Sejumlah demonstran dengan membawa poster melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd di jalan dekat White House, Washington DC, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat.
TRIBUNMATARAM.COM - Warga Negara Indonesia (WNI) di Amerika Serikat ( AS) dikabarkan saling berpesan agar tidak ikut campur di demonstrasi kematian George Floyd.
Hal tersebut diungkap oleh seorang WNI yang bertempat tinggal di Kota Fife, Negara Bagian Washington.
Saat dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat, Rudy Chandra menceritakan bagaimana para WNI di lingkungan sekitarnya menjaga diri di tengah situasi yang tak kondusif ini.
Pasalnya, selain kekacauan yang terjadi akibat amuk massa, Indonesia juga sempat menjadi sorotan lantaran seorang warga Philadelphia dengan tato kepulauan Indonesia di lengan kanannya, tertangkap kamera hendak memecahkan kaca bank Wells Fargo.
Seusai foto pria bertato yang diunggahnya di Facebook itu viral, Rudy menegaskan tidak ada efek negatif yang diterima para WNI di sana.
"Malah terlihat WNI di sini malah lebih bersatu dan saling menjaga dan letting each other knows this is none of our business (saling mengingatkan ini bukan urusan kita)," terang Rudy.
Viral Pria Bertato Indonesia Ikut Kerusuhan Demo Kasus George Floyd di AS (Instagram @rainsfordthegreat)
Pria berusia 36 tahun itu juga menerangkan, kalau bisa jangan ikut-ikutan protes karena ini menyangkut sejarah negara AS.
Selain itu, juga karena persoalan ini urusan black community setempat dan polisi di sana.
"Jangan ikut campur, jangan ikut-ikutan, apalagi yang punya anak-anak remaja," pinta Rudy.
Namun Rudy juga mengingatkan, kalaupun ada WNI yang ikut unjuk rasa atau protes silakan tetapi jangan ikut-ikutan barbar.
Meski begitu ia menyebut sampai saat ini belum ada WNI yang ikut terjun ke jalanan memprotes kematian George Floyd, sepengetahuan kelompoknya di Washington.
Lebih lanjut, Rudy yang sudah menetap di Negeri "Paman Sam" selama 20 tahun mengatakan, para WNI di lingkungannya sering berkumpul bahkan hampir tiap minggu, sebelum adanya pandemi Covid-19.
"Tapi dengan kasus pria bertato itu kita saling mengingati."
Kemudian mengenai kondisi terkini para WNI di lingkungannya, Rudy memastikan rekan-rekannya aman.
"(Kondisinya) aman. Kebanyakan kita (tinggal) di suburb enggak tepat di downtown. Riots-nya semuanya di daerah downtown."
Rudy Chandra melalui akun Facebook-nya banyak membagikan banyak video dan foto demonstrasi George Floyd, baik tentang perkembangan terbaru maupun tanggapan berbagai pihak.
Salah satu unggahannya viral, yang memperlihatkan foto seorang pria bertato kepulauan Indonesia di lengannya, memegang barang untuk memecahkan kaca bangunan.
Rudy mengecam si pelaku dengan caption, "Dia perusuh profesional. Apakah dia peduli tentang BLM (Black Lives Matter)? Tidak, yang dia pedulikan adalah isi kantongnya."
kasus kematian George Floyd (TribunStyle.com/kolase Instagram)
Autopsi Kematian George Floyd Keluar, Dipastikan karena Leher Ditindih
Kematian George Floyd setelah ditindih oleh seorang polisi bernama Derek Chauvin menimbulkan kontroversi.
Belakangan terungkap bahwa hasil autopsi menyatakan George Floyd tewas sebagai korban pembunuhan.
Kendati demikian, pihak keluarga meminta demonstrasi tak berlangsung rusuh.
Menyerukan keadilan bagi saudaranya, Terrence Floyd kepada massa di Minneapolis berujar, demonstrasi berujung rusuh "tidak akan membawa saudaranya kembali".
Dia lalu meminta publik untuk memberikan suaranya dalam pemilu yang akan datang. "Jangan berpikiran suara Anda tak akan berarti, segeralah memilih," jelasnya.
Permintaan keluarga itu terjadi beberapa jam sebelum pakar medis mengeluarkan laporan mengenai penyebab kematian George Floyd.
Dari hasil autopsi, diketahui kematian Floyd adalah pembunuhan. "Mendiang mengalami peningkatan cardiopulmonary ketika ditahan polisi," ulas laporan itu.
Dalam laporan post-mortem yang dirilis, diketahui pria 46 tahun itu mengalami sesak napas, seperti dilaporkan Sky News Senin (1/6/2020).
Kematian George Floyd karena sesak napas, di mana leher dan punggungnya ditekan ketika ditindih oleh pelaku yang bernama Derek Chauvin.
"Aku tak bisa bernapas." Inilah kalimat terakhir yang diteriakkan Floyd saat ditindih. Chauvin langsung dipecat dan ditangkap begitu insiden itu viral.
Adapun pemeriksaan post-mortem itu dilakukan dokter yang menangani jenazah Eric Garner, yang tewas di tangan polisi pada 2014, memunculkan pergerakan Black Lives Matter.
Hasil pemeriksaan menyatakan, tekanan pada leher memutus aliran darah ke otak, dengan berat di punggung membuatnya tak bisa bernapas.
Temuan ini berbeda jauh dengan rilis yang disampaikan otoritas kehakiman, yang menjadi dasar pelaporan pidana kepada Derek Chauvin.
Versi yang disampaikan sebelumnya juga menyertakan efek dari tindihan, bersama dengan penekanan Floyd punya masalah kesehatan dan potensi intoksikasi dalam sistem tubuhnya.
Namun, laporan tersebut sama sekali tidak menyebutkan diagnosa asphyxia traumatik atau tewas karena tercekik dalam kematian Floyd.
Dalam pidatonya, Terrence Floyd meminta publik tak menahan diri dalam Pilpres AS November mendatang maupun pemilu lain di masa depan.
"Edukasi diri Anda, jangan sampai menunggu seseorang memberi tahu Anda apa yang harus dilakukan. Ketahui siapa yang Anda pilih. Ini cara kita menghantam mereka," kata dia.
Meneriakkan "perdamaian di tangan kiri, keadilan di tangan kanan", massa yang berkumpul untuk mengenang Floyd bersorak bagi Terrence.
Terrence menyatakan, kemarahan karena tewasnya saudaranya, ditambah kebrutalan polisi akan kulit hitam, bisa ditempuh melalui jalan damai untuk memberi perubahan.
Kericuhan disertai pembakaran terjadi saat aksi demo menentang kematian George Floyd di dekat sebuah kantor polisi di Minneapolis, AS, Kamis malam (28/5/2020). Aksi protes itu buntut dari kasus pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam yang tewas usai lehernya ditahan dengan lutut oleh polisi selama beberapa menit. Floyd sebelumnya ditahan karena dugaan pemakaian uang palsu.(AFP/KEREM YUCEL)
Dia kemudian mengomentari kerusuhan yang terjadi dalam demonstrasi memprotes kematian saudaranya, dan menyatakan cara itu tak akan membawa Floyd hidup kembali.
"Mungkin beberapa saat akan indah, seperti Anda minum-minum. Tapi setelah itu, Anda akan menyesali apa yang Anda lakukan," jelasnya.
Dia menjelaskan, otoritas berkuasa tidak tersentuh dengan perbuatan pendemo karena mereka menghancurkan barang milik publik.
"Jadi mereka ingin menghancurkan apa yang menjadi milik kita. Mari kita lakukan dengan cara berbeda. Lakukan dengan cara kita," pintanya.
Pernyataan mereka terjadi beberapa saat setelah Presiden AS, Donald Trump, memberi tahu para gubernur negara bagian mereka harus "mendominasi".
Presiden dari Partai Republik itu menginstruksikan agar mereka yang berbuat kerusuhan "harus dipenjara paling sedikit selama 10 tahun".
Pendahulunya, Barack Obama, dalam tulisannya di Medium mengatakan "minoritas kecil" sudah mengganggu unjuk rasa yang berlangsung damai itu.
Obama berkata, kekerasan itu dia samakan dengan menghancurkan lingkungan mereka yang sudah kekurangan layanan dan menyebabkannya makin rusak. (Kompas.com/ Aditya Jaya Iswara/ Aditya Jaya Iswara/ Ardi Priyatno Utomo)