Kapal Selam KRI Nanggala Hilang Kontak
AL Jerman Gelar Upacara Penghormatan untuk Awak KRI Nanggala, Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Angkatan Laut Jerman menjadi salah satu yang cukup kehilangan rekan-rekan awak KRI Nanggala 402.
Di samping itu, saat kecelakaan terjadi, KRI Nanggala-402 hanya membawa tiga buah torpedo.
Padahal, kapal selam itu didesain membawa 8 torpedo. Adapun satu buah torpedo beratnya mencapai 2 ton.
"Jadi pernyataan yang menyampaikan bahwa kapal selam ini kelebihan muatan sama sekali tidak berdasar dan mungkin belum berpengalaman," ujar Ali.
Ia pun menekankan, kapal selam itu sudah berlayar bertahun-tahun dan tidak pernah menemui masalah.
"Jadi, kalau dinyatakan kelebihan muatan sangat tidak tepat, sangat salah, dan tidak berdasar," kata dia, dikutip dari Kompas.com dengan judul "TNI AL Bantah Dugaan KRI Nanggala Kelebihan Kapasitas dan Muatan"
Kapal selam buatan Jerman pada 1977 itu hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021).
Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian besar-besaran, termasuk dengan mendatangkan bantuan dari luar negeri.
Pada Minggu (25/4/2021), KRI Nanggala-402 dinyatakan berstatus subsunk (tenggalam) di kedalaman 853 meter.
Hingga kini, tim SAR terus berusaha untuk mengangkat bangkai kapal ke permukaan.
Rencananya, 53 jenazah personel KRI Nanggala-402 akan dievakuasi ke Surabaya, Jawa Timur.
Dugaan Penyebab
Masyarakat Indonesia sedang berduka karena kehilangan 53 orang terbaiknya selaku putra bangsa.
Mereka adalah patriot bangsa yang menjaga laut dalam KRI Nanggala-402.
Dilansir dari kontan.co.id (artikel terbit pada 26/4), TNI AL meyakini bahwa peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala-402 bukan karena human error, black out, maupun mati listrik.
• KRI Nanggala-402 Terbelah Jadi 3, TNI Yakin Penyebabnya Bukan Human Error: Lebih Kepada Faktor Alam
• Analisa Awal Pihak TNI Soal Penyebab KRI Nanggala-402 Tenggelam: Saat Menyelam Langsung Hilang In
Laksamana Yudo Margono, selaku Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KASAL TNI), mengatakan pada saat konferensi pers di Badung, Bali bahwa hal ini terjadi karena kondisi alam.