Bukannya Baring di Peti, Jenazah Ini Malah Duduk di Pemakamannya, Sempat Ditolak Masuk

Banyak cara tak biasa bagi suatu keluarga memberikan penghormatan terakhir kepada kerabatnya yang meninggal dunia.

(@denniesfuneralhome/Newsflash via The Sun)
Jenazah Che Lewis duduk di depan Gereja Evangelis St John di Trinidad-Tobago. Korban pembunuhan itu ditolak untuk upacara pemakamannya sendiri karena datang dalam keadaan tidak lazim. 

TRIBUNMATARAM.COM - Tidak dibaringkan dalam peti mati tetapi didudukkan, jenazah pria ini justru ditolak dalam pemakamannya sendiri.

Banyak cara tak biasa bagi suatu keluarga memberikan penghormatan terakhir kepada kerabatnya yang meninggal dunia.

Salah satunya yang dilakukan pada jenazah seorang pria di Trinidad-Tobago ini.

Ia dilaporkan ditolak masuk ke upacara pemakaman sendiri, setelah dibawa dalam keadaan duduk.

Jenazah Che Lewis duduk di depan Gereja Evangelis St John di Trinidad-Tobago. Korban pembunuhan itu ditolak untuk upacara pemakamannya sendiri karena datang dalam keadaan tidak lazim.(@denniesfuneralhome/Newsflash via The Sun)
Jenazah Che Lewis duduk di depan Gereja Evangelis St John di Trinidad-Tobago. Korban pembunuhan itu ditolak untuk upacara pemakamannya sendiri karena datang dalam keadaan tidak lazim.(@denniesfuneralhome/Newsflash via The Sun) ()

Baca juga: Awalnya Amankan Lokasi, 3 Polisi Kuburkan Jenazah Pasien Covid19 Gegara Petugas Pemakaman Tak Datang

Baca juga: Keluarga Histeris & Sebut Mata Jenazah Keluarga yang Positif Covid19 Berdarah & Hilang, Ini Faktanya

Che Lewis (29) dan ayahnya Adlay Lewis (54), yang tewas dibunuh di dalam rumah mereka, awalnya bakal dikuburkan pada 25 November.

Jenazah Che kemudian dibawa ke gereja tanpa dibaringkan dalam peti mati. Dia dilaporkan dibalsem dalam posisi duduk sebagai penghormatan terakhir.

Prosesi pemakaman yang tidak lazim itu melewati ibu kota Trinidad-Tobago, Port of Spain, menuju Gereja Evangelis St John di Diego Martin.

Mengenakan setelan kemeja dan celana putih serta jas pink, jenazah Che ditolak masuk ke dalam gereja karena staf tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Dalam video dan foto yang berseliweran di internet, mayat korban pembunuhan itu kemudian didudukkan di depan gedung gereja.

Dilansir The Sun Rabu (2/12/2020), sejumlah pelayat yang datang awalnya tidak mengira bahwa sosok yang duduk di depan adalah mayat Che.

Saat itu, banyak pelayat yang mengira dia merupakan bagian dari staf pemakaman. Bahkan, ada yang mencelanya karena tak memakai masker.

Sejumlah video upacara pemakamannya dikomentari oleh netizen. "Ini merupalan bukti Trinidad-Tobago bukanlah tempat yang aman," kata salah satu warganet.

Berbeda dengan Che yang sengaja didudukkan oleh Rumah Duka Dennie's, ayah Che dibaringkan dalam peti dan ditaruh dalam gedung.

"Setiap kehidupan adalah unik. Karena itu, kematian juga harus diperlakukan secara unik," demikian plakat yang dipampang di depan jenazah Che.

Tetapi, pada akhirnya jasad Che Lewis dimasukkan ke dalam peti untuk dimakamkan. Kepada Loop News, si pemilik rumah duka mengaku permintaan pemakaman datang dari pihak keluarga.

Dennie mengatakan pihaknya tidak asing dengan cara tersebut. Karena mereka sudah melihatnya di luar negeri, dan bersiap jika ada yang meminta itu.

Cara eksentrik itu disebut sebagai pembalseman ekstrem. Jenazah disuntikkan dengan cairan pengawet yang membuat mereka begitu kaku.

Teknik itu dilaporkan berasal dari Puerto Riko pada medio 2008-an, di mana awalnya digunakan agar mendiang mendapat waktu penghormatan terakhir lebih banyak.

