Awal Mula Israel Menyerang Palestina: Bermula dari Sidang Umum PBB Tahun 1947, Pecah Perang di 1948

Berikut awal mula pihak Israel menyerang Palestina. Bermula dari Sidang Umum PBB pada tahun 1947.

Editor: Irsan Yamananda
AP PHOTO/KHALIL HAMRA
Seorang polisi Palestina berdiri di depan reruntuhan Jala Tower, gedung 13 lantai kantor media Al Jazeera dan Associated Press, yang diledakkan serangan udara Israel di Gaza pada Sabtu (15/5/2021). 

TRIBUNMATARAM.COM - Berikut awal mula pihak Israel menyerang Palestina.

Bermula dari Sidang Umum PBB pada tahun 1947.

Hingga pecah perang setahun kemudian.

Kapan awal mula Israel menyerang Palestina? Jawabannya berkaitan dengan Perang Arab-Israel I tahun 1948.

Perang Arab Israel I bermula setelah David Ben Gurion mendeklarasikan negara Israel pada 14 Mei 1948, dan sehari kemudian deklarasi perang datang dari Mesir, Suriah, Irak, Lebanon, Jordania, dan Arab Saudi.

Asal mula perang Israel dan Palestina ini turut dilatarbelakangi oleh sengketa perebutan wilayah Palestina yang dibagi oleh Komite Khusus untuk Palestina (UNSCOP).

Beri Dukungan pada Palestina, Mantan Bintang Film Panas Mia Khalifa Soroti Bantuan Amerika ke Israel

Kesaksian Lengkap Pilot Israel Batalkan Serangan Udara di Gaza Setelah Melihat Ada Anak-anak

Tentara Israel menduduki parit pertahanan pasukan Mesir di Huleiqat pada Oktober 1948. Perang Arab-Israel pertama pecah hanya sehari setelah David Ben Gurion memproklamirkan berdirinya negara Yahudi itu.
Tentara Israel menduduki parit pertahanan pasukan Mesir di Huleiqat pada Oktober 1948. Perang Arab-Israel pertama pecah hanya sehari setelah David Ben Gurion memproklamirkan berdirinya negara Yahudi itu. (Wikipedia)

Badan bentukan PBB pada 15 Mei 1947 itu terdiri dari 11 negara, dan tanggal 31 Agustus 1947 di sidang umum PBB merekomendasikan pembagian wilayah Palestina dalam masa transisi, selama dua tahun dimulai pada 1 September 1947.

Saat itu Inggris mengumumkan niatnya menyerahkan Mandat Palestina ke tangan PBB, setelah aksi kekerasan terus terjadi di wilayah tersebut.

Kelompok Zionis melancarkan serangan terus menerus kepada orang Inggris di wilayah itu. Mereka menuntut dibukanya keran imigrasi untuk bangsa Yahudi, yang masih tertahan di kamp Holocaust Nazi Jerman.

UNSCOP lalu mengusulkan pembagian yang terdiri atas negara Arab merdeka (11.000 km persegi), negara Yahudi (15.000 km persegi), sedangkan kota Yerusalem dan Betlehem akan berada di bawah kendali PBB.

Warga Palestina meninggalkan kota Galilea pada Oktober-November 1948. Akibat Perang Arab-Israel I, ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi tak bisa kembali ke kampung halaman mereka.
Warga Palestina meninggalkan kota Galilea pada Oktober-November 1948. Akibat Perang Arab-Israel I, ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi tak bisa kembali ke kampung halaman mereka. (Wikipedia)

Mengutip Kompas.com pada 14 Mei 2021, usulan ini tidak memuaskan kelompok Yahudi maupun Arab.

Bangsa Yahudi kecewa karena kehilangan Yerusalem. Namun, kelompok Yahudi moderat menerima tawaran ini dan hanya kelompok-kelompok Yahudi radikal yang menolak.

Sementara itu, kelompok Arab khawatir pembagian ini akan mengganggu hak-hak warga mayoritas Arab di Palestina.

