TRIBUNMATARAM.COM - Gara-gara tudingan eksploitasi anak dalam iklan rokok, audisi PB Djarum akan dihentikan mulai tahun depan.
Menanggapi tudingan eksploitasi iklan rokok dalam audisi umum Beasiswa Bulu Tangkis yang diprakarsai PB Djarum, Susy Susanti mengungkapkan penyesalannya.
Susy Susanti dan saat ini menjabat Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI menyesalkan tudingan Komis Perlindungan Anak Indonesia / KPAI yang justru tidak mendukung bakat anak dalam olah raga bulutangkis.
Susy Susanti, angkat bicara soal penghentian event Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis yang diprakarsai PB Djarum mulai tahun depan.
• Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura, Hapuskan Dosa Setahun, Ini Niat dan Jadwal Lengkapnya
• Dilakukan Mulai Besok Senin 9 September 2019, Begini Tata Cara dan Niat Puasa Tasua dan Asyura
• Mendadak Memar Kerap Dikira Dijilat Setan Ini Penjelasan Ilmiahnya Tandai Sakit Tertentu
• Sempat Dinyatakan Sembuh Tapi Kanker Kembali Menyerang, Ria Irawan Bukan Penyitas Kanker Menye-menye
Pencarian bibit-bibit pebulu tangkis bertajuk Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis ditiadakan mulai tahun depan.
Keputusan tersebut telah dikonfirmasi oleh Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin.
"Tahun ini merupakan tahun perpisahan dari kami. Tahun depan event audisi ditiadakan," kata Yoppy saat konferensi pers di Hotel Aston Imperium, Purwokerto, Sabtu (7/9/2019).
Event yang diprakarsai oleh PB Djarum itu dihentikan karena adanya klaim dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI).
KPAI menganggap bahwa ajang tersebut memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan merk Djarum yang identik dengan produk rokok.
Belum dapat dipastikan berapa lama event pencarian bakat bulu tangkis itu bakal vakum.
Keputusan PB Djarum untuk meniadakan event audisi tahun depan menimbulkan sejumlah reaksi.
Salah satunya datang dari Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI, Susy Susanti, yang turut hadir dalam acara tersebut.
"Pastinya bakat-bakat yang terjaring tidak akan sebanyak seperti sekarang dan tahun-tahun sebelumnya" kata Susy kepada awak media, termasuk Kompas.com, seusai konferensi pers.
"Itu juga bisa menghambat pembinaan usia dini. Kita kan ada kategori usia dini (< 11 tahun), anak-anak (11-13 tahun), pemula (13-15 tahun), remaja (15-17 tahun), dan taruna (17-19 tahun)," ujar Susy.
Bahkan, menurut Susy, jika ajang pencarian bakat terhenti, maka dampaknya bisa sangat merugikan.