Viral Hari Ini
Video Viral Warga Baduy Menangis Lihat Hutan Sakral 2 Hektar Dirusak, Dedi Mulyadi Marah : Malu!
Suku baduy lantas meminta tolong kepada pemerintah agar tidak menghancurkan hutan mereka.
TRIBUNMATARAM.COM - Sebuah video viral menunjukkan warga suku Baduy menangis setelah hutan sakral mereka dirusak penambang emas liar.
Tak sedikit, hutan sakral seluas 2 hektar itu dirusak penambang emas liar.
Suku baduy lantas meminta tolong kepada pemerintah agar tidak menghancurkan hutan mereka.
Warga Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menangis setelah mengetahui hutan sakral mereka rusak oleh penambang emas liar. Luas lahan yang rusak tersebut mencapai dua hektar.
Warga Baduy pun meminta pemerintah untuk menjaga hutan mereka. Permintaan itu disampaikan melalui potongan video yang diunggah di media sosial oleh akun @inforangkasbitung.
"Kami mohon ke pemerintah, kami diamanatkan oleh leluhur supaya gunung jangan dihancurkan, lembah jangan dirusak, adat jangan diubah. Tapi sekarang terbukti Gunung Liman yang dirusak, minta tolong ke pemerintah," kata seorang warga Baduy dalam potongan video tersebut menggunakan bahasa lokal setempat.
Sumber mata air warga Baduy
Sementara itu, Kepala Desa Cibarani, Kecamatan Lebak, Dulhani menyebutkan, luas hutan sakral yang dirusak penambang emas liar itu mencapai dua hektar. Berdasarkan pengamatannya, di hutan sakral itu ditemukan sejumlah lubang yang diduga tempat penambang liar mencari emas.
Dulhani menduga, pembuatan lubang itu sudah berlangsung lama, kemungkinan berbulan-bulan. Namun, baru diketahui karena lokasinya cukup jauh dari permukiman.
Baca juga: Satu Tahun Pandemi Landa Indonesia, Tak Satu Pun Warga Suku Baduy Kena Covid-19, Apa Rahasianya?
Baca juga: 6 Fakta Pembunuhan & Pemerkosaan Gadis Baduy Ditinggal Kakak Mencari Burung, Perlawanan Kuat Korban!
Dulhani mengatakan, lubang-lubang tambas emas ilegal itu berlokasi di Gunung Limun yang masuk wilayah Wewengkon Adat Kasepuhan Cibarani di Kecamatan Cirinten. Lokasi itu masih masuk hutan titipan leluhur Baduy.
Hutan tersebut merupakan sumber mata air yang sangat dijaga oleh masyarakat suku Baduy. Di sana terdapat sumber aliran sungai-sungai penting di Kabupaten Lebak dan Banten, yakni Sungai Cibarani, Ciliman, Ciujung, dan Sungai Cibaso.
Dedi Mulyadi marah
Anggota DPR Dedi Mulyadi
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi IV DPR yang konsen pada isu lingkungan, Dedi Mulyadi, marah setelah mengetahui hutan sakral suku Baduy dirusak hingga membuat warga menangis. Dedi menyebut perusakan itu sungguh memalukan.
"Malu kita sebagai orang beragama melakukan perusakan. Ditangisi orang Baduy," kata Dedi saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (22/4/2021), dikutip dari Kompas.com dengan judul "Warga Baduy Menangis 2 Hektar Hutan Sakral Dirusak, Dedi Mulyadi Marah"
Dedi mendesak pemerintah pusat melalui pemerintah dan aparat penegak hukum untuk menindak tegas penambangan emas ilegal di hutan sakral suku Baduy.
Dedi bahkan meminta agar besok pemerintah melakukan operasi penangkapan dan menutup areal yang digunakan penambangan ilegal atau gurandil tersebut.
"Besok segera ditindak. Jangan biarkan perusakan alam terus berlanjut," tegas Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengaku malu kepada orang Baduy. Kata dia, orang Baduy tidak mengenyam pendidikan formal seperti warga lainnya di Indonesia.
"Namun, mereka jauh lebih beradab dibanding kita. Saya jujur malu sama orang Baduy, malu sama ucapan, malu sama sikap kita," tegas Dedi.
Tak Satu Pun Warga Baduy Positif Covid-19
Hampir satu tahun pandemi Covid-19 atau corona, tidak ada satu pun warga Suku Baduy di pedalaman Provinsi Banten yang terkonfirmasi positif.
Padahal, di Kabupaten Lebak, jumlah kasus sudah mencapai 1.179 yang tersebar di 28 kecamatan hingga Kamis (21/1/2021).
"Tidak ada, tidak ada sama sekali, masih nihil," kata Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija, kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (22/1/2021).
Baca juga: Viral Video Asusila Pasien Covid-19 di Ruang Isolasi RSUD Dompu, 2 Petugas RS Jadi Tersangka
Baca juga: Sudah Disuntik Vaksin Sinovac Bupati Sleman Tetap Positif Covid-19, Ahli : Karena Injeksi di Bahu
Baca juga: Tak Bisa Wajib Lapor ke Polda Metro Jaya, Gisel Ngaku Sedang Isolasi Mandiri, Positif Covid-19?

Saija mengatakan, nol kasus di Baduy merupakan hasil dari segala upaya yang sudah dilakukan oleh pihaknya untuk mencegah Covid-19 masuk ke dalam wilayahnya.
Antisipasi cepat
Kata dia, sejak corona tercatat pertama kali di Indonesia pada Maret tahun lalu, pihaknya sudah mengantisipasi dengan cepat.
"Warga Baduy yang ada di perantauan diperintahkan untuk langsung pulang, semua pulang dari Jakarta, Tangerang, Bandung," kata dia.
Adapun warga Baduy yang sudah di dalam wilayah Desa Kanekes dilarang untuk bepergian.
Baca juga: Menko Airlangga Hartarto Sembunyikan Statusnya sebagai Penyintas Covid-19, Istana Saja Tak Tahu
Wajib masker di kawasan Baduy
Sebagai kawasan adat yang kerap dikunjungi wisatawan, Baduy juga membatasi kunjungan selama pandemi.
Mereka yang datang ke Baduy, kata Saija, harus mengikuti protokol kesehatan. Warga Baduy juga diwajibkan untuk selalu mengenakan masker.
Upaya lain untuk menangkal Covid-19 juga dilakukan dengan cara tradisional.
Baca juga: Menko Airlangga Hartarto Sembunyikan Statusnya sebagai Penyintas Covid-19, Istana Saja Tak Tahu
Mantra dan doa
Setiap saat, kata Saija, kerap dilakukan doa bersama untuk meminta keselamatan bagi warga Baduy.
"Beberapa waktu lalu bersama Jaro Tangtu kita kumpul, berdoa, nyareat-lah istilahnya untuk keselamatan warga Baduy, kita pagari juga batas-batas wilayah dengan doa, ada mantra-mantranya," kata dia.
(Kompas.com/ Acep Nazmuddin | Farida Farhan)