Impiannya Jadi Polisi Wanita Hampir Kandas karena Tak Punya Biaya Rapid Tes, Sempat Frustasi

Impian Nurlindah menjadi polisi wanita (polwan) hampir saja kandas lantaran tidak bisa melakukan rapid test.

Editor: Asytari Fauziah
KOMPAS.COM/JUNAEDI
Tak Mampu Bayar Biaya Rafid Dan Materai Calon Polwan Mundur 

TRIBUNMATARAM.COM Impian Nurlindah menjadi polisi wanita (polwan) hampir saja kandas lantaran tidak bisa melakukan rapid test.

Warga asal Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat itu tidak memiliki biaya untuk rapid test.

Padahal rapid test menjadi salah satu syarat untuk mendaftar seleksi calon anggota Bintara Polri 2020.

"Memang sempat frustasi karena alasan biaya," kata Nurlinda, Sabtu (29/8/2020).

Akan Melahirkan Namun Tak Diperiksa Petugas RS & Malah Disuruh Rapid Test, Bayinya Meninggal Dunia

Dibantu Kapolsek

Ilustrasi rapid test Covid-19.
SHUTTERSTOCK Ilustrasi rapid test Covid-19.

Nurlinda sebenarnya sudah mulai mengurus segala kelengkapan persyaratan, namun terhenti saat mengurus syarat rapid test.

Beruntung kabar mundurnya Nurlinda didengar Kapolsek Kalukku, Ipda Sirajuddin.

Kapolsek lalu mendatangi rumah Nurlinda untuk memberikan bantuan agar bisa melanjutkan proses pendaftaran.

Nurlinda sudah mengunggah sebagian berkas secara online. Kini dia akan melengkapinya.

Terulang Lagi, Ibu di Mataram NTB Kehilangan Bayi karena Rumah Sakit Memaksanya Jalani Rapid Test

Kembali berpeluang jadi polwan

Ilustrasi Polisi
Thinkstock/Antoni Halim Ilustrasi Polisi

Nurlinda dan keluarga merasa terbantu dan mengucapkan terima kasih kepada kepolisian yang memberi bantuan.

Nurlinda pun memiliki energi baru untuk melanjutkan proses seleksi.

"Saya jadi semakin semangat,"kata Nurlinda.

"Beruntung Kapolsek dan panitia berempati kepada keluarga saya," sambung dia.

Sementara itu, Kapolsek berharap Nurlinda kembali berpeluang menggapai impiannya menjadi polwan dengan mengikuti seleksi Bintara Polri 2020.

“Mudah-mudahan bantuan biaya ini bisa meringankan Nurlindah dan bisa tetap ikut seleksi sampai selesai ujian nanti,” kata Kapolsek Sirajuddin.

Kisah Senada Anak Tak Miliki Biaya

Santri Yatim Lolos Kuliah di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Namun Kini Bingung Tak Punya Biaya

Mimpi Munawar (21) menimba ilmu di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, sudah di depan mata sejak dinyatakan lolos sebagai salah satu calon mahasiswa tahun ini.

Pria asal Alue Jeureujak, Aceh Barat Daya, yang tengah menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Darul Azhar Cihaur, Cianjur, Jawa Barat, itu lolos tes jalur mandiri dengan menyisihkan 900 peserta lainnya.

Munawar pun bersiap berangkat ke negeri Piramida itu pada November 2020, bersama 300 calon mahasiswa lainnya asal Indonesia.

Namun, di tengah rasa haru dan bahagianya, ia kini sedang dilanda kebingungan karena ketiadaan biaya.

 Mudik ke Timor Leste, 7 Mahasiswa Positif Virus Corona, Sempat Makan di NTT Sampai Warungnya Dicari

Padahal, Munawar harus mengantongi dana sedikitnya Rp 35 juta agar bisa bertolak ke Mesir guna mewujudkan cita-citanya itu.

“Alhamdulilah, bisa lolos seleksi tahun ini ke Mesir.

Tapi, sekarang sedang ikhtiar untuk mencari dananya,” ucap Munawar saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/6/2020).

Ilustrasi mahasiswa kuliah
Ilustrasi mahasiswa kuliah (Kompas.com)

Munawar sendiri sebenarnya masih punya keluarga yang tinggal di Aceh.

Namun, rasanya tak mungkin mengandalkan ibunya yang hanya bekerja sebagai buruh tani.

Sementara sang ayah sudah meninggal dunia saat dirinya masih berusia 7 tahun.

Anak yatim itu pun saat ini sedang berjuang keras mencari bantuan dana dan beasiswa ke sejumlah pihak.

Ia tentu tak ingin bahwa mimpinya menimba ilmu agama di universitas Islam terkemuka dan bersejarah di dunia itu kandas karena ketiadaan biaya.

Munawar berharap, ada dermawan dan pihak lain yang tergerak hatinya untuk membantu kesulitannya saat ini.

“Semoga Allah mengabulkan mimpi saya untuk bisa berangkat ke Mesir tahun ini,” ucapnya.

Merantau seorang diri sejak remaja

Perjuangan Munawar hingga sampai titik sekarang ini patut diacungi jempol.

Betapa tidak, semenjak remaja ia memutuskan merantau keluar dari kampung halamannya untuk menuntut ilmu agama.

Kecintaannya terhadap ilmu agama ia pupuk sejak masih kecil. Selepas sekolah, separuh waktunya dihabiskan untuk mengaji di surau.

Munawar sendiri berasal dari keluarga tidak mampu. Ibunya hanya seorang buruh tani. Sementara kondisi ekonomi saudara-saudaranya tak lebih baik.

Di waktu senggang, ia turut membantu ibunya menjual hasil kebun berupa sayuran ke warung-warung dan tetangga terdekat.

 Mahasiswa Asal Indonesia di Wuhan Berhasil Pulang Sebelum Semua Akses Ditutup karena Virus Corona

Hasil penjualannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.

Hidup dalam keterbatasan tak menyurutkan semangatnya untuk terus menuntut ilmu agama.

Bahkan, setelah tamat sekolah dasar, Munawar memutuskan mondok dari satu pesantren ke pesantren lain, hingga akhirnya ia merantau ke luar pulau.

“Sebelum ke Cianjur tahun lalu, saya sempat mondok di Tasik. Mengabdi di salah satu pesantren di sana,” ujar Munawar.

Munawar, yang hafiz Al Quran ini punya mimpi besar. Selepas lulus dari Mesir kelak, ia ingin pulang ke kampung halamannya, melepas rindu dengan ibu dan keluarganya.

“Suatu hari nanti saya ingin mendirikan pesantren di sana. Ingin mengajar ngaji saudara-saudara dan warga setempat,” ucapnya bertekad. (Kompas.com /Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi | Editor : Abba Gabrillin/ Kontributor Cianjur, Firman Taufiqurrahman/ Farid Assifa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nyaris Mundur dari Seleksi Polwan karena Tak Punya Biaya Rapid Test, Nurlindah: Sempat Frustasi" dan "Lolos Kuliah di Al Azhar Mesir, Santri Yatim Ini Bingung Tak Punya Biaya".

BACA JUGA di Tribunnewsmaker.com dengan judul Impian Jadi Polisi Hampir Kandas karena Tak Punya Biaya Rapid Tes, Gadis Ini di Bantu Kapolsek.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved