Kapal Selam KRI Nanggala Hilang Kontak
Gugur di KRI Nanggala-402, Serda Eko Dikenal Rajin Salat, Suka Rebahan di Emper Musala Usai Tarawih
Serda Eko Prasetyo yang gugur di kapal selam KRI Nanggala-402 dikenal sebagai sosok yang rajin salat dan mengaji.
TRIBUNMATARAM.COM - Serda Eko Prasetyo yang gugur di kapal selam KRI Nanggala-402 dikenal sebagai sosok yang rajin salat dan mengaji.
Mendiang biasa rebahan di emper masjid sembari menunggu tadarus karena mendahulukan anak-anak.
Kini, ia bersama awak kapal lain berpatroli dalam keabadian bersama KRI Nanggala-402.
Salah satu awak KRI Nanggala-402, Serda Eko Prasetyo (34), dikenal warga Perum Pondok Halim II, Desa Burneh, Kecamatan Burneh, Bangkalan, sebagai sosok yang ramah.
Paman Eko, Abdul Wahed mengatakan, pria berpangkat sersan itu rajin beribadah secara berjemaah di kompleks perumahan.
Meski harus pulang pergi, Surabaya-Bangkalan, Eko tetap rajin beribadah di mushala.
• Maki KRI Nanggala-402, Polisi di DIY Diciduk: Ada Indikasi Depresi, Kelahiran 1980 Tapi Belum Nikah
• Berharap Jenazah Heri Oktavian Ditemukan, Ibu Awak KRI Nanggala-402: Maafkan Semua Kesalahannya

Selama Ramadhan, kebiasaannya bertambah, Eko rajin tadarus sehabis tarawih.
"Sehabis tarawih, Eko biasanya rebahan di emper musala sambil menunggu giliran tadarus karena mendahulukan anak-anak tadarus duluan," ujar Wahed saat dihubungi melalui telpon seluler, Senin (26/4/2021).
Wahed menambahkan, terakhir bertemu dengan Eko usai shalat tarawih pada Kamis (15/4/2021).
Setelah pertemuan itu, Wahed sudah tidak bertemu lagi dengan Eko.
• Putra Tercinta Gugur di KRI Nanggala-402, Ibu Kolonel Harry Ungkap Satu Harapan: Jenazah Ditemukan
Selain dikenal rajin ibadah, Eko yang lahir di Kebumen, Jawa Tengah tahun 1987 ini, sosok yang santun dalam bergaul dengan orang lain.
Bahkan, ayah dua anak ini enggan berbicara dengan orang lain jika isi pembicaraannya tidak bermanfaat seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Sersan yang Rajin Shalat dan Mengaji Itu Kini Berpatroli dalam Keabadian Bersama KRI Nanggala-402".
"Orangnya kalau tidak diajak bicara, enggan bicara duluan."
"Dia sopan sekali perangainya," imbuh Wahed.
Ketua RT 9 Perum Pondok Halim II, Sudaili mengaku sangat terpukul atas kehilangan Eko Prasetyo.
Meski baru empat tahun tinggal di perumahan itu, namun sosok Eko dikenal sebagai warga yang ramah dan santun.
"Waktu KRI Naggala 402 dikabarkan hilang kontak, semua warga perumahan setiap malam menggelar doa keselamatan karena Eko orangnya baik dan santun," tutur Sudaili melalui telepon.
Eko telah menikahi seorang perempuan bernama Dewi Nurista Priwantini (32).
Dari perkawinan itu, mereka dikaruniai dua anak, yakni Latif (6) dan Lani (3).
Di KRI Manggala 402, Eko bertindak sebagai juru komunikasi II saat melaksanakan tugas latihan perang di perairan utara pulau Bali.
Sementara itu, istri Eko, Nurista masih belum mau ditemui jurnalis setelah kecelakaan kapal selam itu.
Kisah Pilu Awak Kapal Selam KRI Nanggala-402
Baru minggu lalu, Peltu Wahyudi sempat video call pamer sepatu Pakaian Dinas Lapangan (PDL) pada anaknya Serda Ede Pandu Yudha Kusuma.
Wahyudi pamer baru saja mendapat pembagian sepatu PDL dari kesatuannya di TNI Angkatan Darat.
