Virus Corona
Peringatkan Gejala Happy Hypoxia, Ganjar Pranowo: Masyarakat Mesti Tahu, Tidak Tiba-tiba Meninggal
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta warga di Jawa Tengah untuk memeriksakan diri jika memiliki gejala Happy hypoxia.
TRIBUNMATARAM.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta warga di Jawa Tengah untuk memeriksakan diri jika memiliki gejala Happy hypoxia.
Menurut Ganjar, gejala tersebut tidak bisa dianggap enteng dan harus segera ditangani secara medis.
"Intinya kalau ada sesuatu tidak nyaman pada tubuhnya alias sakit langsung periksa ke dokter saja.
Gejala ini nanti dokter yang bisa menjelaskan. Gejalanya seperti apa, bagaimana penanganannya, masyarakat mesti tahu.
Agar tidak tiba-tiba kemudian sakit jatuh dan maaf meninggal," katanya.
• Anggie, Remaja Peraih Ranking 1 yang Gagal Masuk Akpol karena Difitnah Positif Corona Kini Daftar UI
Selain itu, dirinya juga meminta seluruh rumah sakit di Jawa Tengah untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki gejala Happy Hypoxia.
"Maka sekarang seluruh rumah sakit saya minta untuk melakukan checking berapa jumlah pasien dengan gejala happy hypoxia yang ada di tingkat Jateng," jelas Ganjar, Kamis (3/9/2020).
Apa itu Happy Hypoxia?

Seperti diketahui, Happy hypoxia adalah kondisi pasien yang mengalami tingkat saturasi oksigen dalam darah rendah.
Keadaan ini bisa menyebabkan ketidaksadaran hingga kematian terhadap pasien yang menderita Covid-19.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo, pasien Covid-19 yang mengalami happy hypoxia memang tidak menujukkan gejala.
• Pasien Covid-19 Marak Alami Happy Hypoxia, Tampak Normal, Ternyata Paru-paru Rusak Parah
Namun, pasien tersebut akan mengalami kadar oksigen yang menurun sehingga menyebabkan sesak napas hingga kematian.
“Orang yang mengalami happy hypoxia ini enggak terlihat gejala yang jelas.
Tapi, sebenarnya paru-parunya sudah rusak. Makanya, sering disebut silent hypoxia,” ungkapnya
Kasus di Solo, Semarang dan Banyumas
Yulianto mengatakan, gejala happy hypoxia tidak hanya ditemukan di Banyumas. Namun juga sudah ditemukan di Solo dan Semarang.
"Happy hypoxia sebenarnya sudah ada sejak dulu, saat Covid-19 mewabah. Hanya saja, saat itu kasus tersebut tak mendapat perhatian khusus.
Setelah kasus di Banyumas, baru diperhatikan. Padahal, ini kerap terjadi di mana-mana. Di Semarang dan Solo juga ada,” ujar Yulianto saat ditemui di Kantor Gubernur Jateng, Rabu (2/9/2020).
• 3 Pasien Covid-19 di Banyumas Meninggal Tanpa Gejala, Namun Alami Happy Hypoxia, Ini Penjelasannya
Menurut Yuliatno, berdasar penelusuran Dinkes Jateng, kasus happy hypoxia kerap ditemukan di rumah sakit yang tingkat kematian pasiennya cukup tinggi.
Untuk mencegah penularannya, saat ini pihaknya sedang berupaya mengumpulkan data dari sejumlah rumah sakit di Jateng terkait kemungkinan gejala tersebut.
“Ini kami baru mengumpulkan data dari rumah sakit-rumah sakit rujukan yang menangani kasus ini.
Baru ada tiga rumah sakit yang mengumpulkan dari Banyumas, Semarang dan Solo. Yang lainnya masih menunggu,” tuturnya.
Happy Hypoxia, Tampak Normal, Ternyata Paru-paru Rusak Parah
Kasus Covid-19 di Indonesia kian hari kian meningkat.
Seiring peningkatan ini, muncullah kasus Happy Hypoxia pada orang yang positif Covid-19.
Happy Hypoxia ini tak memperlihatkan gejala khusus, akan tetapi penderitanya dikonfirmasi mengalami kerusakan paru yang sangat parah.
• POPULER Kontak Erat dengan Pasien Covid-19, Pria Ini Ikut Terinfeksi, Gejalanya Tak Ada Nafsu Makan
• POPULER Penjual Soto Ternyata Positif Covid-19, 10 Orang Ikut Tertular, Pembeli Diminta Periksa
Happy hypoxia pada orang yang terjangkit Covid-19 rupanya sudah ditemukan di sejumlah daerah.
Fenomena happy hypoxia ini mencuat setelah dialami oleh pasien Covid-19 di Banyumas yang akhirnya meninggal dunia.
Muncul sejak awal Covid-19 mewabah

Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menjelaskan bahwa happy hypoxia pada penderita corona sebenarnya sudah muncul sejak lama.
"Happy hypoxia sebenarnya sudah ada sejak dulu, saat Covid-19 mewabah. Hanya saja, saat itu kasus tersebut tak mendapat perhatian khusus," kata dia.
"Setelah kasus di Banyumas, baru diperhatikan. Padahal, ini kerap terjadi di mana-mana. Di Semarang dan Solo juga ada,” lanjut Yulianto saat ditemui di Kantor Gubernur Jateng, Rabu (2/9/2020).
Pasien tidak mengalami gejala tertentu, namun dapat secara tiba-tiba mengalami sesak napas karena kadar oksigen dalam tubuh terus menurun.
“Orang yang mengalami happy hypoxia ini enggak terlihat gejala yang jelas. Tapi, sebenarnya paru-parunya sudah rusak. Makanya, sering disebut silent hypoxia,” ungkapnya.
Kemungkinan terburuk pada kasus ini adalah kematian mendadak.

Ditemukan di Semarang dan Solo
Di Jawa Tengah, kasus pasien Covid-19 mengalami happy hypoxia tidak hanya ditemukan di Banyumas, tetapi juga Semarang dan Solo.
Kasus kematian akibat happy hypoxia disebut juga cukup tinggi. Saat ini dinas tengah melakukan pendataan.
“Ini kami baru mengumpulkan data dari rumah sakit-rumah sakit rujukan yang menangani kasus ini. Baru ada tiga rumah sakit yang mengumpulkan dari Banyumas, Semarang dan Solo. Yang lainnya masih menunggu ” tutur Yulianto.
Mengenai kapasitas rumah sakit di Jawa Tengah, Yulianto menyebut masih mencukupi untuk penanganan Covid-19.
“Ketersediaan ruang isolasi kita cukup kok. Masih ada free sekitar 40 persen. Jadi masih kosong sekitar 40 persen dari total ruang isolasi di berbagai rumah sakit rujukan yang kita sediakan,” jelasnya.
(Kompas.com/ Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief/ Kontributor Semarang, Riska Farasonalia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ingatkan Warga Soal Ancaman Happy Hypoxia, Ganjar: Badannya Ada yang Sakit, Langsung ke Dokter" dan ""Orang Covid-19 dengan Happy Hypoxia Tidak Terlihat Gejala tapi Paru-parunya Sudah Rusak"".
BACA JUGA di Tribunnewsmaker.com dengan judul Waspadai Gejala Happy Hypoxia, Ganjar Pranowo: Masyarakat Mesti Tahu, Sakit Langsung ke Dokter Saja.