Ramadhan 2021

Jelang Ramadhan 1442 H Tradisi Nyadran Mulai Dilakukan, Ini Cara Ziarah Makam Aman di Tengah Pandemi

Tradisi ini memungkinkan masyarakat untuk mendatangi makam-makam keluarganya yang sudah terlebih dahulu berpulang.

Indra Dwi Purnomo/TribunJateng
Ilustrasi nyadran 

TRIBUNMATARAM.COM - Jelang bulan suci Ramadhan 1442 H, masyarakat Indonesia di beberapa daerah biasanya melakukan tradisi Nyadran.

Nyadran sendiri biasa juga disebut dengan ziarah makam.

Tradisi ini memungkinkan masyarakat untuk mendatangi makam-makam keluarganya yang sudah terlebih dahulu berpulang.

Nyadran merupakan tradisi tahunan ziarah ke makam yang secara turun-temurun telah dilakukan oleh masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadhan.

Nyadran biasanya dilakukan saat bulan Syaban dalam kalender Hijriah.

Dalam penanggalan Jawa, nyadran biasanya dilakukan sebulan sebelum bulan puasa pada tanggal 10, 15, 20, dan 23 Ruwah.

Dikutip dari Tribunnews.com pada Jumat (26/3/2021), istilah Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan Jawa untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia, seperti orang tua, kakek, nenek, tokoh pendiri kampung, wali, dan lainnya.

Dalam budaya Jawa, mendoakan orang tua, kakek, nenek, dan para leluhur merupakan bentuk penghormatan.

Baca juga: Tips Membagi Waktu Minum Air Putih saat Puasa Ramadhan, Bagaimana Agar Tubuh Tak Kekurangan Cairan?

Baca juga: Tak Cuma Datangkan Pahala, Tidur saat Puasa Ramadhan Juga Bermanfaat bagi Tubuh, Bisa Kurangi Lemak

Saat berkunjung ke makam, orang-orang membersihkan dan menaburkan bunga ke makam keluarga.

Pendapat lain dari sejarawan, Heri Priyatmoko, menerangkan nyadran merupakan momen merangkai sejarah keluarga dan juga lingkungan.

Dari mana seseorang berasal, baik tempat kelahiran seseorang maupun runutan garis keturunannya.

"Ya nyadran adalah momentum untuk merangkai sejarah keluarga dan kampung halaman yang biasanya diingat kembali pada saat nyadran (mudik)."

"Dengan nyadran ini, orang kembali membasuh ingatan sejarah lokal (kampungnya), dimana ia lahir dan dibesarkan," kata Heri saat dikonfirmasi Tribunnews.com pada Kamis (25/3/2021).

Heri juga menambahkan, nyadran atau berziarah ke makam membuat seseorang paham akan lingkungnnya.

Tradisi makam mempertemukan garis keturunan antara satu keluarga dengan keluarga lain (tetangga).

Mereka bertemu untuk saling mengulang sejarah di mana mereka pernah memiliki pengalaman bersama sebelumnya.

"Dalam kompleks kuburan, makam satu dengan makam lainnya mungkin tidak punya pertalian saudara, tapi mengingatkan kembali sejarah lokal-wilayah desa tersebut."

"Bahwa mereka adalah tetangga, yang pernah punya pengalaman bersama dalam memaknai ruang kampung," tambah Heri, dikutip dari Tribunnews.com dengan judul Nyadran: Tradisi Ziarah Makam Jelang Ramadhan, Tips Tetap Aman Saat Covid-19

Sehingga nyadran mengajarkan untuk mengenang dan mengenal para leluhur, silsilah keluarga, serta memetik ajaran baik dari para pendahulu.

Akulturasi Budaya dan Agama

Sebelum agama Islam diyakini masyarakat, nyadran dipercaya berawal dari akulturasi antara agama Hindu dan Budha.

Dilansir iain-surakarta.ac.id pada Kamis (25/3/2021), Sadranan merupakan tradisi Hindu-Budha yang telah ada sekitar abad 15.

Dalam perjalanannya, kegiatan nyadran akhirnya mengalami akulturasi, baik dengan budaya masyarakat Jawa juga dengan agama Islam.

Akulturasi semakin kuat ketika Walisongo menyebarkan agama Islam dengan mengakultutasikan budaya masyarakat Jawa dengan nilai-nilai Islam.

Sebelumnya kegiatan ini syarat dengan pemujaan roh, lantas oleh para Walisongo kegiatan ini lebih ditujukan sebagai sarana berdoa kepada yang Tuhan Yang Maha Esa.

Lambat laun, kegiatan akulturasi budaya dan agama ini kini telah menjadi aktivitas tetap bagi masyarakat Jawa.

Terdapat kesamaan dari kedua akulturasi tersebut, yaitu sesaji dan ritual persembahan untuk penghormatan terhadap leluhur.

Namun, tujuan dan cara yang dilakukan telah jauh berbeda.

Pada masa Hindu-Budha menggunakan puji-pujian dan sesaji sebagai perlengkapan ritualnya, sedangkan Walisongo mengakulturasikan nyadran dengan doa-doa dari Al-Quran.

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani, IAIN Surakarta/Rohim Habibi)

#Ramadhan1442H #Ramadhan 2021

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved