Hadis yang diriwayatkan oleh Dailami ini menurut sebagian ahli hadis mengatakan "Dhoif".
Kendati demikian, ulama' sepakat bahwa ini adalah suatu ibadah yang mendatangkan sisi positif, dan tentu disebut juga amal yang mengikuti dasar dari hadis Nabi Muhammad SAW yang lain termasuk di dalam puasa 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah.
Berdasarkan hadis shahih dari Siti Hafshah r.a. ia berkata, "Ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW : Puasa Asyura (10 Muharram), puasa 10 hari (di bulan Dzulhijjah), puasa 3 hari pada setiap bulan, dan salat dua rakaat sebelum salat subuh.”
Adapun, niat puasa Tarwiyah sebagai berikut.
نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى
"Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala."
Artinya, "Saya niat puasa sunah Tarwiyah karena Allah Ta'ala."
Tak hanya keutamaan di atas, puasa Tarwiyah pun memiliki kemuliaan.
Beberapa di antara kemuliaan tersebut, antara lain memperoleh keberkahan dalam hidup, dilipatgandakan amal serta ibadahnya, hingga dibersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan di masa lalu.
Keutamaan Puasa Arafah
Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Lampung, Muhammad Mukri menerangkan puasa Arafah dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah atau sehari sebelum hari raya kurban.
Dinamakan puasa Arafah karena umat yang sedang beribadah haji sedang wukuf di Padang Arafah.
"Wukuf itu berdiam diri. Jadi, jemaah haji sedang berdiam diri di Arafah."
"Umat muslim yang tidak berhaji, dianjurkan berpuasa," terang Mukri.
Puasa Arafah hukumnya sunnah muakad atau dianjurkan untuk dilaksanakan.