Ketika menangani pasien, Nurdiansyah selalu mengenakan alat pelindung diri lengkap, mulai dari sepatu bot, baju khusus perawat, dan masker N95.
• Harapan Sederhana Perawat ke Pemerintah Indonesia di Tengah Wabah Corona : Lindungi Kami dengan APD
• Duka Perawat Pasien Corona, Ikut Tertular, Diusir dari Kontrakan hingga Gugur dalam Tugas
Setiap hari, ia memantau perkembangan pasien melalui monitor yang ada di setiap kamar.
Di kamar pasien, banyak pekerjaan yang harus dilakukan Nurdiansyah, mulai dari mengganti baju pasien, mengganti infus, menyiapkan obat, hingga makanan.
Perawatan satu orang pasien, kata dia, bisa memakan waktu 30 menit hingga satu jam.
Sebab, banyak pasien yang tidak mau ditinggal sendirian.
"Ada pasien yang dia masih tidak berani kalau kita keluar (dari kamar)," ujar Nurdiansyah, di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (19/4/2020).
Tidak hanya itu, Nurdiansyah dan perawat lain selalu menyarankan pasien untuk menonton hal-hal positif yang ditayangkan di televisi.
Sebagai perawat, Nurdiansyah juga betugas untuk menguatkan mental pasien agar imunitas menjadi kuat.
"Kadang pasien pegang tangan kita. Ketika dia sesak, kita berikan penguatan, kita ajarkan teknik napas dalam agar dia rileks," lanjut dia.
Nurdiansyah sebenarnya perawat yang kerap menangani pasien HIV AIDS dan telah bekerja selama 1,5 tahun di RSPI Sulianti Saroso.
Namun, sejak virus corona mewabah di Indonesia pada awal Maret, ia dan seluruh perawat menangani pasien Covid-19.
Perawat dan tenaga kesehatan menjadi garda terakhir ketika seseorang terpaksa terinfeksi Covid-19.
"Tetapi, masyarakatlah yang menjadi kunci utama dalam melakukan pencegahan penularan.
Mari kita lakukan pencegahan dengan baik," tutur dia. (Kompas.com/ Fitria Chusna Farisa)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Perawat Berikan Penguatan ke Pasien Covid-19 yang Takut Ditinggal".
dan di Tribunnews.com dengan judul PDP Bali Hasil Swab Test-nya Selalu Berubah, Jika Hasil Tes PCR ke-12 Negatif Akan Pulang ke Rumah