Rabu (13/1/2021).
Hence bercerita, meski cuaca sedang baik saat itu, namun lumpur yang tebal cukup mengambat para penyelam dalam operasi pencarian.
"Cuaca sangat baik enggak terlalu berombak, cuma permasalahan yang kami hadapi itu saat kami berada di dalam air, karena di bawah itu lumpurnya sangat tebal," tutur dia.

"Jadi visibility-nya juga sangat kurang sekali, sehingga apa yang kami cari itu juga tidak maksimal," sambungnya.
Para penyelam hanya diberikan waktu maksimal 20 menit di dalam air untuk mencari serpihan pesawat atau potongan tubuh korban.
Hence menyebut, ia diwajibkan untuk berdampingan dengan penyelam lain saat di bawah air.