Permintaan itu semakin meningkat. Keluarga rela merogoh kocek hingga 2.000 poundsterling (Rp 38 juta), agar jasad kerabat mereka seolah bangkit lagi.

Namun, metode ini bukannya tidak menuai reaksi negatif. Polisi menyatakan apa yang dilakukan rumah duka sangat tidak bertangung jawab.

Mereka menyatakan bakal menggelar penyelidikan dengan ancaman denda 750 poundsterling (Rp 14,2 juta) menanti jika terbukti bersalah.

Sementara pastor yang bertanggung jawab akan ibadah tersebut menuturkan, mereka akan meminta bentuk pemakaman keluarga seperti apa di masa depan.

Kasus Viral Lain, Jenazah Dibonceng Sepeda

Sebuah potret pilu seorang anak menggotong jenazah kaku ayahnya di dalam sebuah karung dengan dibonceng sepeda menjadi perbincangan.

Fakta memiriskan hati tersebut nyatanya baner-benar terjadi di India.

Nasib malang terpaksa dilakui anak laki-laki itu lantaran dirinya dan keluarganya dianggap berkasta rendah.

Dikucilkan warga seorang anak bawa jenazah ayahnya pakai sepeda seorang diri (India Today)
Dikucilkan warga seorang anak bawa jenazah ayahnya pakai sepeda seorang diri (India Today) ()

Viral Video Penemuan Jenazah Perempuan, Leher Ada Bekas Sayatan Hingga Saluran Napas Terputus

POPULER Viral Pedagang Nekat Usapkan Air Liur Jenazah Pasien Covid19 untuk Ejek Dokter, Kini Positif

Karena itu, warga enggan membantunya membawa dan memakamkan jenazah ayahnya.

Praktik mengucilkan ini terjadi di Desa Lankabahal, Distrik Bolangir, Odisha, India.

Dikutip TribunMataram.com dari Indian Today, disebutkan bahwa wilayah itu masih begitu mementingkan kelas sosial satu sama lain.

Parahnya keluarga remaja itu memang diketahui berasal dari kasta rendah.

Karena itulah tidak ada penduduk desa yang datang untuk membantunya.

Pria itu memasukkan jenazah ayahnya ke dalam karung dan kemudian mengikatnya di sisi belakang sepeda.

Penduduk desa mengakui mereka memang tak mau membantu pria itu membawa jenazah, karena dia berasal dari kasta yang lebih rendah.

Orang yang meninggal tersebut diidentifikasi bernama Akhaya Patra.

Video anak membawa ayahnya menggunakan sepeda telah menjadi viral di media sosial India.

Istri dari almarhum mengatakan kepada India Today bahwa, tidak ada yang datang untuk membantu karena mereka termasuk dalam kasta rendah.

“Tidak ada yang datang untuk upacara terakhir suamiku. Anak dan saudara ipar saya membawa jenazah ayahnya dengan sepeda dan melakukan upacara terakhir, ”katanya.

Pegawai layanan di Distrik Bolangir, Arindam Dakua mengatakan bahwa keluaga itu belum meminta bantuan dari kantor administrasi setempat.

“Mungkin dia belum meminta bantuan siapa pun dari administrasi, Bahkan BDO tidak mengetahui kejadian tersebut.

Mereka jelas diinstruksikan untuk membantu di bawah Harischandra Sahayata Yojana.

Namun, dia akan mendapatkan bantuan keuangan," katanya.

Khusus untuk Pemerintah Odisha, pada tahun 2013 telah meluncurkan Harischandra Sahayata Yojana yang berfungsi untuk membantu keluarga miskin secara finansial dalam melaksanakan rutual terakhir kerabat yang telah meninggal.

Pada 23 Februari 2020 lalu, Ketua Menteri Odisha, Naveen Patnaik mengatakan sebanyak 79.578 keluarga telah menerima sekitar 17,63 crore Rupe (Rp 35 Miliar) sebagai bantuan di bawah Harischandra Sahayata Yojana pada tahun anggaran 2019-2020.

(Kompas.com/ Ardi Priyatno Utomo) (TribunMataram.com/ Salma)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Datang dalam Keadaan Duduk, Jenazah Pria Ini Ditolak di Pemakamannya"

BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Datang dalam Posisi Duduk, Jenazah Korban Pembunuhan Ini Ditolak Masuk ke Pemakamannya Sendiri

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved