Ulul rencananya setiba di Palembang akan membeli keperluan belajar di Pesantren Darussalam Tegaraja, Kota Bengkulu.
"Iya mba Ulul itu kan sering bawain titipan belanja buku kitab kuning teman-temannya, Ulul bawa uang 2 juta, tapi ga ketemu. Kami harus ganti uang tersebut," ungkapnya dengan raut wajah sedih.
Sang ibu mengetahui putrinya membawa uang sebesar 2 juta dari sang kakak yang kerja di Pesantren Tempat ulul menimba Ilmu.
"Kami itu tau dari anak aku yang pertama kan kerja di sana, ayuknya ngomong Ulul bawa uang 2 juta rupiah untuk beli kitab titipan kawannya," tutur Ibunda.
Sang ayah, Paeran Pranata mengakui melihat catatan titipan buku tersebut saat sang kakak datang bersama Abuya Pesantren tempat Ulul menimba Ilmu.
"Tadikan abuya, kakak, ustad ustadzah sama kawan-kawannya mba ulul datang dek, jadi kami liat catatannya ada yang mau beli kitab Rp 200 ribu dan lain lain kami total semuanya Rp 2 juta rupiah," pungkasnya.
Bukan hanya uang, barang barang berupa koper dan sebagainya pun tidak ada.
Hanya perhiasan di tangan dan leher saja yang dikembalikan.
"Barang, koper, baju, dompet, ga ada yang kembali dek, cuman perhiasan yang ada di tangan sama leher tetap dikembalikan ke kami, ungkapnya, Rabu (25/12/2019).
Lima warga Desa Perajen, Kabupaten Banyuasin, Sumsel menjadi korban tewas kecelakaan Bus Sriwijaya di Lematang Pagaralam, Senin (23/12/2019) malam. (TS/ Novaldi/Nisa -TribunSumsel)
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Orangtua Korban Cerita Pengalaman Naik Bus Sriwijaya : Penuh Barang, Ban Kempis Dipaksa Jalan