Bertemu Nadiem Makarim, Guru Honorer TK di Lombok Nangis: 18 Tahun Mengabdi, Honor Hanya Rp 100.000

Seorang guru honorer TK di Lombok Tengah menangis saat bisa bertemu Nadiem Makarim.

Editor: Irsan Yamananda
Warta Kota/Ricky Martin Wijaya
Nadiem Anwar Makarim (kanan) memberikan keterangan saat berkeliling Kantor Kemendikbud usai serah terima jabatan (sertijab), di Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2019). 

TRIBUNMATARAM.COM - Seorang guru honorer TK tak kuasa menahan air matanya saat bertemu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.

Guru yang dimaksud bernama Asmawarni Yanti (45).  

Ia dan teman-temannya mengajar sebagai guru honor di TK Negeri Pembina Pedesaan, Jonggat, Lombok Tengah.

Mereka bertemu dengan Nadiem Makarim pada Kamis (7/10/2021).

Yanti terlihat memeluk sang Mendikbudristek.

Tak hanya itu, ia juga meminta agar mendapatkan kesejahteraan.

Baca juga: Nadiem Sebut Ada Pemda yang Larang Pembelajaran Tatap Muka, Gubernur Lampung: Nenek Monyang Dia

Baca juga: 2 Nama Kandidat Mendikbudristek & Menteri Investasi, Bukan Orang Luar, Posisi Nadiem Terancam?

Saat Mendikbudristek Nadiem Makarim mengunjungi salah satu TK Negeri di Lombok Tengah yang berada di Jonggat.
Saat Mendikbudristek Nadiem Makarim mengunjungi salah satu TK Negeri di Lombok Tengah yang berada di Jonggat. (KOMPAS.COM/IDHAM KHALID)

"Saya terharu bahagia bisa langsung tatap muka dengan Mas Menteri, saya bilang angkat kami (jadi pegawai) Mas Menteri," kata Yanti, sambil terharu, menuturkan ulang kisahnya bertemu Nadiem.

Kepada Nadiem, Yanti mengaku sudah mengabdi belasan tahun sebagai guru honorer.

Namun, gaji yang diterima jauh dari kata sejahtera yakni senilai Rp 100.000.

"Sudah 18 tahun mengabdi, honor hanya Rp 100.000 sekarang, terus pulang pergi pakai motor sekitar 20 kilometer lebih," kata Yanti.

Baca juga: Wakil Ketua MPR Berharap Guru Honorer Bisa Diangkat Tanpa Tes: Pendapatannya Tidak Menentu

Yanti mengatakan, selain menjadi guru honorer untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ia bersama suami menjadi petani.

Ia berharap, suatu saat nanti bisa diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).

"Tidak cukup kalau segitu (gaji) kami siasati dengan bertani Juga, semoga ada kebijakan ke depan yang bisa kami diangkat menjadi PNS," kata Yanti.

Kendati mempunyai gaji yang sedikit, ia tidak berkecil hati, tekad untuk mengajar anak-anak sangat tinggi.

"Niat saya dari awal ngajar, mendidik, walaupun gaji tak seberapa, saya tidak pernah berpikir untuk berhenti, saya yakin Tuhan pasti membalas usaha kita," kata Yanti.

Sementara itu menanggapi sikap guru tersebut, Nadiem sangat tersentuh, dan merupakan pengalaman yang tidak terlupakan bagi Nadiem.

Guru tersebut menangis disusul guru-guru lainnya dan anak muridnya yang ikut bersedih melihat guru banyak yang menangisi saat berhadapan dengan Nadiem.

"Sampai anak kecilnya mulai nangis, dan itu satu episode yang cukup menyedihkan, mereka bilang kadang-kadang di gaji Rp 100.000 sebulan, dan itu menyakitkan hati saya sekali," kata Nadiem seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Saat Guru Honorer TK Menangis Dihadapan Menteri Nadiem, Minta Kesejahteraan".

Baca juga: Nadiem Makarim Tegaskan Tak Akan Hapus Agama dari Kurikulum: Kita Masukkan Lagi, Case Closed ya

Disampaikan Nadiem, solusi terbaik untuk para guru honorer tersebut yakni melalui PPPK.

ia meminta agar kepala daerah menyediakan PPPK untuk formasi guru honorer di TK agar mendapatkan kesempatan yang sama.

"Mohon kepala daerah, kepala dinas untuk mengisi formasi mereka, karena mereka bisa menjadi PPPK, jad guru-guru TK itu yang masih honorer tolong dimaksukan sebagai formasi PPPK untuk memberikan mereka kesempatan," kata Nadiem.

Perjuangan Imas

Nama Imas Kustiani tengah menjadi sorotan.

Ia merupakan guru honorer berusia 53 tahun di Karawang, Jawa Barat.

Imas masih tetap semangat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2021.

Kisahnya pun viral di media sosial.

Perjuangan Imas diunggah di akun Instagram infokrw dari sumber pgri_kotabaru.fc.

Usut punya usut, Imas menderita penyakit stroke.

