Teroris MIT Terpacu Bunuh Satu Keluarga di Sigi karena Sensitif & Merasa Tak Lagi Didukung Warga
Belakangan diketahui alasan MIT memutuskan berbuat keji lantaran merasa sensitif dan merasa warga tak lagi memberikan dukungan.
TRIBUNMATARAM.COM - Kesadisan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) membunuh satu keluarga di Sigi masih terus menjadi perbincangan.
Belakangan diketahui alasan MIT memutuskan berbuat keji lantaran merasa sensitif dan merasa warga tak lagi memberikan dukungan.
Hal tersebut disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT).

Pihaknya menyebut kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur ( MIT) yang dipimpin Ali Kalora sensitif terhadap warga setelah dukungan dan logistik semakin berkurang.
Baca juga: Jokowi Tolak Tegas untuk Pulangkan WNI eks Teroris ISIS ke Indonesia, Kalau Saya Bilang Tidak
Baca juga: Densus 88 Tangkap 6 Orang Terduga Teroris di Bima NTB, Pengamanan Ketat Dilakukan
"Mereka memang lebih sensitif terhadap warga karena memang segala support dan logistik, termasuk pada akhirnya selalu mencurigai warga karena dukungan warga kepada mereka tidak ada lagi," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar dalam Sapa Indonesia Pagi di Kompas Tv, Selasa (1/12/2020).
Boy Rafli mengatakan, bahwa berkurangnya logistik dan dukungan masyarakat membuat kelompok MIT mempunyai niat untuk menyakiti warga.
"Mereka sedikit sensitif melihat warga dan mereka selalu niatnya untuk menyakiti warga," ungkap Boy Rafli.
Boy Rafli mengatakan, selama menjalani pelarian dan persembunyian di Pegunungan Biru, kelompok teroris ini selalu mengandalkan makanan yang ada di dalam hutan.
Akan tetapi, akibat berkurangnya logistik, mereka mulai keluar hutan dan merangsek ke wilayah pemukiman warga sekitar Pegunungan Biru untuk mencari beras.
Menurutnya, jika ada warga yang memberikan logistik, itu sepenuhnya karena di bawah intimidasi kelompok MIT.
"Masyarakat itu dalam intimidasi mereka. Jadi, kalau masyarakat memberi, itu karena dintimidasi," terang Boy Rafli.
Boy Rafli menambahkan, selama melancarkan aksi terhadap warga sepanjang periode 2020, kelompok MIT mempunyai motif untuk merampas materi maupun logistik.
Hasil perampasan itu kemudian dibawa lari ke dalam hutan.
"Intinya mereka mencari materi, mencari uang, mencari bahan makanan, agar mereka bisa bawa untuk bertahan beberapa saat di dalam kawasan hutan Pegunungan Biru," ucap Boy Rafli.
Kasus ini terungkap setelah seorang anggota Polsek Palolo menerima informasi adanya kasus pembunuhan di Dusun Lima Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (27/11/2020).
Saat polisi mendatang lokasi tersebut, ditemukan empat jenazah yang tewas secara mengenaskan. Selain korban jiwa, di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) juga ditemukan tujuh rumah yang dibakar oleh Orang Tak Dikenal (OTK).
Sekitar pukul 18.00-23.00 WITA, petugas melakukan olah TKP. Polsi juga mendapati keterangan dari lima saksi yang menyebut terduga pelaku kurang lebih sekitar 10 orang.
Di mana tiga di antaranya membawa senjata api laras panjang dan dua senjata api genggam.
Berdasarkan keterangan mereka, terduga pelaku adalah kelompok teroris, Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Hal itu diketahui setelah kelima saksi diperlihatkan Daftar Pencarian Orang (DPO) oleh petugas.
Karopenmas Mabes Polri Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Awi Setiyono mengatakan, aparat keamanan langsung melakukan pengejaran terhadap MIT pimpinan Ali Kalora.
"Saat ini sudah ada back-up kurang lebih 100 orang pasukan dari Satgas Tinombala, Brimob Polda Sulteng dan TNI untuk melalukan pengejaran terhadap kelompok Ali Kalora tersebut," ucap Awi.
Tak Ingin Tinggalkan Jejak
Kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur ( MIT) berupaya meninggalkan jejak saat mencari logistik dengan cara membunuh satu keluarga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
"Mereka tidak ingin meninggalkan jejak dari tindakan yang dilakukan. Jadi mereka tidak ingin jejaknya diketahui dengan cara menghabiskan obyek yang mereka sasar," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar dalam Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Selasa (1/12/2020).
Boy Rafli mengatakan, MIT terlibat dalam tindak pidana pembunuhan terhadap warga sekitar Pegunungan Biru, Kabupaten Poso, sepanjang 2020.
Dari tindak pidana pembunuhan itu, antara lain tewasnya petani dan seorang purnawirawan TNI pada periode antara Agustus-September 2020.
Boy Rafli mengatakan, MIT yang dipimpin Ali Kalora selama ini bergerak di sekitar lereng Pegunungan Biru. Mereka kerap berpindah satu sama lain dari lereng pegunungan sisi utara ke selatan.
Di lereng Pegunungan Biru ini terdapat Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Poso.
Dengan kondisi ini, pergerakan dan perpindahan mereka meliputi kawasan yang cukup luas.
"Jadi mereka mobile di kawasan yang begitu luas. Satuan tugas hari ini terus mobile untuk menyasar ke berbagai sektor di kawasan lereng itu," kata Boy Rafli.
Ia mengakui, lokasi pelarian MIT merupakan medan yang cukup menyulitkan.
"Sekali lagi, ini medan yang tidak ringan karena ini medan pegunungan dan mereka sudah bertahun-tahun di kawasan itu," kata Boy Rafli.
(Kompas.com/ Achmad Nasrudin Yahya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BNPT: MIT Jadi Sensitif dan Ingin Menyakiti setelah Tak Ada Lagi Dukungan Warga"
dan judul "BNPT Sebut Teroris MIT Bunuh Keluarga di Sigi karena Tak Ingin Tinggalkan Jejak"
BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Teroris MIT Bunuh Satu Keluarga di Sigi Dipicu Rasa Sensitif & Merasa Tak Lagi Didukung Warga