TRIBUNMATARAM.COM - Seorang warga Gunungkidul, Yogyakarta ditemukan tewas setelah kabur dari rumah sakit dan tahu dirinya positif Covid-19.
Warga tersebut bernama Agus Sumarno (39).
Ia merupakan warga Kapanewon Playen, Gunungkidul, Yogyakarta.
Agus ditemukan tewas di selokan sedalam 3 meter, pada hari Sabtu, 3 Juli 2021.
Dirinya merupakan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Agus diketahui kabur dari ruang perawatan.
Saat ditemukan tewas di selokan, kateter masih terpasang di tubuh Agus.
• Covid-19 Melonjak, Suku Baduy Masih Nol Kasus Virus Corona dengan Berpegang pada 2 Rahasia Ini
• Video Viral Keluarga Rebut Paksa Jenazah Positif Covid-19 di Bulukumba, Usir Petugas, Buka Peti Mati
Setelah diselidiki, Agus ternyata merupakan pasien RSUD Wonosari.
Hal itu dibenarkan oleh Direktur RSUD Wonosari Heru Sulistyowati.
Menurutnya, Agus masuk ICU pada Jumat (2/7/2021) malam.
Hasil rapid antigen Agus ketika itu positif.
• Bupati PPU Tak Mau Terlibat Penanganan Covid, Sebut Hanya Timbulkan Masalah Hukum: Mohon Diviralkan
“Iya benar, yang bersangkitan hasil rapid antigen positif,” kata Heru.
Ia diketahui kabur hingga ditemukan tewas di selokan.
Jenazah Agus ditemukan pertama kali oleh seorang pekerja yang akan menghidupkan mesin genset.
Lalu ada seorang pengendara motor yang melintas dan memberitahu pekerja jika ada mayat dalam selokan.
Saksi mata kemudian melaporkan temuan tersebut ke petugas keamanan.
Pihak kepolisian, TNI, dan PMI langsung melakukan evakuasi, dan membawa ke ruang jenazah.
Dari kateter yang terpasang, diketahui Agus adalah pasien IGD Wonosari.
Kapolsek Wonosari AKBP Mugiman mengatakan dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda penganiayaan di tubuh korban.
Diperkirakan, Agus sudah meninggal 3 hingga 5 jam sebelum ditemukan seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Kabur dari RS, Pasien Covid-19 di Gunungkidul Ditemukan Tewas di Selokan, Ini Kronologinya".
“Dari pemeriksaan dokter tidak ditemukan tanda penganiayaan, dan korban telah dilakukan swab antigen dan dinyatakan reaktif,” kata Mugiman saat dihubungi wartawan, Sabtu.
Video Viral Keluarga Rebut Paksa Jenazah Positif Covid-19
Viral video jenazah positif covid-19 direbut paksa keluarga hingga peti mati dibuka di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Melonjaknya angka covid-19 di sejumlah daerah kembali membuat tingginya angka kematian akibat virus corona.
Tak sedikit keluarga yang masih belum bisa menerima kepergian anggota keluarga lainnya.
Akibatnya, pihak keluarga memilih untuk melanggar prosedur pemakaman yang seharusna menerapkan protokol kesehatan.
Sebuah video yang memperlihatkan warga mengusir petugas Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 yang hendak memakamkan jenazah viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, terlihat aksi warga menolak proses pemakaman yang dilakukan sesuai prosedur penanganan jenazah Covid-19.
Peristiwa itu terjadi di rumah duka di Desa Singa, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rabu (30/6/2021).
Baca juga: Bukan Covid-19, Ini Penyakit yang Renggut Nyawa Ki Manteb Soedharsono, Werkudara Amanah Terakhir
Baca juga: Tuduh RS Covidkan Pasien, Izinkan Warga Hajatan & Nobar Wayang, Bupati Banjarnegara: Ada Sales Covid
Ketua Tim Pemakaman Covid-19 Bulukumba, Muh Suparto mengatakan, rencananya saat itu petugas akan segera memakamkan jenazah tersebut.
