"Akhirnya karena dengan adanya anak muda yang mendorong sepeda motor, kami sebagai kepolisian merasa curiga.
Anak buah kami menghentikan. Setelah kami hentikan di pos, di ditanya sama anak buah kami," kata Wayan di Polda Metro Jaya.
Dian dan keponakannya itu kemudian dibawa mereka ke pos polisi untuk sejenak menghela nafas.
Dalam kesempatan itulah Wayan menanyakan mengapa Dian menggendong bayi yang tertutup kain hitam tersebut.
Dian lalu menunjukkan sepucuk surat yang ternyata surat kematian si bayi. Hal itu membuat Wayan tersentak.
Ia langsung menyalakan mobilnya dan menawarkan diri mengantar Dian ke rumah duka.
Sambil mengangguk Dian lalu duduk di kursi depan mobil Wayan. Jadilah ia diantar menuju Kampung Malaka I, RT 007/RW 012 Rorotan, rumah kediaman Dian beserta keluarga kecilnya.
Rp 200.000 yang senilai uang miliaran
Setiba dirumah, polisi berpangkat Aiptu itu memberikan uang santunan.
Nominalnya memang tidak terlalu besar yakni Rp 200.000. Namun nilainya mungkin lebih dari miliaran rupiah di mata Dian.
Pasalnya, malam itu Dian sudah benar-benar kehabisan uang.
Hari itu ia hanya punya Rp 100.000 dan sudah ia pakai untuk membayar biaya laboratorium dan mengisi perut anaknya.
"Alhamdulillah dikasih Rp 200.000. Dengan adanya Rp 200.000 saya bisa membeli papan untuk jenazah cucu saya, tujuh papan," ucap Dian terpisah.
Malam itu juga, selepas shalat isha, jenazah cucu laki-lakinya tersebut dikuburkan di TPU Malaka.
Meski sudah dikubur, jujur batin Dian belum terasa tenang.