"Saya sama Pandu itu seperti kakak adik."
"Saya dapat pembagian pakain apa, saya kasihkan ke dia."
• Anggotanya Gugur di KRI Nanggala-402, Ini Profil Korps Hiu Kencana, Satuan Khusus Kapal Selam TNI AL
• Seluruh Kru KRI Nanggala-402 Dinyatakan Gugur, KSAL: Jenazah Awak Kapal akan Dievakuasi ke Surabaya

"Begitu juga sebaliknya."
"Minggu lalu saya dapat sepatu PDL."
"Sengaja ukuran sepatunya saya minta seperti ukuran sepatu Pandu," kata Wahyudi ditemui seusai doa bersama di rumahnya, di Kelurahan Sobo, Banyuwangi, Minggu (25/4/2021) malam.
"Itu buat siapa Pak? Ya buat kamu."
• VIDEO - Hasil Visual Nanggala-402 Terbelah Jadi 3, Pihak TNI: Kecil Kemungkinan Kru Kapal Selamat
"Bagus Pak sepatunya," kata Wahyudi mengenang video call terakhir dengan anaknya itu.
Rencananya jika pulang nanti, sepatu itu akan diberikan kepada Pandu seperti dikutip dari Surya.co.id dengan judul Kisah Sepatu PDL Jatah sang Ayah untuk Serda Pandu yang Tak sempat Diberikan.
Namun takdir berbicara lain. Pandu termasuk kru kapal selam Nanggala 402 yang dinyatakan tenggelam dan seluruh awaknya gugur.
"Saya kalau lihat sepatu itu, selalu teringat Pandu," kata Wahyudi yang tak mau menunjukkan sepatu PDL karena teringat anaknya tersebut.
Wahyudi bercerita, Pandu diterima menjadi anggota TNI AL sejak 2016 lalu.
Desember tahun ini seharusnya tepat lima tahun Pandu menjadi anggota TNI AL.
Sejak 2016 Pandu dinas di kapal permukaan. Pada 2018 Pandu mendapat telepon diminta kesatuan untuk mengikuti tes menjadi kru kapal selam.
Pandu diminta secara khusus untuk mengikuti tes.
Pandu akhirnya diterima menjadi 23 anggota kapal selam dari 100 orang yang mengikuti tes kala itu.
Saat mengikuti sekolah kapal selam selama sekitar 7-8 bulan, Pandu menurut Wahyudi sempat rindu dengan masakan Banyuwangi.
• Minta Keluarganya Tak Perkeruh Suasana, Nathalie Holscher: Kasihan Aku, Cuma Ingin Bahagia
Wahyudi lantas mengirim makanan khas Banyuwangi, seperti pecel pitik, ayam kesrut, berikut sambal tempong ke tempat pendidikan Pandu di Surabaya.
"Makanan itu lalu dimakan bareng-bareng bersama anggota lainnya, termasuk kapten kapal Nanggala yang juga gugur," kenang Wahyudi.
Wahyudi mengatakan sejak kecil bahkan sebelum Pandu lancar bicara, telah bercita-cita menjadi tentara.
"Sebelum dia lancar bicara, dia ingin jadi tentara. Dulu kalau ditanya cita-cita, dia jawab mau jadi tentala (tentara) ," kenang Wahyudi lagi.
Sebagai orangtua, Wahyudi hanya bisa mengarahkan. Akhirnya Pandu diterima menjadi anggota TNI AL.
"Ketika mendaftar menjadi tentara, kita semua sadar akan segala resikonya.
Apalagi menjadi kru kapal selam, risikonya lebih besar dari kapal permukaan," jelas Wahyudi.
"Ini sudah menjadi ketetapan Tuhan. Kami harus menerima kenyataan, anak kami gugur saat berlayar bersama kapal Selam Nanggala 402," pungkas Wahyudi.
(Kompas/ Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman)
#SerdaEkoPrasetyo #KRINanggala402 #Kebumen
BACA JUGA : di TribunNewsmaker.com dengan judul Gugur di KRI Nanggala-402, Serda Eko Dikenal Rajin Ngaji, Suka Rebahan di Emper Musala Usai Tarawih.