Hina Palestina di TikTok, Cleaning Service di Lombok Ngaku Salah Sebut: Harusnya untuk Israel

Dalam pertemuan di Kairo, Mesir, pada November dan Desember 1947, Liga Arab mengeluarkan resolusi yang menyetujui solusi militer untuk mengakhiri masalah ini.

Dalam kenyataannya, sejumlah negara Arab memiliki agenda tersendiri.

Jordania ingin menguasai Tepi Barat, sementara Suriah menginginkan bagian utara Palestina, termasuk wilayah yang diperuntukkan bagi Yahudi dan Arab.

Perang Arab-Israel I, awal mula Israel menyerang Palestina

Pada 29 November 1947 Sidang Umum PBB mengadopsi Resolusi 181 (juga dikenal sebagai Resolusi Pemisahan), yang akan membagi mandat bekas kekuasaan Inggris menjadi negara Yahudi dan Arab pada Mei 1948.

Menurut history.state.gov, Amerika Serikat (AS) mencari jalan tengah dengan mendukung resolusi PBB, tetapi juga mendorong negosiasi antara orang Arab dan Yahudi di Timur Tengah.

Resolusi PBB tersebut memicu konflik antara kelompok-kelompok Yahudi dan Arab di Palestina seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Kisah Perang Arab-Israel I, Awal Mula Israel Menyerang Palestina".

Orang Arab Palestina menolak resolusi itu, yang mereka anggap menguntungkan orang Yahudi dan tidak adil bagi penduduk Arab yang akan tetap berada di wilayah Yahudi di bawah partisi.

Pertempuran dimulai dengan serangan oleh sekelompok orang Arab Palestina yang terikat pada unit lokal Tentara Pembebasan Arab.

Mereka terdiri dari relawan asal Palestina dan negara-negara tetangga Arab, lalu melancarkan serangan terhadap kota, permakaman, serta angkatan bersenjata Yahudi.

190 Orang Dilaporkan Tewas, Israel Sebut Hamas Biang Keladi Serangan ke Gaza: Demi Kekuasaan Politik

David Ben Gurion memproklamasikan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948.
David Ben Gurion memproklamasikan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948. (Wikipedia)

Sementara itu pasukan Yahudi terdiri dari berbagai milisi seperti Haganah, Irgun, dan LEHI.

Orang Arab ingin memblokir Resolusi Pemisahan dan mencegah berdirinya negara Yahudi.

Sebaliknya masyarakat Yahudi hendak mengambil kendali lagi atas wilayah yang diberikan kepada mereka dalam Rencana Partisi.

Pada 15 Mei 1948 pecahlah perang Arab-Israel I.

Sebanyak 700 orang Lebanon, 1.876 orang Suriah, 4.000 orang Irak, dan 2.800 orang Mesir menyerbu Palestina.

Sementara itu, sekitar 4.500 pasukan Transjordania dipimpin 38 perwira Inggris yang mengundurkan diri dari kesatuannya menyerbu Yerusalem.

Pada awalnya pasukan Arab dengan jumlah pasukan lebih banyak dan persenjataan yang lebih baik dengan mudah menguasai wilayah-wilayah yang ditempati bangsa Yahudi.

Pasukan Suriah, Lebanon, Jordania dan Irak menyerang Galilea, dan Haifa. Sementara di selatan pasukan Mesir maju hingga mencapai Tel Aviv.

Namun, koordinasi antara pasukan Arab ternyata tidak terlalu baik. Di saat-saat akhir Lebanon menarik mundur pasukannya.

Prihatin Terhadap Palestina, Mia Khalifa Berikan Dukungan: Israel Ingin Lenyapkan Gaza dari Peta

Untuk menghadapi serbuan pasukan koalisi Arab ini, Israel pada 26 Mei 1948 membentuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang anggotanya adalah leburan dari berbagai milisi seperti Haganah, Palmach, Irgun, dan LEHI.

Dalam perkembangannya, IDF justru berhasil mengerahkan lebih banyak pasukan ketimbang pasukan koalisi Arab.

