Ayah Asal Aceh Tersesat hingga NTT bersama Anak 7 Tahun, Diduga Depresi, Tidur dari Masjid ke Masjid
Ialah Ramli (55), seorang ayah asal Aceh Tengah yang ditemukan tersesat bersama buah hatinya yang masih berusia 7 tahun.
Ia bisa membaca dan komunikasinya cukup baik. Ia bahkan mengenal alamat rumah hingga identitas dirinya serta dapat berkomunikasi dengan baik.
Hanya saja ia memiliki riwayat sakit syaraf di otak pada masa lalu,
“Dua Minggu sebelum kepulangan, saya mendapat kabar tentang keberadaan Kemisan di Surabaya. Saya beritahu keluarga bahwa Kemisan baik-baik saja,” kata Dwi via telepon.
Mengaku tak banyak yang diingat

Saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kemisan terlihat kurus berbalut kulit coklat gelap terbakar. Di bagian tangan dan kaki terlihat bintik putih terang. Ketika berbincang, ia terus menggariu bagian tubuhnya.
Saat ditanya bagaimana bisa sampai Surabaya, Kemisan mengaku sudah tak ingat lagi.
“Tidak ingat,” kata Kemisan saat ditemui di rumahnya, Jumat (4/12/2020).
Ia hanya mengingat berjalan kaki di jalan besar beraspal menggunakan sandak jepit dan melihat petunjuk jalan ke Surabaya.
Kemisan juga menceritakan sepotong-sepotong kejadian antara lain saat ia terjaring razia Satpol PP di jalanan Surabaya.
Serta saat ia dikumpulkan ke panti rehabilitasi bersama banyak orang dan diberi obat dan suntik. Ia juga mengingat sepotong perjalanan dari Surabaya kembali ke Wates, Kulon Progo.
“Dari (dinas sosial) Keputih (pulang) pakai mobil, antar (orang seperti dirinya) ke Ngawi, ke Temanggung, lalu ke Dinas Sosial Wates,” kata Kemisan.
Sementara itu Lurah Kalirejo, Lana mengatakan jika pihak kelurahan pernah membawa Kemisan ke RS Grahsia dan Magelang untuk mendapat perawatan.
Menurutnya, Kemisan adalah penderita gangguan jiwa dengan kategori ringan dan sudah menjalani pegobatan cukup lama.
“Kami pernah membawa Kemisan ke RS Grahsia dan Magelang untuk dirawat,” kata Lana di kantornya.
Lana menjelaskan, di wilayahnya ada 49 warga difabel dengan gangguan jiwa dan Kemisan adalah salah satunya.
ODGJ di wilahnya, menurut Lana, mayoritas berusia produktif dan rata-rata tidak mendapat perhatian serius dari keluargaya.
Sehingga pemdes berupaya agar para ODJG rutin berobat dan bisa bekarya serta berkembang bersama warga lainnya.
Mereka juga membuat lembaga kesejahteraan sosial (LKS) yang menangani penderita ganguan jiwa.
Lana mengatakan tidak mudah melakukan hal tersebut. Hasilnnya ada yang sembuh dan menjadi pengemis dan ada yang kambuh serta sakit permanen.
“Tapi saya pastikan tidak ada yang dipasung (di Kalirejo). Akibatnya risiko sering pergi-pergi,” kata Lana.
(Kompas.com/Kontributor Takengon, Iwan Bahagia/Dani Julius Zebua)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Seorang Ayah dan Anaknya Usia 7 Tahun Tersesat di NTT, Tidur di Masjid dan Diduga Depresi"
BACA JUGA Tribunnewsmaker.com dengan judul Pria Aceh Tersesat sampai NTT dengan Anak Gadis 7 Tahun, Diduga Depresi, Tidur dari Masjid ke Masjid
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/mataram/foto/bank/originals/pria-nekat-bakar-diri-karena-depresi.jpg)