Namun, setelah mobil jenazah tiba, sejumlah warga datang dan mengambil paksa peti lalu dibawa masuk ke rumah duka.
"Waktu itu mobil ambulans tiba, saya meminta kepada tim agar membawa langsung peti ke pemakaman."
"Tapi tiba-tiba warga berdatangan mengambil peti dari mobil lalu dibawa masuk ke rumah duka," kata Suparto dilansir Kompas.com.
Diusir dan didorong
Petugas Pengubur Jenazah Covid-19, Public Safety Center (PSC) Bulukumba, Muh Sahrul mengatakan, saat itu dirinya mendapatkan tugas penguburan secara Covid-19 dari Dinas Kesehatan Bulukumba.
Namun, ketika sampai di lokasi, sejumlah keluarga pasien menolak.
"Iya kami diusir dan beberapa petugas didorong, peti mati dibongkar secara paksa lalu kami disuruh pulang," ujarnya, Kamis (1/7/2021), seperti dikutip dari Tribun-Timur.com.
Dirinya bersama tim mengaku tak bisa berbuat banyak, meski sebelumnya telah ada persetujuan dari pihak keluarga.
Hal senada juga disampaikan Suparto, setelah mendapat perlakuan tak menyenangkan, pihaknya memutuskan untuk menyerahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga.
"Ada teman dibentak lalu kami disuruh pulang akhirnya memutuskan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga almarhum," bebernya.
Tanggapan Kadinkes Bulukumba
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes), Wahyuni mengaku sangat menyayangkan kejadian tersebut.
Pasalnya, pihak keluarga pasien Covid-19 telah menyetujui jika pemakaman dilakukan seusai dengan prosuder penanganan jenazah Covid-19.
"Jenazah diserahkan Satgas Covid-19 Provinsi Sulsel bersama surat pernyataan keluarga, sehingga keluarga harusnya menjalankan itu," katanya dilansir Tribun-Timur.com.
Termasuk pelaksanaan pemakaman tidak diperbolehkan ditonton banyak orang karena berpotensi menyebarkan virus.
"Ada surat pernyataan yang telah ditandatangani keluarga, seperti langsung membawa ke perkuburan dan yang hadir tidak boleh lebih dari lima orang," tambahnya, dikutip dari Tribunnews.com dengan judul Viral Video Warga Rebut Jenazah Covid-19 dari Petugas Pemakaman, Peti Mati Dibongkar Paksa
Pascakejadian, dinas kesehatan akan melakukan tracing pada mereka yang kontak langsung dengan jenazah pasien Covid-19.
Termasuk akan melakukan penyemprotan disinfektan pada rumah warga yang berada di wilayah dekat rumah pasien Covid-19.
Diberitakan sebelumnya, jenazah yang hendak dimakamkan itu atas nama Haidir.
Ia diketahui merupakan Kepala Sekolah di Batuasang Herlang Bulukumba.
Menurut Arif, salah satu anggota keluarga Haidir mengatakan, pasien mengalami stroke saat akan berangkat menunaikan salat Jumat di masjid.
Haidir kemudian dibawa ke Rumah Sakit Syeh Yusuf Makassar dan menjalani perawatan selama dua malam.
"Saya koordinasi dengan dokter dan dokter mengatakan bahwa pasien mengalami pembuluh darah pecah di otak."
"Karena alat tidak lengkap pasien dirujuk ke Rumah Sakit Wahidin Makassar untuk tindakan operasi," terangnya dilansir Kompas.com.
Arif menjelaskan, hasil swab Haidir baru keluar saat tiga hari dirawat di IGD RS Wahidin.
"Jadi masuk hari ketiga baru ada hasil swab pasien positif Covid-19 dan dinyatakan meninggal dunia pagi," tambahnya.
(Kompas/ Markus Yuwono)(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunTimur.com/Firki Arisandi, Kompas.com/Nurwahidah)