Pada awal 1949, Israel memiliki 115.000 tentara sedangkan koalisi Arab hanya sekitar 55.000 personel saja.

Tentara Israel menembakkan 155mm self-propelled howitzer ke arah Jalur Gaza dari pos mereka di sepanjang perbatasan dengan Palestina, pada Senin (17/5/2021).
Tentara Israel menembakkan 155mm self-propelled howitzer ke arah Jalur Gaza dari pos mereka di sepanjang perbatasan dengan Palestina, pada Senin (17/5/2021). (AFP PHOTO/EMMANUEL DUNAND)

Setelah bertempur selama sembilan bulan, akhirnya pada 1949, tercapai gencatan senjata antara Israel dengan Mesir, Lebanon, Jordania, dan Suriah.

Hasil dari perang ini, Israel berhasil menguasai 78 persen wilayah Mandat Palestina. Sementara Mesir menguasai Jalur Gaza.

Jordania mendapatkan Tepi Barat dan menguasai Yerusalem Timur. Sedangkan Israel memerintah Yerusalem Barat.

Pada 1950, Tepi Barat resmi menjadi wilayah Jordania.

Dibom Secara Brutal Hingga Anak Histeris, Simak Pengakuan Korban Serangan Israel: Sangat Mengerikan

Berdirinya PLO sebagai perlawanan Palestina

Akibat Perang Arab-Israel I ratusan ribu orang pengungsi Palestina tersebar di berbagai lokasi.

Setidaknya 750.000 warga Palestina yang mengungsi keluar dari wilayah yang menjadi bagian Israel tidak diizinkan kembali ke wilayah Israel dan ke wilayah negara-negara Arab lainnya.

Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai pengungsi Palestina.

Setelah perang Arab-Israel I, para pengungsi Palestina tinggal di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat (Jordania), Jalur Gaza (Mesir), dan Suriah.

Mereka berusaha kembali masuk ke wilayah Israel, tetapi jika tertangkap sesuai amanat hukum internasional mereka akan dideportasi ke tempat asal mereka.

Tapi dalam suratnya ke PBB pada 2 Agustus 1949, PM Israel David Ben Gurion menolak kembalinya para pengungsi Palestina ke wilayah Israel.

Seorang pria mengais puing-puing gedung klinik perawatan kesehatan Gaza, yang hancur diserang Israel dari udara pada Senin (17/5/2021).
Seorang pria mengais puing-puing gedung klinik perawatan kesehatan Gaza, yang hancur diserang Israel dari udara pada Senin (17/5/2021). (AP PHOTO/ADEL HANA)

Pemerintah Israel menyatakan solusi untuk pengungsi Palestina adalah penempatan kembali di negara lain, dan bukan mengembalikan mereka ke Israel.

Penolakan ini membuat perlawanan bangsa Palestina terhadap Israel meningkat.

Mesir yang pada awalnya tidak ikut campur, akhirnya aktif melatih dan mempersenjatai para srelawan Palestina dari Jalur Gaza yang disebut Fedayeen.

Kelompok inilah yang kemudian aktif melakukan berbagai serangan di wilayah Israel.

Pada 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) berdiri. Tujuan PLO adalah memerdekakan Palestina dengan perjuangan bersenjata.

Cita-cita PLO adalah mendirikan negara Palestina sesuai dengan tapal batas Mandat Palestina sebelum perang 1948.

Selain itu, PLO juga bertujuan melenyapkan Zionisme dari Palestina dan ingin menentukan sendiri nasib negeri itu.

Demikian kisah perang Arab-Israel I yang berkaitan dengan awal mula Israel menyerang Palestina. Konflik Israel Palestina pun masih berkecamuk sampai sekarang.

(Kompas.com/ Ervan Hardoko)

#Israel #Palestina

BACA JUGA : di TribunNewsmaker.com dengan judul Awal Mula Israel Menyerang Palestina: Berawal dari Sidang Umum PBB Tahun 1947, Pecah Perang di 1948.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved