Aksi BCL Lakukan Swab Tanpa Bantuan Medis Tuai Kritik, Ternyata Sangat Bahaya Bisa Patahkan Hidung

Tak hanya bisa merusak hidung, melakukan swab sendiri juga dapat menyebabkan risiko penularan.

media persija
Ilustrasi swab test 

Menurut Dewi, orang awam yang melakukan swab sendiri tidak memahami struktur anatomi hidung dan tidak mengetahui bagian yang harus diambil.

"Jadi bagian yang diambil enggak sampai ke tempat seharusnya yang menjadi bahan pemeriksaan," ujar Dewi kepada Kompas.com, Senin (4/1/2020).

Kesalahan dalam pengambilan bagian untuk pemeriksaan bisa memberikan hasil yang tidak tepat.  Bisa jadi hasil pemeriksaan harusnya positif. Tapi karena tempat pengambilannya salah, hasilnya menjadi negatif.

Antrean penumpang pesawat yang hendak melakukan Rapid Tes Antigen di Shelter Kalayang Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (23/12/2020).

Antrean penumpang pesawat yang hendak melakukan Rapid Tes Antigen di Shelter Kalayang Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (23/12/2020).(Kompas.COM/MUHAMMAD NAUFAL)

Sakit dan patah

Selain itu, bisa jadi orang yang hendak diswab memiliki struktur hidung bengkok sehingga rongga hidung lebih sempit.

Apabila yang melakukan swab tidak memahami struktur tersebut dan asal mengambil, maka bisa menyebabkan kesakitan luar biasa.

Risiko selanjutnya adalah patahnya tangkai yang digunakan untuk melakukan swab. Hal ini dikarenakan fungsi hidung ketika terkena benda asing.

"Fungsi hidung menimbulkan refleks bersin. Kalau memasukkan tangkainya kena mukosa, bisa bersin, dan risiko putus tangkainya. Ini sering terjadi," kata Dewi.

Apabila tangkai patah di dalam, sementara yang melakukan swab tidak paham cara mengambilnya, maka risikonya bisa terjadi pendarahan di hidung atau epistaksis.

Risiko pendarahan juga bisa terjadi jika tangkai swab mengenai pembuluh darah. Dewi menekankan, di hidung banyak sekali pembuluh darah yang mudah pecah.

"Pendarahan yang banyak bisa menimbulkan syok karena panik. Selain itu, pendarahan yang banyak bisa menyumbat jalan napas, yang berakibat fatal," tambahnya.

Dewi mengatakan, epistaksis atau pendarahan yang vanyak merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan di bidang THT. Kondisi ini perlu ditangani dengan segera.

"Jangan sampai risikonya fatal bukan karena swab untuk pemeriksaan Covid-19, tapi karena efek samping epistaksis," ujar dokter yang berpraktik di Departemen THT RS Dr Muwardi Surakarta itu.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved