Jadi Korban Tewas Kerusuhan Wamena, Dokter Soeko Marsetiyo Punya Alasan Haru Abdikan Diri di Papua
Dokter Soeko Marsetiyo, yang bertugas di Tolikara, Papua, meninggal setelah menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Keluarga, lanjutnya, pernah menanyakan kepada Soeko mengenai pilihannya bertugas di Papua.
Saat itu, Soeko menjawab jika tenaga dokter lebih dibutuhkan di Papua.
"Dia cuma (menjawab) di Semarang itu sudah banyak dokter, kalau aku di sini tidak ada gunanya, sudah banyak orang pintar.
Kalau di sana (Papua) paling tidak aku bisa berbuat sesuatu, itu saja," ujarnya.
• Fakta Lengkap Kerusuhan di Wamena, Kronologi Awal yang Dipicu Kabar Hoax
"Bagi keluarga juga aneh, hidup di sini (Semarang) enak, kok tidak mau.
Tapi ya keinginannya memang begitu," tambahnya.
Menurutnya, pihak keluarga pernah mencoba untuk membujuk Soeko.
Namun, anak nomor lima dari delapan bersaudara ini tetap bertekad bulat di Papua.
"Ya pasti (pernah membujuk), cuma jawabanya itu tadi, ke sini-sininya kalau ditanya dan dipaksa itu ya cuma senyum-senyum saja," katanya.
Hanya saja, Soeko Marsetiyo tidak secara gamblang menjelaskan kepada keluarga alasan untuk tetap di Papua.
Secara pribadi, Soeko memang dikenal merupakan sosok yang lemah lembut.
"Enggak terlalu banyak bercerita tentang kenapa bertahan di sana, tetapi kalau melihat dari masyarakat Papua yang dekat dengan dia, nah itu nanti ketahuan.
Teman-teman mengenal dia itu orang yang lemah lembut sebetulnya," urainya.
Selama di Papua, lanjutnya, lokasi tugas Dokter Soeko Marsetiyo berpindah-pindah tempat.
Namun, ia memang terakhir bertugas di Tolikara.