Baca juga: Viral Video Dugaan Penganiayaan Tahanan di Medan, Kalapas: Masalah Minta uUang Jelas Tidak Benar

Baca juga: Viral Preman Tutup Jembatan di Deli Serdang, Minta Bayaran ke Warga yang Mau Lewat, Ini Kata Polisi

Kisah Imas Kustiani, 53 tahun, guru honorer di Karawang, Jawa Barat masih tetap semangat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2021 viral di media sosial.
Kisah Imas Kustiani, 53 tahun, guru honorer di Karawang, Jawa Barat masih tetap semangat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2021 viral di media sosial. (Tangkap layar video)

Kendati demikian, ia tetap ikut serta dalam seleksi PPPK tersebut.

Awalnya, Imas terlihat berjalan menggunakan tongkat.

Perlahan tapi pasti, ia begerak menuju ruang seleksi.

Namun, Imas kemudian terlihat kesulitan berjalan.

Baca juga: Viral Kepala Sekolah di Tangerang Miliki Harta Capai Rp 1,6 Triliun, Berikut Sumber Penghasilannya

Langkahnya terlalu lambat sehingga khawatir terlambat.

Untuk itu, petugas pengawas seleksi dengan sigap menggendong Imas agar dapat lebih cepat sampai ke ruangan tes di SMAN 3 Karawang.

Diketahui, Imas bergelar Sarjana Satu (S1) Pendidikan seorang guru honorer K2 di SDN Wancimekar 1 Desa Wancimekar Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang.

Imas telah menjadi guru honorer selama 17 tahun dan tak kenal lelah serta putus asa untuk memberi ilmu pengetahuan kepada anak muridnya kendati dirinya tengah menderita stroke yang telah berlangsung selama 3 tahun.

Semangat juang Imas Kustiani untuk mengajar demi mencerdaskan anak-anak Karawang mendapat dukungan penuh dari para murid, guru dan kepala sekolah.

Saat ditelusuri, Imas merupakan warga Perum Ekamas Permai BI 25 RT 02/05 Desa Pangulah Utara, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang.

Saat didatangi, Imas sedang bersama sang suami Nana Suhana (54).

Imas membenarkan, kisah viral di media sosial itu merupakan dirinya.

Bahkan kejadian viral itu, Imas ditemani sang suami saat hendak mengikuti seleksi PPPK di SMAN 3.

"Iya benar itu saya, engga tahu juga bisa ramai viral gitu," kata Imas dengan terbata-bata.

Imas tak hanya kesulitan berjalan, dia juga kesulitan dalam berbicara akibat sakit stroke yang dideritanya.

Baca juga: Viral Video Pria Pukul dan Tendang Kades di Jombang, Tuduh Korban Tilap Hadiah dari Presiden Jokowi

Dengan dibantu sang suami, Imas menceritakan kisahnya saat mengikuti seleksi PPPK tersebut.

Dia mengaku, terkejut atas tindakan yang dilakukan petugas pengawas tersebut.

Pasalnya, Imas yang sedang dituntun suami mengalami sakit kaki karena terlalu jauh jalan untuk menuju ke ruangan tes.

Melihat kondisi itu, tiba-tiba petugas pengawas datang dan menawarkan diri untuk menggendongnya menuju ruangan tes.

"Saya kaget, sakit pas itu lagi jalan.

Kaki saya sakit jadi lama mungkin ya.

Jadi langsung dibantu digendong pegawas ke ruangan tes," imbuh dia.

Dirinya juga tak mengetahui kejadian itu divideokan dan menjadi viral di media sosial.

"Engga tau bisa ramai gitu, ada juga dari mana gitu ada video call saya," ucapnya.

Imas mengungkapkan, dirinya telah menjadi guru honorer selama 17 tahun atau sejak tahun 2004.

Ilustrasi - kisah viral guru honorer di Karawang, Jawa Barat.
Ilustrasi - kisah viral guru honorer di Karawang, Jawa Barat. (Grafis Tribunstyle)

Cita-cita ingin jadi PNS

Sejak pertama menjadi guru honorer Imas mengajar di SDN Wancimekar 1 Desa Wancimekar Kecamatan Kotabaru, hingga sekarang ini seperti dikutip dari Tribunbekasi.com dengan judul VIRAL, Guru Honorer di Karawang Derita Stroke dan Harus Digendong Tetap Semangat Ikuti Seleksi PPPK.

Dia juga beberapa kali pernah menjadi wali kelas dan mengajar semua mata pelajaran kecuali olahraga.

Semangatnya mengikuti seleksi PPPK karena ingin meraih cita-cita masa remajanya untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS).

Bahkan sejak tahun 2013, jika ada seleksi guru PNS Imas selalu mengikutinya.

"Sudah sekitar 6 atau 7 kali, lupa aku. Intinya dari 2013 tiap ada tes guru PNS saya ikut tapi belum rezekinya sampai tahun ini ikutan tapi kan namanya seleksi PPPK ya," katanya.

Untuk itu, Imas berharap untuk seleksi PPPK 2021 ini bisa lolos dan diterima menjadi pegawai pemerintah meskipun tak seperti PNS.

"Alhamdulillah, saat seleksi semua soal terjawab dengan baik. Ibu sangat berharap bisa lolos diterima sebagai pegawai pemerintah," paparnya.

Artikel viral lainnya

(Kompas/ Kontributor Lombok Tengah, Idham Khalid)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved