ISI LENGKAP How Democracies Die Buku Viral Bacaan Anies Baswedan, Reaksi Istana, Fadli Zon, Pengamat

Mengapa Buku How Democracies Die bacaan Anies Baswedan memicu persepsi beda-beda istana, Fadli Zon, hingga pengamat politik? Ini dia isi lengkapnya.

TribunMataram.com/ Instagram Anies Baswedan
Buku How Democracies Die bacaan Anies Baswedan, isi lengkap buku tersebut dan reaksi beda istana, Fadli Zon, Fahri Hamzah hingga para pengamat politik. 

Dengan demikian, keberlangsungan demokrasi membutuhkan politisi yang ingin menempatkan stabilitas jangka panjang di atas keuntungan jangka pendek.

Selain juga siap untuk mengakui bahwa akan selalu ada konsekuensi yang harus diterima dari sebuah tindakan yang telah diputuskan.

Fadli Zon
Fadli Zon (Kompas.com)

Persepsi Beda-beda Istana, Fadli Zon, Fahri Hamzah hingga Pengamat atas Buku Bacaan Anies

Sementara itu dari berbagai tokoh tak ketinggalan memberikan tanggapannya.

Pertama dari Politikus Gerindra, Fadli Zon.

Fadli Zon menirukan gaya Anies Baswedan.

Namun dirinya membaca buku dengan berjudul berbeda, meski masih tentang demokrasi.

Dirinya mengunggah foto dengan membaca buku 'Demokrasi Kita' tulisan dari Wakil Presiden pertama, Mohammad Hatta.

Disebutnya bahwa buku terbitan 1960 itu masih relevan untuk menggambarkan kondisi yang terjadi saat ini, khususnya berkaitan dengan demokrasi yang bersifat otoritarian.

"Sy baca ulang buku “Demokrasi Kita” karya Mohammad Hatta yg terbit 1 Mei 1960, 60 thn lalu. Kok masih relevan dengann keadaannya hampir sama dg skrg. Hatta kritik tajam pemerintahan Demokrasi Terpimpin yg otoritarian di bwh Presiden Soekarno. Buku kecil ini kemudian dilarang," tulis Fadli Zon.

Sementara itu mantan rekannya sebagai wakil ketua DPR, Fahri Hamzah justru mengatakan bahwa dirinya sudah lama mempersoalkan buku tersebut, yakni setahun yang lalu.

Hal itu dibuktikan dengan cuittan dari Fahri Hamzah pada tahun 2019 yang sudah membahas buku 'How Democracy Die' tersebut.

Dalam cuittan setahun lalu itu, Fahri Hamzah mengatakan nasib demokrasi ditentukan oleh kudeta militer dan sistem pemilihan umum.

"Sebetulnya itu adalah kesimpulan 2 guru besar universitas Harvard: Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.
Dalam buku mereka yang terkenal “How Democracy Die”, mereka menuturkan bagaimana demokrasi bisa mati oleh kudeta militer atau oleh pemilu yang menaikkan para pemimpin curang," kata Fahri Hamzah.

Selain itu tak ketinggalan, Budiman Sudjatmiko juga turut memberikan komentarnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved