Israel Menolak Gencatan Senjata, Sang Pemimpin: 'Hanya Ada Dua Cara untuk Menangani Hamas'

Israel menolak gencatan senjata dengan Hamas. Menurut pemimpinnya, hanya ada dua cara untuk menangani Hamas.

Editor: Irsan Yamananda
AP PHOTO/KHALIL HAMRA
Seorang polisi Palestina berdiri di depan reruntuhan Jala Tower, gedung 13 lantai kantor media Al Jazeera dan Associated Press, yang diledakkan serangan udara Israel di Gaza pada Sabtu (15/5/2021). 

Netanyahu berdiskusi dengan Presiden AS Joe Biden pada Rabu (19/5/2021), yang mana Biden menginginkan "deeskalasi yang signifikan hari ini."

Gedung Putih mengkonfirmasi pembicaraan Biden dengan Netyanyahu pada Rabu pagi waktu setempat.

Pengakuan Korban Serangan Israel

Hussein Abdul Qleeq menjalani perawatan di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza.

Ia mengalami luka di bagian leher, tangan, dan punggung setelah terkena pecahan peluru meriam tentara Israel yang dijatuhkan di wilayah Jalur Gaza pada Jumat (14/5/2021) kemarin.

Saat Israel membombardir kawasan Jalur Gaza, Hussein sedang berada di loteng rumahnya. 

"Saat itu saya sedang duduk bersama keluarga saya," tutur pria berusia 30 tahun itu, dikutip Tribunnews.com dari theguardian.com, Sabtu (15/5/2021). 

"Tiba-tiba ada suara gemuruh artileri di perbatasan (Israel-Palestina). Saya tidak mengharapkan meriam-meriam itu akan mengenai rumah-rumah warga. Anak-anak mulai menangis dan berteriak, sampai akhirnya sebuah meriam menghantam rumah kami," sambung Hussein.

Korban serangan Israel di Jalur Gaza 450
Hussein Abdul Qleeq, warga Gaza yang menjadi korban serangan rudal tentara Israel. Ia mengalami luka di bagian leher, tangan, dan punggung akibat pecahan peluru meriam tentara Israel yang dijatuhkan di wilayah Gaza, Jumat (14/5/2021) kemarin.(The Guardian)

Hussein tinggal di Desa Bedouin yang berada di bagian utara Beit Lahia, Jalur Gaza. 

 Joe Biden Desak Hamas Berhenti Tembakkan Roket ke Israel dan Menentang Penggusuran Warga Palestina

Bagian utara Beit Lahia yang berdekatan dengan perbatasan Israel menjadi lokasi yang berbahaya saat terjadi konflik.

Itu dikarenakan bagian utara Beit Lahia merupakan titik masuk utama yang digunakan tentara Israel untuk menyerang. 

Lokasi ini juga rentan terhadap bom dan artileri karena digunakan sebagai garis pertahanan oleh pejuang militan Gaza.

"Momen itu sangat mengerikan sampai-sampai Anda tidak akan bisa membayangkannya. Kami telah hidup di sini melewati tiga peperangan, tetapi baru kali ini pengeboman secara brutal terjadi begitu tiba-tiba," tutur Hussein mengenang peristiwa yang dia alami, mengutip dari Tribunnews.com berjudul : Cerita Korban Serangan Israel di Jalur Gaza, Anak-anak Teriak dan Menangis, Momen Itu Mengerikan

Sebagaimana dialami Hussein, di masa lalu, setiap akan melakukan penyerangan, tentara Israel biasanya memberikan peringatan kepada masyarakat sipil di Gaza. 

Petugas pemadam kebakaran bergegas ke tempat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, mendarat di kota Ashkelon di Israel selatan pada 11 Mei 2021. Israel dan Hamas saling baku tembak, dalam eskalasi dramatis antara musuh bebuyutan yang dipicu oleh kerusuhan di titik nyala kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Petugas pemadam kebakaran bergegas ke tempat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, mendarat di kota Ashkelon di Israel selatan pada 11 Mei 2021. Israel dan Hamas saling baku tembak, dalam eskalasi dramatis antara musuh bebuyutan yang dipicu oleh kerusuhan di titik nyala kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. (JACK GUEZ / AFP)

"Tetapi kali ini sama sekali tidak ada peringatan yang diberikan," ujar Hussein. 

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved