SMK N 2 Padang Wajibkan Siswi Non-Muslim Berjilbab Banjir Kritik, Kepala Sekolah Minta Maaf

Belakangan, sebuah video viral menunjukkan protes orangtua wali murid siswa non-muslim yang 'dipaksa' sekolah untuk wajib berjilbab.

Shutterstock
Ilustrasi jilbab 

TRIBUNMATARAM.COM - Paksa murid non-muslim berjilbab, kepala SMK N 2 Padang minta maaf.

Belakangan, sebuah video viral menunjukkan protes orangtua wali murid siswi non-muslim yang 'dipaksa' sekolah untuk wajib berjilbab.

Kini, setelah menuai beragam kritik, pihak kepala sekolah akhirnya minta maaf.

Kepala SMK Negeri 2 Padang, Sumatera Barat, Rusmadi menyampaikan permohonan maaf terhadap kesalahan dalam penerapan kebijakan seragam sekolah.

Permohonan maaf disampaikan di hadapan puluhan wartawan saat konferensi pers di Padang pada Jumat (22/1/2021) malam.

Ilustrasi jilbab
Ilustrasi jilbab (Shutterstock)

"Saya menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan dari bidang kesiswaan dan bimbingan konseling (BK) dalam penerapan kebijakan berseragam di sekolah," kata Rusmadi.

Rusmadi mengatakan, persoalan tersebut akan diselesaikan secara bersama dan kekeluargaan.

Baca juga: Kasus Siswi Non-Muslim di Padang Wajib Berjilbab, Komnas HAM Hingga Andre Rosiade Beri Komentar

Baca juga: Pamitnya Terbang ke Padang, Keluarga Syok Kopilot Diego Mamahit Mendadak Ikut Sriwijaya Air SJ 182

Bagi siswi yang sempat dipanggil karena tidak memakai jilbab di sekolah, menurut Rusmadi, dapat bersekolah seperti biasa.

"Ananda kita dapat sekolah seperti biasa kembali," kata Rusmadi.

Video orangtua murid protes

Sebelumnya diberitakan, sebuah video adu argumen antara orangtua murid dan Wakil Kepala SMKN 2 Padang, Sumatera Barat, viral di media sosial.

Video berdurasi 15 menit 24 detik yang dibagikan akun Facebook EH itu memperlihatkan adu argumen soal kewajiban semua siswi, termasuk yang non-muslim untuk memakai jilbab di sekolah.

Dalam video itu, terdengar suara pria yang menjelaskan bahwa dia dan anaknya adalah non-muslim.

Pria yang merupakan orangtua murid itu mempertanyakan alasan sekolah negeri membuat aturan tersebut.

"Bagaimana rasanya kalau anak Bapak dipaksa ikut aturan yayasan. Kalau yayasan tidak apa, ini kan negeri," kata pria tersebut.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved