TRIBUNMATARAM.COM -Setelah berpuasa seharian, sajian bercita rasa segar dan manis merupakan salah satu suguhan yang diidam-idamkan.
Hidangan takjil seperti es buah, es campur, es kelapa muda, kolak, sampai aneka kue jamak disajikan di meja makan untuk membatalkan puasa.
Kendati menggoda selera, mengonsumsi hidangan manis untuk berbuka puasa tak boleh sembarangan.
• Hukum Puasa bagi Tenaga Medis Covid-19, Bolehkah Tidak Berpuasa dan Diganti dengan Bayar Fidyah?
Salah kaprah berbuka dengan yang manis
Melansir buku Yummy & Healthy Low Sugar Food Tajil Sehat Rendah Gula (2009) oleh Hindah Muaris, berbuka dengan yang manis sebenarnya teladan Rasulullah.
Teladan mengajarkan agar Anda membatalkan puasa dengan kurma atau air putih. Tapi, dalam praktiknya, banyak orang salah kaprah mencontoh anjuran tersebut.
Orang jamak menyuguhkan hidangan takjil sarat gula, masih ditambah minuman manis untuk membatalkan puasa.
Kurma segar atau murni yang belum diproses memang manis. Akan tetapi, kandungan gulanya berbeda dari hidangan takjil seperti kolak, es buah, dan sejenisnya.
Kurma segar atau murni mengandung karbohidrat kompleks. Sedangkan asupan manis umumnya mengandung karbohidrat sederhana atau gula murni.
Karbohidrat kompleks proses metabolismenya lebih lama. Sedangkan makanan atau minuman manis dari karbohidrat sederhana justru kebalikannya.
• Panduan Puasa Aman untuk Ibu Hamil di Ramadhan 2020 / 1441 H, Ada Kriteria Tertentu Dilarang Puasa
Kenapa buka puasa dengan yang manis tak baik?
Melansir buku Health Secret Of Dates (2013) oleh Pangkalan Ide, terdapat alasan kesehatan di balik anjuran mengapa buka puasa harus dengan yang manis seperti kurma murni dan air putih.
Konsumsi hidangan kurma murni dan air putih seketika dapat mengembalikan rasa lapar dan mengembalikan kesegaran tubuh.
Pasalnya, kadar gula darah dalam tubuh seseorang cenderung menurun selama berpuasa.
Jika Anda langsung mengonsumsi asupan manis yang berlimpah gula, kadar gula seketika bisa melonjak.