Saya tanya kerja di mana anak saya, dan dijawab baik-baik saja.
Surat (dari perusahaan) saya banting di meja, begitu baca gemeter," ucapnya.
Saat itu Riswanto menanyakan mengenai PKL yang ternyata dipekerjakan oleh perusahaan.
Akhirnya ia berangkat ke Bali untuk mendapatkan kejelasan mengenai nasib anaknya.
Awal pencarian, ia sempat mengalami kesulitan sampai akhirnya bisa bertemu dengan perusahaan.
Riswanto mendapatkan bukti kontrak kerja, dan pihak perusahaan mendapatkan tenaga kerja dari calo ke calo.
Perusahaan sendiri menerima mereka bekerja karena memiliki KTP yang diketahui palsu.
"Dalam kontrak kerja itu enam bulan, ternyata anak saya sudah teken (tanda tangan). Intinya anak saya tidak mengetahui," ucap pria yang saat ini mengaku tinggal di Jakarta.
Setelah mendapatkan bukti-bukti kuat soal penipuan, Riswanto pun melaporkan ke pihak kepolisian.
Namun, hingga hampir satu tahun kasus tersebut tidak jelas ujungnya.
Riswanto mendatangi Kementerian Hukum dan HAM, hingga menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dibuatkan lah surat tembusan ke Polda Bali dan Polda DIY.
Sampai akhirnya masuk ke ranah persidangan, dan kepala sekolah beserta guru divonis bebas.
Riswanto terus berupaya mencari keadilan.
Ia berusaha meminta bantuan Presiden Joko Widodo.
Namun, tidak ada respons.
Akhirnya Riswanto pun mencoba mengontak Menteri Kelautan dan Perikanan yang nomornya didapat dari seseorang.
Tetapi hingga kini tidak ada respons.
"Saya berharap Denny mengetuk pintu rumah"
Lucia Martini, ibu dari Ignatius Andrianta Loyola mengatakan, saat itu anak ketiganya sempat menolak diantar kakaknya.
Ia lebih memilih diantarkan ibunya.
"Saya diantar Mom (ibu) saja.
Nanti enam bulan saya tidak melihat Kedon (nama dusunnya)," kata Martini menirukan upacan anaknya, Rabu (4/9/2019).
Lucia tak menyangka akan berpisah dengan anaknya sampai sekarang.
Padahal anaknya bercita-cita menjadi prajurit TNI AL.
Lucia mengaku terlambat mendapatkan informasi hilangnya KM Jimmy Wijaya dibanding para orangtua korban lainnya.
Ia baru mendapatkan informasi soal hilangnya kontak kapal seminggu kemudian.
"Saya mendapatkan informasi terlambat, kedua orangtua mereka sudah mendapatkan informasi seminggu sebelumnya langsung dari Bali.
Sementara saya baru tahu 5 Maret (2010) ketika didatangi pihak sekolah.
Padahal Pak Joko (ayah Ginanjar) tahu kapal hilang kontak setelah disurati langsung oleh pihak perusahaan," ucapnya. (Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono)