TRIBUNMATARAM.COM - Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengungkapkan, ada strategi baru yang dilakukan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Selain melakukan pendekatan medis untuk menangani pasien positif, pendekatan psikologis juga dilakukan sebagai upaya pencegahan.
Hal itu, menurut dia, penting dilakukan karena jumlah tenaga medis dan infrastruktur kesehatan yang dimiliki pemerintah terbatas.
Sehingga, keseimbangan langkah medis dan psikologis perlu dilakukan secara beriringan.
• Jangan Abaikan Kesehatan Jiwa saat Pandemi Covid-19, Coba Ciptakan Situasi yang Aman di Rumah
"Keseimbangan itu harus kita jaga," kata Doni, seperti dilansir dari laman Covid19.go.id, Minggu (3/5/2020).
Doni sebelumnya menyampaikan strategis tersebut saat rapat dengan Komisi VI DPR melalui sambungan telekonferensi di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (2/5/2020).
Dalam penanganan Covid-19, ia menambahkan, dokter seharusnya menjadi garda terakhir.
Dalam hal ini, masyarakat harus dijaga kesehatannya sehingga dokter dapat diselamatkan.
Mengacu data Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) sudah 26 dokter meninggal dunia selama masa pandemi Covid-19.
Jumlah ini belum termasuk tenaga kesehatan lain yang turut serta dalam penanganan pandemi seperti perawat hingga petugas pengantar jenazah.
"Dokter bukan jadi benteng utama, tapi benteng terakhir," kata Doni.
• Viral Potret Dokter Berbaju APD Rela Mendaki 2 Gunung Demi Periksa Anak yang Demam di Desa Terpencil
Untuk menjaga kesehatan masyarakat, ia menuturkan, tentunya gizi mereka harus dapat dicukupi untuk meningkatkan imunitas.
Di samping juga menjaga pergerakkan roda perekonomian masyarakat.
Ia menegaskan, dalam menangani sebuah bencana, tidak boleh sampai memunculkan bencana baru.
"Hungry man becomes angry man. Kita tidak ingin arahnya ke sana," tegas Kepala BNPB ini.
Berdasarkan data BNPB, saat ini terdapat 2,5 juta petani yang kesulitan menjual hasil pertanian dan perkebunan mereka.
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi bersama antara kementerian/lembaga terkait khususnya Kementerian Perindustrian dan kepala daerah untuk mengatasi persoalan tersebut, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
• Perjuangan Guru Rela Datangi Rumah Murid-muridnya untuk Mengajar saat Pandemi, Foto-fotonya Viral!
Salah satu contoh yang cukup baik yakni tetap berjalannya pasar tradisional seperti di Salatiga, Jawa Tengah dan Sumatera Barat yang menerapkan jarak yang cukup antara satu pedagang dengan pedagang lainnya.
Penerapan jarak ini diatur oleh pemerintah daerah masing-masing sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.
Kemudian bagi penjual juga diwajibkan untuk melaksanakan anjuran pemerintah dengan tetap memakai masker dan tetap menjaga jarak aman.
Terkait rencana tersebut, Ketua Komisi VI Faizol Riza sepakat bahwa penanganan bencana tidak boleh menimbulkan bencana baru.
Ia juga mengapresiasi ide dari inovasi pasar tradisional seperti yang sudah berjalan di Salatiga dan beberapa wilayah lain di Jawa Tengah dan Sumatera Barat.
"Kita tetap optimistis bahwa ekonomi juga bisa tetap jalan," ujarnya.
Meski kebijakan inovasi pasar tradisional sudah berjalan, pihaknya akan tetap mengkoordinasikan lebih lanjut mengenai aturan-aturan lain yang sudah termaktub melalui Surat Edaran Kementerian Perdagangan tentang sirkulasi barang dan kebutuhan ekonomi pasar di tengah pandemi COVID-19.
"Langkah-langkahnya seperti apa, nanti kita koordinasikan lagi," tandasnya. (Kompas.com/ Dani Prabowo/ Irfan Maullana)
Diprediksi Berakhir Juni 2020, Benarkah Pandemi Virus Corona di Indonesia Sudah Mencapai Puncaknya?
Ilmuwan dari Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD) memprediksi wabah Covid-19 di Indonesia sedang memasuki masa puncak dan akan berakhir pada Juni 2020.
Prediksi yang dibuat oleh Laboratorium Inovasi Berbasis Data (DDI SUTD) itu ditampilkan di situs resminya dengan judul "Kapan Covid-19 Berakhir?".
Dipaparkan dalam situs tersebut, Indonesia sedang berada di periode puncak Covid-19 sejak tanggal 19 April 2020.
Sementara itu, pandemi di Tanah Air diprediksi 97 persen berakhir pada 4 Juni 2020 dan 99 persen berakhir pada 20 Juni 2020.
• Warga Meninggal karena Corona Dibawa ke Garut Tanpa Peti, Cuma Dikafani, Keluarga Ikut di Ambulans
Untuk diketahui, situs ini melakukan pemantauan perkembangan Covid-19 di puluhan negara, termasuk Indonesia.
Tim SUTD menggunakan perhitungan dengan model SIR, akronim dari susceptible (rentan)-infected (tertular)-recovered (sembuh) untuk memperkirakan kurva pandemi virus Corona di suatu negara dan kapan akan berakhir.
Ahli menggunakan pengkodean dari Milan Batista dan data dari Our World in Data.
Dalam situs mereka, tim mengatakan bahwa pelaporan ini hanya bertujuan untuk penelitian dan edukasi, yang mungkin memiliki kesalahan.
"Pembaca harus mencerna prediksi apa pun dengan hati-hati.
Terlalu optimis dengan perkiraan tanggal kapan akan berakhir akan menjadi berbahaya dan dapat melonggarkan disiplin serta kontrol diri, dan justru perputaran virus dapat terus terjadi," tulis tim dalam situs mereka.
Namun, benarkah saat ini Indonesia sudah memasuki periode puncak pandemi Covid-19?
Puncak corona di Indonesia
Indonesia belum memasuki puncak Covid-19. Demikian kata pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono.
Pandu mengatakan, kita masih jauh dari puncak pandemi Covid-19. Di hari-hari mendatang, jumlah pasien positif Covid-19 diprediksi masih akan terus bertambah.
"Menurut perhitungan kami, puncaknya ada di minggu-minggu sebelum hari raya lebaran," kata Pandu kepada Kompas.com, Selasa (28/4/2020).
• 5 Dugaan Menghilangnya Kim Jong Un dari Publik, Sakit Jantung Hingga Menghindari Virus Corona
Pandu mencatat, perhitungan puncak sebelum hari raya lebaran akan terjadi bila masyarakat tidak mudik atau pulang kampung ketika mendekati lebaran.
Jika masyarakat nekat melakukan perjalanan ke kampung halaman, baik untuk mudik atau alasan apapun, maka periode puncak Covid-19 akan bergeser lagi atau terjadi lebih lama lagi.
Langkah nyata hentikan penyebaran Covid-19
Pandu mengingatkan, jika Indonesia menargetkan bulan Juni Covid-19 di Indonesia berakhir, maka diperlukang strategi dan langkah nyata untuk memutus mata rantai penyebaran.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
PSBB tidak hanya untuk Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia yang saat ini sudah menerapkannya. Akan tetapi sebaiknya untuk semua wilayah Indonesia.
"Karena persebaran Covid-19 sudah merata ke seluruh wilayah," ungkapnya.
Suasana penutupan Jalan Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/4/2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 di Bandung Raya akan diterapkan pada hari Rabu (22/4/2020) mendatang. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.(ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Selain PSBB, tes masal juga harus dilakukan untuk memastikan jumlah pasien positif Covid-19 sesungguhnya.
• Budi Karya Sempat Tak Sadarkan Diri 14 Hari Usai Tertular Virus Corona, Lalu Berjuang Biasakan Diri
Untuk diketahui, Senin (27/4/2020), Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa kehidupan masyarakat dapat kembali normal pada bulan Juli.
"Presiden menegaskan berulang kali tentang pentingnya upaya kita untuk melakukan tes masif pada April dan Mei.
Ini dilanjutkan dengan pelacakan yang agresif serta isolasi yang ketat," kata Doni melalui konferensi video usai rapat bersama Presiden Joko Widodo, Senin (27/4/2020) kemarin.
"Agar pada Juni mendatang kita mampu menurunkan kasus covid di Indonesia, sehingga pada Juli diharapkan kita sudah bisa mulai mengawali hidup normal kembali," kata dia.
Dengan melakukan upaya sungguh-sungguh dan dilakukan semua pihak, kehidupan akan normal di bulan Juli pasti akan tercapai. (Kompas.com/ Gloria Setyvani Putri/ Gloria Setyvani Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Strategi Baru Pemerintah dalam Penanganan Covid-19" dan "Benarkah Pandemi Corona di Indonesia Sudah Mencapai Puncak Saat Ini?
BACA JUGA: Tribunnews.com dengan judul Strategi Terbaru Pemerintah Hadapi Pandemi Virus Corona, Dokter Garda Akhir & Hindari Bencana Baru