Siswi SD di NTT Bingung Belajar dari Rumah Tak Ada HP, Tak Tahu Internet : Cuma Tahu Namanya
Bagaimana mau menikmati jika di desa mereka saja sama sekali tak ada sinyal internet, bahkan listrik sekalipun.
TRIBUNMATARAM.COM - Terpaksa belajar dari rumah karena pandemi Covid-19 turut dirasakan para siswi SDI Laga Buru, Nusa Tenggara Timur / NTT.
Namun, berbeda dari anjuran pemerintah untuk melaksanakan pembelajaran secara daring melalui TV maupun internet, anak-anak Desa Golo Nderu, NTT tak mampu menikmati hal itu.
Bagaimana mau menikmati jika di desa mereka saja sama sekali tak ada sinyal internet, bahkan listrik sekalipun.
Siswa siswi di SDI Taga Laga Buru, Desa Golo Nderu, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, merasa kesulitan selama belajar dari rumah.

• Pria Ini Sukses Sediakan Internet Murah di Kampung dengan Pasang Kabel Sendiri, Kini Terkendala Izin
• POPULER Kegiatan Belajar Masih di Rumah, Bupati Banyumas Larang Ada Pungutan Apapun untuk Orang Tua
Di desa itu hingga kini belum terjamah listrik dan sinyal internet.
Para siswa bingung cara mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sementara para murid yang tinggal di perkotaan lebih mudah belajar, baik melalui daring ataupun dengan menonton TVRI.
Salah satu siswa SDI Taga laga Buru, Velisiana Sribunda Nogo menuturkan, pernah satu kali ia menonton berita di televisi dan melihat anak-anak kota belajar lewat ponsel pintar.
Mereka belajar daring melalui internet.
Di berita itu juga para siswa mempunyai ponsel sendiri pemberian orangtua.
"Kami di sini bingung itu internet apa, hanya tahu nama saja. Modelnya seperti apa tidak tahu. Bagaimana mau tahu, handphone kami tidak punya. Di sini juga listrik dan sinyal tidak ada," tutur Velisia ditemui Kompas.com saat belajar kelompok di rumah warga, Sabtu (18/7/2020).
Velisia meminta kepada Presiden agar membawa listrik dan jaringan telepon juga internet ke Desa Golo Nderu.
"Kakak tolong sampaikan pesan saya kepada Bapak Presiden, kami di sini butuh listrik dan sinyal. Siapa tahu listrik dan sinyal sudah ada, orangtua kami bisa beli handphone," ungkap Velisia.
Harapan serupa juga disampaikan Velisia Efrsia Nuna.
Di rumahnya sangat sedikit sumber bacaan sehingga selama belajar dari rumah, ia terkadang bingung mau belajar apa.
"Kami dengar orang ngomong di kota anak sekolah belajar di televisi dan internet. Itu kami dengar saja. Kami di sini mau seperti itu, tetapi listrik dan jaringan internet tidak ada. Sinyal telepon saja susah," ungkap Velisia.
Saat malam tiba, penerangan hanya dibantu lampu pelita. Kondisi itu pun sudah dianggap biasa.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Timur Basilius Teto menjelaskan, selama Covid-19, para guru tetap mendampingi siswa dengan kunjungan ke rumah.
Kunjungan itu terjadwal dan mengikuti protokol kesehatan, yakni memakai masker dan menjaga jarak.
"Guru-guru pakai jadwal kunjung ke rumah siswa untuk memberikan materi. Guru juga rutin memberikan tugas rumah kepada siswa," ujar Basilius saat dihubungi Kompas.com, Selasa pagi.
Basilius menambahkan, sejak pekan lalu, semua sekolah di Kabupaten Manggarai Timur sudah berjalan normal dengan sistem sif.
Meski menerapkan sistem sif, guru dan siswa tetap memperhatikan protokol kesehatan, yakni memakai masker, jaga jarak, cuci tangan, dan mengecek suhu sebelum masuk kelas.
Terkait siswa-siswi SDI Taga Laga Buru yang belum masuk sekolah, Basilius menyebut bahwa mereka belum mendapatkan jadwal.
Wacana Mendikbud
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, metode pembelajaran jarak jauh nantinya bisa diterapkan permanen seusai pandemi Covid-19.
Menurut analisis Kemendikbud, pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar akan menjadi hal yang mendasar.
• Tak Mau di Swasta & Pilih Sekolah Tahun Depan, Siswi SMP: Harusnya Hak Saya, Jangan Usia Diduluin
"Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model.
Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (2/7/2020).
Dia mengatakan, pemanfaatan teknologi ini akan memberikan kesempatan bagi sekolah melakukan berbagai macam modeling kegiatan belajar.

"Kesempatan kita untuk melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi dengan software dengan aplikasi dan memberikan kesempatan bagi guru-guru dan kepala sekolah dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam hybrid model atau school learning management system itu potensinya sangat besar," tuturnya.
Menurut Nadiem, hal ini terbukti dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19.
• Ruben Onsu Puas dengan Rapor Sekolah Betrand Peto, Sarwendah Soroti Nilai yang Jeblok, Pelajaran Ini
Ia menilai, para guru dan orangtua akhirnya mencoba beradaptasi dan bereksperimen memanfaatkan teknologi untuk kegiatan belajar.
"Walau sekarang kita semua kesulitan beradaptasi dalam PLJ, tapi belum pernah dalam sejarah Indonesia kita melihat jumlah guru dan kepala sekolah yang bereksperimen dan orangtua juga bereksperimen beradaptasi dengan teknologi," ucapnya.
"Jadi ini merupakan sebuah tantangan dan ke depan akan menjadi suatu kesempatan untuk kita," kata Nadiem.
(Kontributor Maumere, Nansianus Taris/ Tsarina Maharani)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siswi NTT: Kami di Sini Bingung Internet Itu Apa, Hanya Tahu Nama Saja" dan judul "Mendikbud: Setelah Pandemi Covid-19, Pembelajaran Jarak Jauh Akan Permanen"
BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Siswi SD di NTT Bingung Belajar dari Rumah Tak Ada HP : Internet Itu Apa, Modelnya Seperti Apa?.