Ebola yang Kembali Muncul di Tengah Pandemi Virus Corona, Ini Penjelasan Lengkap & Penularannya!

WHO mengumumkan adanya wabah baru penyakit yang diakibatkan oleh virus Ebola di Republik Demokratik Kongo.

Editor: Asytari Fauziah
TribunMataram Kolase/ (SALVATORE DI NOLFI)
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid-19 sebagai pandemi global EPA-EFE/SALVATORE DI NOLFI 

Fauci mengatakan sebagaimana dikutip oleh media Perancis, AFP, "Data menunjukkan bahwa Remdesivir memiliki efek positif yang jelas dan signifikan dalam mengurangi waktu untuk pemulihan."

Dia juga menambahkan kalau Remdesivir bisa menghalangi virus corona.

Seorang ilmuwan terkemuka AS yang mengawasi uji coba klinis besar-besaran terhadap anti-Virus yang sangat dinanti-nantikan itu, pada Rabu (29/4/2020).

 FATAL Pasien Virus Corona yang Diobati Chloroquine Lebih Banyak Meninggal Daripada Perawatan Standar

 Diskusi Live, dr Tirta & Jerinx SID Sepakat Covid-19 Tak Perlu Ditakuti & Singgung Teori Konspirasi

Foto pada (11/3/2020) menunjukkan teknisi laboratorium yang mengerjakan tes antibodi penetral virus corona (MERS) di laboratorium Bio Safety Level (BSL) 3 di International Vaccine Institute (IVI) di Seoul, Korea Selatan.
Foto pada (11/3/2020) menunjukkan teknisi laboratorium yang mengerjakan tes antibodi penetral virus corona (MERS) di laboratorium Bio Safety Level (BSL) 3 di International Vaccine Institute (IVI) di Seoul, Korea Selatan. (ED JONES / AFP)

Lalu hasil penelitan menyebutkan bahwa Remdesivir terbukti mampu menghalangi atau memblokir virus corona.

Sementara itu, NIAID diharapkan bisa merilis ringkasan hasil secara detil.

Hal ini merupakan pengobatan pertama yang terbukti meningkatkan hasil melawan virus corona Covid-19.

Sementara itu, ada beberapa berita beragam tentang obat antivirus intravena dalam beberapa pekan terakhir.

Ringkasan hasil yang diunggah di situs web Badan Kesehatan Dunia pekan lalu menunjukkan kegagalan dalam uji coba China yang lebih kecil.

The Lancet pada Rabu (29/4/2020) telah menerbitkan makalah resmi yang menggambarkan eksperimen tersebut.

Diceritakan bahwa dalam eksperimen itu terdapat 237 pasien di Wuhan, China, di mana dokter tidak menemukan dampak positif dari pemberian obat dibandingkan dengan kelompok kontrol orang dewasa kecuali untuk pasien yang membutuhkan ventilator.

Namun, uji coba di China itu dihentikan lebih awal karena tidak dapat merekrut cukup orang yang memenuhi tujuan awal mereka.

Selain itu, para ahli juga mempertimbangkan terlalu kecil untuk menarik kesimpulan yang dapat diandalkan.

Anthony Fauci, dokter dan ahli penyakit menular Amerika Serikat.
Anthony Fauci, dokter dan ahli penyakit menular Amerika Serikat. (NIH/Wikipedia)

 Kemenkes Sebut Pandemi Corona Menambah Penderita Gangguan Jiwa Dua Kali Lipat di Indonesia

 UPDATE Corona Dunia 30 April 2020: 3,2 Juta Kasus, Kesembuhan Capai 1 Juta Kasus, Meninggal 228 Ribu

Fauci bahkan mengatakan uji coba itu, "Bukan studi yang memadai."

Namun, uji coba yang dipimpin AS yanng dimulai akhir Februari sejauh ini merupakan yang terbesar untuk menyelidiki Remdesivir dan secara teknis paling kuat.

Remdesivir, yang sebelumnya gagal dalam uji coba terhadap Ebola, termasuk golongan obat yang bekerja pada virus secara langsung.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved